Rambut berantakan, sariawan, panas dalam, bibir pecah-pecah, bukan, itu bukan keadaan Siska saat ini, kecuali rambut berantakannya. Jangan lupa ditambah dengan wajahnya yang terlukis garis berwarna hitam akibat eyeliner -nya yang luntur karena menangis semalaman.
Dan kini ia terduduk di meja makan dengan kaos putih polos dan celana pendek di atas lutut, menekuk satu kakinya di atas kursi, menatap kosong piring yang memang kosong sambil memutari gelas yang juga tak ada isinya.
Nasib cintanya begitu buruk, tak ada satupun yang berhasil untuk dijadikan pacar. Begitu banyak yang ia lewati, tapi yang terburuk adalah dua gebetan terakhirnya. Sebelum Hanna yang ternyata baru diketahui belakangan sudah memiliki anak, ia pernah mengejar seorang gadis seusianya. Namun bukan kebahagiaan yang ia dapatkan, justru patah hati karena ternyata ia hanya dimanfaatkan secara materi.
Hingga ia memutuskan untuk move on karena terus dirayu oleh Farah dan Nova, akhirnya ia memberanikan diri untuk berhenti, dan mencari yang lain, tapi hatinya harus patah lagi.
"Makanan siap," ujar Farah sambil meletakkan sarapan di atas meja.
Siaka menoleh dengan wajah yang ia buat sedih, sayangnya yang ada wajahnya justru terlihat semakin menyeramkan.
Farah menghela nafas dan menggeleng, ternyata Siska bisa lebih jelek darinya saat patah hati. Ia meletakkan menu sarapan pagi untuk lima orang yang sudah ia siapkan pagi ini.
"Jelek! Kayak genderuwo, brekele gitu rambutnya ih," celoteh Farah sambil menuangkan teh manis hangat ke gelas.
Bola mata Siska masih mengikuti ke mana Farah bergerak, garis bibirnya semakin ia lengkungkan ke bawah, meminta untuk dikasihani.
"Jelek, Siska jeleeek."
Siska sesenggukan, tapi sesenggukan yang sengaja ia buat untuk mendramatisir keadaannya. Ia menarik-narik ujung apron merah maron milik Farah.
"Siska," ucap Farah mulai geram. Pasalnya ia semakin sulit bergerak karena apron -nya terus ditahan Siska.
Siska menggeleng, wajahnya semakin ia buat sedih, lubang hidungnya sengaja ia kembang kempiskan demi memantapkan aktingnya.
"Lo mau gue marah? Iya? Hm?" Farah berkacak pinggang.
Wajah Siska kembali normal, demi apapun, Farah sudah seperti super Mom yang luar biasa cerewetnya sejak memiliki anak. Maka mengikuti kemauan Farah adalah hal terbaik daripada ia harus sakit hati mendengar kalimat tajam dari Farah.
"Bagus. Bangun, pergi mandi. Biar lo kelihatan segar. Bau asem lagi lo dari kemarin sore belum mandi."
"Tapi--
"Se-ka-rang!"
Bibir Siska langsung mengatup dan spontan berdiri, "yes, Mam," ia berjalan lunglai ke kamar mandi, melewati Nova, Diah dan Dwi begitu saja tanpa mau menyapa.
Ketiganya duduk di meja makan, tak lupa Seruni yang sudah Nova dudukkan di kursi makan khusus bayi.
"Kusut banget wajahnya, Siska," ujar Diah sambil mengambil kentang goreng untuk disuapkan ke Dwi. Dwi tersenyum sambil mengucapkan thank you tanpa suara.
"Kalau udah urusan hati, tau sendirilah gimana, Dee," Nova menyesap teh manis hangatnya, lalu bangkit dari kursi, "biar aku yang masakin bubur Seruni, kamu sarapan aja ya."
Farah tersenyum dan mengecup pipi Nova, begitupun Nova yang membalas kecupan Farah.
"Syukur banget Siska lagi mandi, bisa makin kepanasan dia liat beginian," ucap Dwi, disambut tawa oleh Nova dan Diah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Two Hurts (GxG)
Romance[Terima Kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun 🙏 ] Hanna Tarisa Putri. Wanita yang pernah patah hati bahkan sebelum sempat memiliki, akhirnya memilih menutup diri dengan siapapun. Jika ada yang mulai memberikan sign...