Diskusi Malam

1.2K 34 9
                                    

Setelah percintaan mereka seperti biasanya, mereka mengobrol sambil menunggu lelapnya tidur menyerang mereka.

"Sayang..."

"Hmmmm" Tsubasa memeluk Sanae dan mengelus kepalanya dengan mata terpejam.

Sanae pun memeluk Tsubasa dan memandang wajah terpejam suaminya.

"Apa?" Tsubasa heran dan penasaran saat tak mendengar suara istrinya. Ia membuka mata dan mendapati istrinya sedang memandanginya.

"Bagaimana jika..." Sanae masih memandangi suaminya dan menggigit bibirnya tidak jadi berkata lagi.

"Ada apa? Sayang, kamu kenapa? Apa terasa sakit?" Tsubasa khawatir melihat istrinya tidak seperti biasanya.

Sanae mengerti maksud sakit suaminya bersemu tapi segera menggeleng. Ia memegang wajah suaminya yang masih tampan bahkan semakin dewasa.

"Lalu kenapa? Apa kau menyembunyikan sesuatu?"  Tsubasa meraih tangan istrinya dan mengecupnya. Setelah beberapa tahun mereka menikah, Tsubasa menyadari terkadang Sanae masih merasa ragu dan membebaninya jika ada sesuatu yang dipikirkannya karna takut menggangunya juga.

"Bagaimana jika aku hamil?" Melihat respon suaminya, Sanae sudah tidak tahan untuk tidak bertanya.

" Kau hamil?" Tsubasa terkejut. Terkejut pada awalnya tapi langsung merasa senang. Terlihat jelas dari matanya.

Sanae menggeleng. Ia hanya cemberut karena seperti biasanya Tsubasa menganggap enteng segala sesuatunya. Ia menarik tangannya dalam genggaman suaminya dan memeluk punggung suaminya.

"Lalu, apa maksudnya? Coba jelaskan..." Tsubasa menunggu dengan sabar.

"Yaaaah... Maksudku bagaimana jika aku hamil... Apa kau tidak masalah?"

"Hanya pengandaian? Tentu saja tidak masalah. Aku senang jika kita menambah anak lagi. Aku rasa Hayate dan Daibu sudah cukup besar saat ini dan sepertinya mereka siap memiliki adik." Tsubasa kemudian mengecup bibir manis istrinya itu.

" Ya, mungkin. Sebenarnya, aku hanya berpikir, karir sepakbolamu semakin bagus. Aku takut kamu semakin sibuk dan melupakanku, melupakan anak-anak kita. Apalagi jika ada bayi baru, anak-anak masih kecil juga."

" Sanae..."

"...."

"Sayang, aku minta maaf jika selama ini aku mengabaikanmu dan anak-anak. Aku tidak bermaksud seperti itu, terima kasih sudah mengingatkanku." Tsubasa terkejut menyadari pemikiran istrinya. Ia selalu punya cara yang lembut untuk mengingatkannya.

"Tsubasa..."

"Aku tahu, kamu ingin mengatakan kamu tidak bermaksud seperti itu. Tapi tidak apa-apa, sayang. Aku senang kamu mengkhawatirkannya dan mengatakannya. Itu membantuku, teruslah seperti itu." Tsubasa tersenyum lembut pada Sanae.

"Tsubasa, aku... Aku ingin kamu tahu, aku mendukungmu. Karir sepakbolamu adalah segalanya bagimu, aku mengerti. Sejak awal aku mendukungmu. Aku hanya takut kamu melupakan anak-anak, melupakanku. Aku ingin selalu berada di sampingmu." Sanae terharu mendengar perkataan suaminya.

" Sanae, sejak aku melamarmu, memilihmu. Aku tahu kamu akan selalu mendukungku, kamulah yang kubutuhkan. Sekarang prioritasku adalah bukan hanya sepakbola tapi kamu dan anak-anak pula. Kalian segalanya bagiku. Hanya ingatkan aku jika aku salah yah?"

" Iya..."

Tsubasa tersenyum lembut pada istrinya. Kemudian ia menunduk, meraih bibir istrinya untuk memberikan ciuman dalam. Menyalurkan kasih dan cintanya pada wanita yang telah menerima dirinya itu.

Oneshoot, Tsubasa SanaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang