Didalam mobil perjalan pulang Aldan hanya diam, merenung ada apa dengan dirinya? Getaran resah terus menerus menghujat tanpa ampun. Apa yang membuat resah ini semakin menjadi-jadi, apa yang sedang ia khawatirkan?
Suara Aksel menjadi awal kesadaran ditarik kepermukaan, "Yakin mau ninggal in Kinara?" Aksel memandang Aldan sebentar kemudian kembali fokus kedepan.
"Hmm,"
"Gak cemburu Ara sama yang lain?" Aldan menghela nafas, memang kalau Kinara harus dengan orang lain Aldan harus merasa cemburu gitu? Bukan merasa cemburu justru merasa senang karna tidak ada yang menganggu.
"Pertanyaan lo gak penting bang," Aldan masih asik melihat trotoar, dibandingkan jalan lurus dengan aspal yang menguap diterik panas sore itu.
"Kalau Ara nyari in gimana, gak bisa pulang sendiri? Nanti gua yang rempot. Lo mana mau jemput."
"Bang lo deh yang cemburu?" Aksel membola matanya malas. Niat hati ingin membuat Aldan mengawatirkan Kinara justru ia ke makan omongan sendiri.
Merasa tidak perlu dibicarakan kembali mereka memilih diam, karna Aksel sudah habis dengan topik apa lagi yang ia bicarakan, agar suasana didalam mobil ini terasa sedikit berwarna bukan abu dan kehampaan.
Aldan menyukai keheningan berbeda dengan Aksel yang menyukai riuh. Kakak-adik yang bertolak belakang.
Sampai didepan pintu mereka turun dari mobil membawa berbagai belanja kebutuhan, mengangkut untuk dibawa kedapur.
Merasa sedikit lega karna stok makanan seminggu kedepan masih aman.
"Dek mau makan apa?" tanya Aksel sembari memasukan berbagai makanan kedalam kulkas.
"Serah deh bang, apa aja mau!" Aksel menghela nafas, selalu seperti itu jika ditawarkan makanan. Kalau mau semua sih gak papa-papa masalahnya Aldan tipikal orang yang milih-milih makan, kalau gak cocok seberapa banyak makanan maka tidak pernah Aldan sentuh, dan memilih untuk kelaparan. Jadi Aksel sedikit kesal, dan bingung harus memasak apa?
"Semur ayam aja deh yang pasti lo makan."
Didapur Aksel berkutat berbagai perabotan memasak, memotong berbagai bumbu, ayam dan teman-temannya. Sedangkan Aldan hanya diam sembari bermain game kesukaannya,karna percuma membantu Aksel dapur malah semakin berantakan bukannya membantu tapi bikin kerja dua kali.
Aksel hanya melirik Aldan sebentar, kemudian kembali acara masak-memasak yang sebentar lagi akan matang. Aksel menghela nafas,akhirnya ia bisa rebahan setelah ini.
"Dan udah mateng kalau mau makan."
"Hmmm."
"Game muluk sih lo, gak pernah bantuin abangnya beres-beres,"
"Apaan sih bang," Aldan bangkit menuju kulkas untuk memakan buah mangga yang sempat ia beli kemarin, belum sempat ia makan.
Aldan mengerti heran sudah beberapa kali isi kulkas ia bongkar namun nihil. Buah yang ia cari sudah tertelan entah kemana.
Ia baru ingat kerjaan nyolong di rumah ini hanya manusia Aksel. Orang yang selalu diam-diam mencuri makanan milik Aldan hanya Aksel, orang yang senak jidat mengambil segala makanan tanpa mikir dua kali hanya Aksel.
"Bang bisa gak sih gak usah nyolong punya gue terus?" ketus Aldan kesal, sudah capek menyempatkan beli justru diambil manusia tak tau dosa seperti Aksel.
"Pelit banget sih lo," Aksel membalas ketus tidak mau kalah dengan manusia yang masih wangi kencur itu.
Aldan memilih keluar rumah, mencari angin. Didalam rumah selalu bikin emosi. Bukannya mendapatkan ketenangan justru hawa panas menguap dengan brutal. Didepannya Kinara dengan Navy seorang kakak kelas di sekolah nya sedang asik berbincang diatas motor.
"Makasih lo coklat nya tau aja baru pengen ini,"Kinara kegirangan.
Mendapatkan sebatang coklat dengan gratis."Iya santay aja. Kenapa tadi kemini market kalau gak bawa uang?"
"Ohh... Itu sebenarnya tadi sama Aldan tapi gak tau deh dia kemana,"
"Aldan yang sebangku sama lo?" Kinara mengangguk sembari memakan coklat di tangga nya.
"Mau ini?" Kinara meyodorkan coklat ke mulut Navy, dengan senang hati Navy menerimanya.
Disudut lain Aldan hanya mengamati interaksi mereka berdua, sekaligus merasa jijik. Tidak ingatkah mereka sekarang dimana.
Aldan mengambil kertas koran dengan brutal. Mencoba mengalihkan perhatian dengan dua manusia didepan. Namun mengapa matanya selalu ingin mengawasi setiap pergerakan. Rasa penasaran lebih unggul dibanding dengan ke cuek an yang mendarah daging ditubuh Aldan.
Merasa bersalah Aksel memutuskan untuk minta maaf kepada Aldan, dan masalah buah mangga mungkin ia harus mengantikan sore ini. Gawat jika Aldan marah. Mengembalikan mood Aldan menjadi lebih baik lebih susah dibanding perempuan yang sedang pms.
"Dan sorry deh buahnya nanti gue ganti janji," Aksel sudah berdiri disamping Aldan.
"Dan?" Aldan merasa heran apakah adik nya ini sudah tuli.
"Astaga dan denger gak sih malah ngelamun, mikirin apa sih?" Aksel yang heran memilih ikut menelusuri apa yang sedang Aldan amati hingga seserius itu.
Merasa tau jawabannya Aksel menahan ketawanya. Apa adiknya ini sedang dimabok cinta? Aksel kembali menatap Kinara dan Navy didepannya memang kalau diliat mereka cocok.
"Maka tu gengsi diambil orang baru tau rasa, buahaha...." Aksel tertawa terbahak-bahak. Merasa terciduk memperhatikan Kinara Aldan menjadi malu. Ia memilih bangkit melempar kertas koran kemuka Aksel yang terlihat begitu menyebalkan.
Maaf keun lama updatenya. Pulang kerja sore terus capek kalau mau nulis.Jangan lupa vote and komen
Anissapratiwi
Jogjakarta
13 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong To Me
Novela JuvenilKetika rasa gengsi mengambil kendali atas hidup Aldan. Bisakah dia jujur dengan perasaan atau bertahan dengan rasa yang disembunyikan? Mari merangkai kisah bersama Aldan dan Kinara dicerita ini. -Start on 15 Januari 2020-