04. Handphone

33 11 7
                                    

TRING...

Bel tanda istirahat pertama berdering, membuat semua murid bernapas legah karena terlepas juga dari jeratan pelajaran-pelajaran yang susah, rumit, dan membingungkan untuk sejenak. Apalagi kalau gurunya jutek, galak, dan susah dimengerti. Dan yang paling penting bisa makan, baik itu ke kantin ataupun hanya di kelas memakan bekal. Pokoknya, dapat mengisi perut yang cacingnya sudah minta jatah makan. Wkwkwk~

Setelah berpamitan, Bu Surya CMTG yang sudah mengajar hari ini selama 4 jam pelajaran pun keluar, meninggalkan kelas XII MIPA 1. Hal itu membuat murid seisi kelas juga keluar dari kelas, menuju ke tempat tujuannya masing-masing.

"Guys, kantin yuk!" Itu Gladis menyeru pada kedua sahabatnya yang duduk di barisan meja nomor dua, lebih tepatnya di depan meja Devan dan Regan.

Salah satu berbalik ke belakang, "Yuk!" Seru cewek cantik berhijab, bernama Tsabina Talitha Althafia, yang dikenal dengan sebutan Tsabina.

Lalu cewek yang berada di samping Tsabina yang juga tak kalah cantiknya pun ikut berbalik, "Kuy, lah." Serunya dengan tangan mengelus-elus perut ratanya. Mungkin sudah lapar dia. Namanya, Nathalia Agatha Mestiano. Kerab dipanggil Agatha. Ia merupakan blasteran Indonesia dan Jerman. Yah.. walaupun tidak terlalu ketara tampang bule-nya.

"Rinka, lo ikut ke kantin juga yah, sama kita." Gladis beralih pada Rinka yang sibuk menyimpan buku-buku di atas mejanya yang sebagian ia masukkan ke dalam tas dan sebagian ke dalam laci.

"Hah?" Aktivitas Rinka terhenti, lalu melirik Gladis yang mengangguk-nganggukkan kepalanya.

"Iya Rinka. Yuk, bareng kita ke kantinnya!" Ajak Agatha dan diangguki tanda setuju oleh Tsabina.

"Oke. Tunggu dulu, yah." Gladis, Tsabina, dan Agatha mengacungkan jempol. Dengan cepat Rinka memasukkan satu sisa buku di atas mejanya ke dalam laci, tidak lupa untuk mengambil ponselnya sekaligus di dalam laci tersebut.

Kening Rinka mengerut melihat dua ponsel yang sangat mirip di tangannya. Mulai dari layar, tombol bulat bagian bawah yang berarti kalau ponsel tersebut bermerk sama, serta bentuk dan warna casing-nya yang hitam polos.

'Handphone siapa satu lagi, yah?' Ia meng-cek bergantian ponsel tersebut, hanya dengan melihat wallpaper-nya saja. Dari situ ia sudah tau mana yang ponsel miliknya, karena picture wallpaper khas kesukaannya. 'Oh, iya. Nanti deh, balikinnya.'

"Kenapa Rin?" Tanya Gladis yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu, begitu juga dengan Tsabina dan Agatha.

Rinka menoleh, "Eh, gapapa kok." Rinka berdiri dan memasukkan satu ponsel ke saku rok, dan satu ponsel lagi ke saku bajunya.

"Yuk!" Ajak Rinka berjalan menghampiri mereka, "Kuy!" ,sambung Agatha semangat.

Mereka berempat pun berjalan beriringan menuju kantin. Begitu melewati koridor, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, lebih tepatnya Rinka. Ada yang berbisik-bisik tapi tetap kedengaran, "Weh, ada anak baru ternyata." ; "Tambah satu lagi cewek cantik di sekolah ini." ; "Anggota baru nih kayanya gank sok cantik." ; "Loh, kok muka tuh cewe kaya ga asing, yah." ; "Sok modis banget." ; dan masih banyak lagi.

Bukan hanya itu, bahkan ada yang terang-terangan, "Cewek, piuit" ; "Hai Agatha, hai Tsabina, hai Gladis, dan hai cewek cantik yang di tengah di samping Tsabina dan Gladis." ; "Itu yah, anak baru yang di kelas sebelah?" ; "Wih, sekolah kita dipenuhi cecan, bro." ; "Hai, boleh kenalan ga?" ; "Minta Wa dong." ; "Minta id line-nya dong, cantik." ; "Lho, tuh cewek ko kaya pernah liat yah?" ; "Modis bat, njirr." ; "Udah punya pacar, belum?" ; "Cantik gini, yah kagak mungkin jomblo lah." ; "Apa? Udah berani lo main depan gua?Mo putus lo?" ; dan seterusnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QuinzhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang