Hujan menerpa kota Bandung yang merupakan kota dengan nama lain kota kembang, tentu saja bisa disebut seperti itu karena seperti yang diketahui orang-orang pada jaman dulu bahwa kota itu memiliki banyak pohon dan bunga-bunga yang indah untuk dipandang. Selain itu Bandung juga memiliki nama lain Paris Van Java karena keindahannya itu.
Seorang pria dewasa sedang menuntun anak laki-laki yang diperkirakan masih duduk di bangku sekolah dasar itu dan membawa payung untuk menghindari rintik hujan yang mulai reda setelah turun dari bus yang membawa mereka dari Jakarta menuju Bandung.
Ketika sampai di depan halaman rumah yang mereka tuju, pria tersebut meletakan payung dan tas nya di lantai sambil mengajak anaknya masuk ke bawah naungan atap rumah agar tidak terkena hujan dan bisa menyebabkan anaknya masuk angin.
Tok tok tok....
"Assalamualaikum," pria itu mengetuk beberapa kali pintu rumahnya untuk mengetahui adakah orang di dalamnya, karena sesungguhnya dia dan pasti anaknya juga sudah lelah setelah perjalanan dan ingin istirahat di rumah kakak saudaranya ini.
Ketika sudah menunggu beberapa menit sambil mengetuk pintu mulai terdengar kunci pintu yang di putar dan keluarlah seorang gadis kecil yang mungkin belum masuk sekolah itu dengan rambut pendek berponi dan pipi Cubi nya menatap kedua tamunya dengan pandangan polos dan takut.
"Maaf gak ada orang paman," ucapnya dengan badan setengah di dalam dan posisinya yang terjepit pintu.
Orang yang dipanggil paman itu pun tersenyum lalu mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi anak gadis kecil itu dengan anak laki-laki nya yang masih dia genggam. Namun sebelum mengucapkan jawabannya ada seorang wanita dari belakang gadis kecil itu dengan rambut yang dicepol khas ibu-ibu rumah tangga dan celemek yang terpakai.
"Wa'alaikumsalam, dikira teh siapa ternyata orang jauh ieu mah dari Jakarta. Hayu atuh masuk dulu ke dalam, kebetulan saya yang lagi menemani Niana soalnya teh Tina masih ada urusan di sekolah" terasa sekali logat Sunda dari cara bicara wanita yang sekarang membuka pintu cukup lebar hingga menggeser gadis kecil itu ke samping dan menatap kedua orang di depan rumahnya dengan senyuman.
"Iya, lagi mau main sekalian silaturahmi nih ajak Bagas yang lagi libur sekolahnya" jawabnya sambil menenteng tas dengan anak laki-laki nya berjalan di samping tubuhnya dengan tatapan yang tertuju pada gadis kecil pembuka pintu itu.
"Yaudah duduk dulu ya, biar bibi bikinin teh anget buat kalian. Niana temenin ngobrol dulu ya sayang," wanita itu kembali masuk dapur untuk membuat minuman dan melihat masakan nya yang di tinggal sebentar.
"Halo aku Niana," sapa gadis kecil itu dengan menjulurkan tangan kanannya kepada anak laki-laki dari pria dewasa yang sedang meletakkan tasnya.
Ketika masih tidak ada jawaban dari anaknya pria itupun menyahut. "Jabat dong tangan Niana Gas, dia ngajakin kamu kenalan tuh!"
Anak laki-laki itu hanya melirik kepada ayahnya sekilas dan kembali menatap gadis kecil yang tingginya hanya sepundaknya itu dengan tatapan menusuk khas bocah yang menatap lawan mainnya.
"Kita besar nanti kamu jadi istri aku titik gak pakai koma." Akhirnya anak itu menjawab sambil membungkukan tubuhnya untuk condong ke gadis kecil yang masih bingung dengan jawaban tak terkira itu.
Bukan hanya itu bahkan ayahnya yang memperhatikannya saja sampai tidak menyangka begitu juga dengan bibi Niana yang baru masuk ke ruang tamu dengan dua cangkir teh hangat yang hampir tumpah ketika mendengar suara lantang yang keluar dari mulut bocah SD dengan ekspresi serius itu.
---------------------------
Halo para readers yang baca cerita pertama saya di genre fanfiction ini.
Terima kasih sudah membaca dan memberikan jejaknya dengan voment.
Maafkan kalau ada typo atau kesalahan tanda baca karena saya sendiri masih tahap belajar untuk jadi lebih baik, saya pastikan semua cerita saya berlanjut sampai akhir cerita walau lama yang pasti bantu do'a nya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA & LEBAH (JEDA)
Science FictionHidup itu bisa dikatakan lucu kalau yang dipikirkan adalah hal-hal baik yang tidak terduga, tapi juga miris kalau yang dipikirkan justru hal-hal buruknya. Sama seperti yang dua orang yang saat ini berada di masa tuanya sambil menatap anak, cucu, dan...