06

156 54 107
                                    

Terlalu keras kepala mencintai, sampai lupa sadar diri. -Auristela Anya.

Happy reading, enjoyyyy ✨
-----------------------

Setelah aku menyelesaikan tugas mencuci di pagi hari, aku bersiap diri untuk berangkat ke sekolah baru ku. ‘’Bu.. aku berangkat dulu.’’ Ucapku menyalami tangan ibu.

‘’Tidak sarapan dulu?’’ Tanya Ibu.

‘’Tenang, aku sudah bawa bekal.’’ Ucapku sembari mengeluarkan kotak makanan yang telah ku buat tanpa sepengetahuan ibu.

‘’Aku pergi ya bu.’’

‘’Iya hati-hati.’’ Ujarnya sembari melambaikan tangan padaku.

Ku langkahkan kaki ku menuju ujung jalan desa tempat bis 05 itu berada, aku sedikit berlari takut tertinggal karena aku belum tahu kapan bis itu tiba dan pergi. ‘’Hah.. apa ini, bagaimana bisa aku melewatinya?’’ Aku melihat sebuah sungai kecil,  kita harus menyeberanginya untuk bisa tiba di ujung jalan yang ku maksud. Aku menarik-narik gusar dasi ku, ‘’Bagaimana ini.’’

Aku menoleh seseorang menepuk bahu ku. ‘’Biru.’’ Panggilku.

‘’Sedang apa kau disini?’’ Tanyaku. Ia mengisyaratkan agar aku naik di punggungnya. ‘’Apa kau mau menggendongku?’’ Tanyaku memastikan.

Biru mengangguk, dan menarik lenganku agar tubuhku bisa di gendongnya. ‘’Tapi aku berat Biru, apa kau bisa mengangkat ku.’’ Biru mengangguk yakin.

Biru dan aku menyusuri sungai kecil itu, berlari dan sesekali melompati batang kayu melintang yang menganggu perjalanan kami. Gerakannya sungguh gesit, mengasyikan sekali.

Kami pun tiba di ujung sungai itu, Biru menurunkan ku dengan nafas tersengal. ‘’Biru terima kasih sudah membantu ku.’’ Ucapku yang dibalas anggukan dan cengiran khas Biru.

‘’Ya sudah aku pergi dulu ya Biru, daahhh..’’ Ucapku lagi dan segera berlari untuk tiba di ujung desa.

Aku merasa seperti seseorang sedang mengikuti ku, aku menoleh ternyata Biru menyusul berlari di belakang. ‘’Biru apa yang kau lakukan? Tanyaku heran. ‘’Hahi Hahi.’’ Jawabnya dengan cengengesan.

‘’Apa kau mau menemaniku sampai di ujung desa?’’ Ucapku dengan menaik nurunkan alis mataku. Biru mengangguk semangat. ‘’Hiha hahu hehe.’’

‘’Baiklah kawan.’’ Aku pun menggandeng lengan Biru yang membuatnya salah tingkah. ‘’Hei kenapa shubuh tadi kau tiba-tiba menghilang hm?’’ Tanyaku. Lagi-lagi anak ini hanya tersenyum sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal.
‘’Apa kau takut dengan ibuku?’’ Biru mengangguk.

‘’Hahaha.. bukankah dia mirip seperti beruang yang sedang mengamuk?’’ Ucapku terbahak. Biru hanya tersenyum menatapku.

Akhirnya kami tiba di halte bus tempat untuk menunggu bis 05 itu tiba, ‘’Biru pulanglah celana mu basah, cepat kau ganti baju nanti kau sakit.’’ Biru hanya menatapku diam. ‘’Dasar anak ini, baiklah kau tunggu sampai bis ku tiba ya.’’ Biru mengangguk dan ikut duduk di sampingku.

‘’Biru berapa usiamu?’’ Biru mengangkat tangannya menunjukkan angka 1 dan 5. ‘’Oh.. 15 tahun?" Biru mengangguk mengiyakan.

‘’Jadi kau lebih muda setahun dari ku ya.’’ Biru menunduk tersenyum sembari memainkan jemari tangannya.

‘’Huhh.. anak ini menggemaskan sekali.’’ Aku mencubit gemas pipi Biru.

Mata Biru membulat, dan pipinya memerah. ‘’Lucu sekali.’’ Batinku.

MIRACLES [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang