PROLOG (Pertemuan Pertama Biasanya Takdir)

1K 76 20
                                    

Selamat datang para pembaca 👐

Hallo👋 ini adalah pertama kalinya gue nulis novel 😊

Love You All 😘

@HandokoKusuma

Badanku tertidur sangat pulas malam ini. Setelah semalaman membereskan beberapa barang yang dipindah dari rumah, tubuhku langsung terasa sangat capek. Namanya juga pindahan, mau nggak mau harus gotong-gotong beberapa kardus. Nggak tau isinya batu apa mayat orang yang kena azab alias berat banget buat diangkat. Tapi, itung-itung juga buat latihan biar tubuh gue jadi lebih kekar dan berotot kayak Ade Raaai a-nya tiga.

🌞🌞🌞


Secercah cahaya matahari yang menembus melewati jendela dengan meninggalkan bayangan bingkai yang tepat di wajah. Gue memang lebih suka lihat bayang-bayang bingkai jendela yang indah dan disertai suara burung berkicauan dipagi hari daripada lihat bayang-bayang mantan yang hanya bisa dilihat pakai mata batin.

Tit tit tit tit

"Ah, udah jam setengah 7."

"BU! KOK AKU NGGAK DIBANGUNIN ?" teriak gue sambil memutar bola mata ke seluruh penjuru kamar kos.

"Huh, gue kan sekarang udah tinggal di kosan sendiri."

Gue yang masih setengah sadar sambil ngumpulin nyawa bergegas untuk berangkat kesekolah. Karena ini adalah hari pertama gue masuk SMA

****

Kenalin nih nama gue Miko, nama panjang gue Mikooooooo. Gue sekarang ngekos setelah orangtua gue pindah karena urusan pekerjaan. Ya iyalah masa' urusan lo, wkwkwk. Katanya, biaya kos gue lebih murah daripada biaya gue tinggal sendiri di rumah. Ibu gue emang gitu sih, kalau masalah uang, mikirnya selalu kelewatan. Pernah sekali, gue sama Ibu pergi buat beli kaos sovenir di tempat wisata, eh Ibu gue langsung nawar semua yang bakal dibeli.

"Pak, kaosnya berapaan?" tanya Ibu gue.

"40 an semua."

"10 ribu nggak boleh, pak?" Tawar Ibu gue.

"Kalau gitu, cuma dapat lengannya aja buk!" sahut penjual kaos.

"Nggak apa-apa nih? Untung saya udah bawa gunting. Kalau gitu saya beli 5 potong ya Pak."

Dan akhirnya Ibu gue borong tuh lengan baju buat lap di rumah. Kasihan sih sama penjualannya, tapi penjualnya juga, Ibu gue kok ditanggepin sih. Balik ke cerita.

"Hei Miko, lo nggak mandi ya?" tanya Ardi yang udah nungguin gue entah dari kapan. Ardi adalah temen gue sejak TK, tepatnya sudah 10 tahun temenan.

"Eh iya, bener banget," jawab gue spontan sambil jalan di samping Ardi yang mulai menjauh dari gue.

"Ah bau. Minggir sana! Dasar Miko bau!"

"Ya elah gitu doang sensi," cibir gue ke arah dia.

"Ngapain sih lo daftar ke sekolah yang sama kayak gue?" tanya gue ke Ardi.

"Hmm, gue tertarik, soalnya di brosurnya ada tulisan bebas model rambut sama berhadiah payung cantik," katanya.

Gue ngakak. Jadi inget dulu waktu pertama daftar SMP sama Ardi. Ardi yang kecewa dan nangis karena di brosur SMP kecamatanya sudah masuk zonasi tapi tetep aja nggak bisa sekolah di sana, dan akhirnya jadi satu SMP sama gue.

Oh iya, gue tuh sekarang sudah SMA. Keren kan? Nama sekolahnya SMA Indah Harapan. Sekolah ini memang keren dan nggak terlalu membebani siswa. Gue pilih SMA ini karena bagus dan nggak pakai zonasi sih. Sebenarnya Ibu yang nyuruh gue sekolah di sini. Katanya dulu Kepseknya mantan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Sihir di film Harry Poter Anak Betawi Asli.

Tapi, yang gue bingung ngapain sih, Ardi ikut daftar sekolah ini dan ngekos kayak gue? Setelah sampai sekolah gue lakuin semua hal yang dilakukan anak normal sebagai siswa baru. Ngobrol dan nyari teman baru, karena gue juga nggak nolep amat.

****

Kring kring kring

Bukan bel sepeda ya tapi bel istirahat pertama. Gue sama Ardi yang langsung menuju ke kantin nomor 3 yang kata anak-anak di kelas enak banget ayam gepreknya. Emang enak sih kayaknya, karena yang antri udah kaya antrian pengunjung Krusty Krab milik Mr.Krab. Walau waktu diputar kembali pun, sepertinya kami tetap nggak bisa jadi antrian nomor 1. Soalnya kelas gue yang jauh banget dari kantin. Walau kantin sekolah gue agak sempit dan jauh tapi ini adalah kantin sekolah paling bersih dan rapi menurut gue.

"Miko, Meski rasa ayam gepreknya seperti rasa yang pernah ada dan pernah mengisi kekosongan di dalam hati ini tapi kalau ngantrinya kayak gini gua nggak mau beli lah."

"Namanya juga berjuang. Nggak ada yang mudah," ucap gue.

"Bodoamat. Tuh ayam geprek lu dah jadi."

"Pesanan atas nama Miko Gasom. Totalnya 7k ya mas," kata Bu Kantin.

Sruk sruk sruk

"Hehe, maaf buk dompet saya ketinggalan boleh utang dulu gak bu?"

"Modus ya kamu? Biar bisa makan gratis disini. Cepet bayar! Banyak yang antri tuh." Nunjuk antrian yang kayak kereta api.

"Gimana sih? Jangan-jangan otak lo juga ketinggalan nih. Hihihihi," ledek Ardi sambil nepuk-nepuk kepala gue.

Tiba-tiba

"Udah bu, cepat tagihanya tambahin ke saya aja. Keburu laper nih," kata cewe cantik di samping gue.

"Hehehe. Makasih ya."

"Apaan sih, ngehambat peredaran darah tau nggak?" timpal cewek cantik yang langsung nerocos kayak semprotan.

Habis makan gua sama Ardi langsung capcus balik ke kelas masing-masing. Eh iya, gue sama Ardi itu beda kelas ya gue kelas X MIPA 3 dan si Ardi kelas X MIPA 2. Sampai kelas gue duduk sambil ngebayangin tuh cewek. Wajah yang cantik, rambut hitam panjang yang terurai, kacamata dengan bingkai agak tebal, bibir yang sangat cantik, dan suara yang melengking.

Padahal gue gak kenal sama sekali, tapi kok wajah cantiknya seperti familiar banget dengan gue ya? Atau apa karena dia masuk kriteria cewek cantik di mata gue? Mungkin dia beneran jodoh gue, mwuehehehe.

:-)








"PRESENT !"OPEN PRE ORDERSPACERANGERS X PANDEMIC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"PRESENT !"
OPEN PRE ORDER
SPACERANGERS X PANDEMIC.
°
HARGA 85K/DP 50K(COD)
°
COTTON COMBED 30S/PLASTISOL INK
INFO&ORDER
CP:+62895601951432
OPEN PO 1-10 JANUARI 2021
#𝙇𝙚𝙩 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙘𝙤𝙢𝙞𝙘 𝙛𝙡𝙤𝙬.

Miko Mita (Novel Gokil)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang