YBTM #02

22 2 3
                                    

Aldan berjalan keluar menapakkan kaki disetiap tangga, dengan handuk yang masih melekat dikepala. Tentunya dengan wajah lebih segar.

Aldan merasa kelaparan, semoga saja abangnya sudah peka memasak untuk dirinya.

Kinara yang menyadari kedatangan Aldan membulat matanya lebar-lebar. Bagaimana bisa teman kecilnya seganteng ini. "Bang adik lo ganteng banget sumpah," Kinara senyum-senyum sendiri. Aksel yang merasa terpanggil menengok Kinara disampingnya merasa aneh? Bukanya tadi bete kenapa sekarang jadi senyum-senyum sendiri?

"MATA LO BELUM PERNAH GUA COLOK?" Kinara menelan dengan susah payah, bisa gak Aldan bersikap lembut sekali aja?

"Gas muluk sih lo dan, nanti gantengnya ilang lho. Berubah jadi jelek tau rasa. Jelek gua gak mau lagi ya temenan sama,"

"Bodoamat!" Aldan membalas dengan sikap dingin, sembari menarik sepiring nasi goreng dan melahapnya dengan tenang. Di tempat lain Kinara mengepal tangan nya kuat-kuat. Ingin menghantam muka Aldan,menjabak rambutnya, bahkan mencakar mukanya. Tapi sayang, Kinara terlalu takut melakukannya.

Aksel mendengus panjang, dua manusia ini tidak pernah bisa akur dalam sehari saja, membuat kepalanya terasa pusing mendengarkan ocehan yang tidak mau saling mengalah.

"Bisa gak sih kalau ketemu gak usah pakek berantem?"Aksel sudah jengah menasehati mereka berdua, masuk ketelinga kanan langsung keluar ke telinga kiri.

"Lo juga dek, subuh baru tidur ngapain aja ngegame?" Aksel menajamkan mata, mengunci setiap pergerakan Aldan. Ia tak mau dibohongin berulang kali.

"Tau jawaban kenapa nanyak?" Aksel menghembuskan nafasnya kasar, mengapa punya adek satu bikin darah tinggi?

"Ini yang terakhir! Sampai diulang lagi hape lo gua sita." Aksel harus bersikap tegas. Kalau di lembut in malah semakin melonjak.

Aldan hanya bersikap biasa saja, tidak ambil pusing dengan aturan yang dibuat oleh abangnya. Habisnya ia sudah pusing dengan tugas yang sama sekali tidak paham. Hanya game lah pelarian sementara, menghilangkan rasa pusing digantikan rasa kesenangan.

"Pulang dulu deh bang pengen mager-mageran," pamit Kinara, kemudian memilih meninggalkan rumah milih Aldan.

"Yoii hati-hati," Aksel tersenyum lebar, kemudian beralih menatap Aldan yang masih tenang memakan sarapannya.

"Jangan kebiasaan telat makan deh dan," Aldan hanya mengangguk kepala nya.

"Hari ini lo gak kemana-kemana kan?"

"Gak tidur aja," Aldan bangkit mencuci piringnya dan berjalan kesofa untuk menonton tv. Aksel memperhatikan setiap pergerakan adiknya. Dan memutuskan bangkit menghampiri Aldan.

"Kalau mau tidur dikamar lebih enak an."

"Udah diem brisik banget punya abang," Aldan mendecak kesal, punya abang laki-laki kenapa mulut kayak perempuan.

Aksel menendang kaki Aldan. Bener- bener pengen nampol mulut Aldan, pedesnya minta ampun.

"Sore nanti lo harus ikut gua belanja. Isi kulkas udah habis."

"Males!" Aksel memiting kepala Aldan kuat merasa gemes sekaligus kesel.

"Sakit bego!" Aldan mendorong Aksel kuat, walaupun emang percuma. Dikarenakan tubuh Aksel yang lebih berisi dibandingkan tubuh Aldan. Akhirnya Aldan hanya pasrah, membiarkan  Aksel sesuka hati melakukan penyiksaan.

"Gini ya dan kalau punya mulut itu disaring dulu. Kalau gue sih emang udah kebal sama mulut cabe lo itu. Tapi kalau sama cewek. Mana ada coba yang mau sama lo, yang ada sakit hati terus," Aksel menepuk bahu Aldan kuat membuat Aldan mendengus kesal. Membanting tangan Aksel yang tidak pernah lepas dari bahunya.

"Apasih bang, bodoamat."

"Ada sih yang bisa nrima lo. Kinara contohnya. Udah deh lo sama dia," Aldan menatap tajam kearah Aksel.

"Gak usah bawa Ara." Aldan memilih berbaring meletakkan kepala nya di paha Aksel. Aksel yang terkejut reflek menghindar.

"Diem bang gua mau tidur," Aldan menutup matanya perlahan. Aksel mendecak, namun ia tersenyum mengelus kepala adiknya, kemudian memindah channel tv yang lebih menarik.

Aksel merenggangkan ototnya yang kaku, jam berapa ini? Mengapa bisa ia ikut tertidur. Aksel mengambil ponsel disampingnya ternyata ia telah tidur selama satu jam.

Aksel menengok Aldan yang masih terpenjam nyaman, kemudian memindahkan kepala Aldan ke bantal.Aksel bisa bernafas lega,meringis pelan pahanya terasa kram.

Aksel berjalan ke dapur, tenggorakannya terasa kering. Ia mendengus, lupa ada laporan parktik yang belum sempat yang sentuh sama sekali. Padahal minggu depan laporan tersebut harus sudah dikumpulkan. Aksel beranjak mengambil laptop, memilih beberapa snak dan berjalan kesofa tempat Aldan tertidur.

Aksel melirik sebentar, Aldan masih asik menyelami dunia mimpi, tidak ada teman untuk mengobrol, rumah terasa semakin sepi. Walapun kalau melek Aldan bikin naik darah tetapi tanpa Aldan rumah ini terasa kurang.

"Laporan kenapa gak kelar-kelar sih," Aksel memutuskan membuka snak, matanya masih ngantuk pengen tidur, namun apa daya laporan meneriakkinya untuk segera diselesaikan.

"Mama," Aldan mengigau dalam pejamnya, membuat Aksel menengok kebelakang.

"Dan bangun woy, kenapa lo?"

Aldan menggliat membuka matanya sebentar dan kembali mendapatkan titik nyamannya, tidur kenapa begitu menyenakkan.

Aksel mengerutkan dahinya bingung, "dasar bocil."

Aku datang kembali semoga bisa sering sering update lagi deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku datang kembali semoga bisa sering sering update lagi deh.

Dipersilahkan mengoreksi siapa tau aku typo apa gimana atau kata-kata nya ada yang aneh

Jangan lupa vote ⭐

Anisa Pratiwi
Yogyakarta
27/05/20

You Belong To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang