Musim panas, dingin tiba tiba hujan. dari halaman yang hijau melesatku berlari masuk kedalam gubuk yang sederhana. melihat jam dinding yang sedari kemarin sudah mati tak berdetik lagi. "hah..sudah jam berapa ini" aku mencari sebuah phonsel yang tadi lupa ku taruh dimana.
"Ketemu", sudah pukul 3 sore rupanya, diluar hujan deras. dibalik kaca aku berbaring lepas sambil melihat rintikan-rintikan air yang jatuh tak beraturan. aku tahu ini mungkin anugrah dan berkah, sedikit bencana memang jika teramat banyak.
"cennnting!!" notif phonsel ku berbunyi, sebuah chat singkat terlihat dilayar phonselku. "p..p..dimana bro ?", chat dari temanku si Restu. "dirumah" jawabku singkat, "aku kesana"
"kau tak lihat jika sedang hujan ?"
"biar saja..hujan masih air"
"Dan dia masih milik orang lain:v"
"Sad bro:v"
"hahaha..kau mau ngapain kesini?" tanyaku dan menggeser jokes gak jelas itu
"ada hal penting"
"apaan..? langsung ngomong aja disini kan bisa"
"gak bisa pokoknya harus ketemu"
"hadeh..tapi kan masih hujan"
"klo gitu nanti aja"
Ya itulah dia Restu namanya, palingan ingin mengobrolkan hal yang gak penting. seperti membicarakan Dia dengan pacarnya ataupun dengan mantanya.
Tanpa ku sadari sudah makin sore saja "Sudah jam segini!!". Mandi ya aku harus mandi, hujan sudah reda diluar basah. Melesat ke kamar mandi dengan sebuah handuk yang tak lagi bagus.
Namaku Bagas Andi Umurku masih 17 tahun. Yah belum terlalu dewasa bahkan masih bisa dibilang anak-anak. aku seorang siswa di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Desaku, Orang bilang aku ini cekatan tapi agak lamban. bukan karna apa-apa tapi memang ku akui aku ini pemalas, tak ada yg salah kan jikalau bocah seumuranku masih agak malas untuk melakukan hal yang rumit atau sulit untuk dikerjakan. Iya inilah aku, diriku dan hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tahu HARAPAN
JugendliteraturCerita tak bertuan Bukan kisah cinta yang manis dan romantis