05

155 58 97
                                    

Apa yang tidak bisa menyatu selain minyak dan air?
Aku dan kamu. – Hanif Awan Bagaskara-

Happy reading, enjoyyyy
------------------------

‘’Awan apa yang kau lakukan?’’ Tuan Shuan berseru marah.

‘’Tidak ada, hanya bersenang-senang.’’ Ucap Awan santai.

‘’Anak ini sudah keterlaluan. Elang sebenarnya apa yang terjadi?’’ Tanya tuan Shuan pada pria sweater biru.

Elang mengangkat bahu. ‘’Aku tidak tahu Ayah, aku menemukannya di kolong jembatan samping perusahaan saat ku lihat wajahnya sudah lebam.’’

‘’Apa kau berkelahi lagi Awan?’’ Tanya tuan Shuan Artaya.

Awan melambaikan tangannya. Tidak menanggapi, lantas meninggalkan Ayahnya yang masih emosi.

‘’AWANNN.. KEMARI KAU..’’

Awan berbalik. ‘’Kau wanita mesum.’’ Sembari menunjukku.

‘’Ha..?’’ Aku menganga mendengarnya.

‘’APA YANG DIA BILANG.. ANAK INI HARUS DIBERI PELAJARANN.’’ Elang menahan Ayahnya, jika tidak dia akan menjitak kepala Awan karena marah.

‘’Sudah Ayah nanti darah tinggi mu kambuh lagi.’’ Elang menengahi keributan.

‘’Kalian pulang saja.’’ Ucap tuan Shuan Artaya pada kami sembari memegangi kepalanya.

Kami pun pergi dari kediaman keluarga Abhiraja. ‘’Apa yang terjadi dengan tuan muda ya.’’ Pak Yanto bergumam.

‘’Pasti berkelahi lagi.’’ Pak Ridwan menjawab.

‘’Maksudnya apa ya?’’ Tanyaku ingin tahu.

‘’Semenjak nyonya besar tiada tuan muda sering kali berulah.’’ Jawab pak Ridwan. Pak Yanto menimpali ‘’Iya.. baru saja tuan muda kembali dari rumah eyang nya tapi sudah berulah lagi.’’

‘’Rumah eyang?’’ Tanyaku yang semakin penasaran.

‘’Kau lebih baik diam saja, tidak usah ingin tahu itu lebih baik buatmu.’’ Ucap pak Ridwan sinis.

‘’Pelit sekali aku kan hanya ingin tahu, dan apa maksud Awan tadi. Aku wanita mesum? Bagaimana bisa wanita cantik sepertiku disangka wanita mesum.’’ Gumamku kesal.

BRMMMM

Kami pun tiba di pekarangan rumah, ku lihat ibu sedang menunggu kami. ‘’Kau tidak apa? Apa kau terluka?’’ Tanyanya sembari menatapku penuh rasa cemas. ‘’Ayolah bu.. anakmu tidak habis berperang.’’ Gerutuku.

‘’Bu kami pergi dulu.’’ Ucap pak Ridwan yang dibalas anggukan ibu ku. ‘’Iya pak, terima kasih.’’

‘’Kalau begitu ceritakan pada ibu apa yang terjadi disana?’’ Tanya ibu penasaran. ‘’Aku lelah bu mau tidur.’’ Jawabku malas.

‘’Cepat cerita dengan ibu mu.’’ Suruhnya.

‘’Besok aku akan sekolah.’’

‘’Sekolah dimana?’’ Tanyanya. ‘’Aku tidak tau lupa, pak Handoko akan mengurusnya.’’ Aku mendengus, malas menjawab rentetan pertanyaan dari ibu ku langkahkan kaki ini menuju kamar ku. Masih teringat saja ucapan lelaki itu, sial.

‘’Wanita mesum? Yang benar saja.’’ Gumamku sembari menggaruk rambutku kesal.

Aku pun mengunci jendela dan pintu kamarku, bergegas untuk tidur. Tapi nihil aku tidak bisa, masih terngiang saja ucapan pria mata abu itu. ‘’ARGGGHHHHH.’’ Teriakku kesal.

MIRACLES [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang