09- Return

1.5K 197 20
                                    

Sejak perbincangan terakhir yang membuat Dazai menghabiskan beribu-ribu dolar, ia berhenti menghubungi Red Camellia. Bukan karena jatuh miskin atau semacamnya, Dazai cuma tidak suka. Ia tidak suka ketika bercengkrama dengan orang itu, yang ia pikirkan hanya bayangan Chuuya mendesah di bawahnya. Dazai tidak ingin jadi brengsek yang cuma mau tubuh molek itu saja.

Berkali-kali Dazai mengetik di roomchat, tapi selalu berakhir menghapusnya lalu mencampakkan ponsel ke ujung tempat tidur. Dazai galau.

Sekarang, pemuda dua puluh dua tahun itu tengah menatap lekat-lekat tampilan roomchat, dengan sebuah tulisan "Chuuya?" simpel di bar input yang tidak ia kirim-kirim sejak tiga jam lalu. Astaga, puber sekali pria ini.

Akhirnya, saat ini, ketika matahari hampir terbenam, Dazai tetap tidak mengirim pesannya, malah membuka menu kontak dan mencari nama Sakaguchi Ango.

Ango mengangkat telepon dengan ligat dan Dazai merengek juga dengan ligat.

"Ada apa?" Ango jelas tidak senang karena Dazai menganggu detik-detik niatnya mandi setelah sibuk mengurus pekerjaan asisten pebisnis ternama. "Kalau bukan masalah pekerjaan jangan tanya aku."

"Angoooo!!!!!!!"

"Aku bukan sekretaris kehidupanmu."

"Buuuuuu...!!!!!!"

Ango meredam emosi dengan melepas kacamata bundarnya, "Apa?"

"Tanya saran dong," ucap Dazai beralih dari sikap meledek ke sikap anak-anak. "Gimana caranya aku baikan sama Chuuya?"

"Aku sudah katakan itu bukan urusanku," Ango menghela napas dan memijit pelipisnya yang terlihat lelah. "Kalian bertengkar karena apa memangnya?"

"Yaah...." Dazai senang Ango terlena dan menunjukkan perhatian, tapi karena ditanya begitu ia jadi bingung harus menjawab bagaimana.

"Dia mulai risih karena kau terlalu tergila-gila padanya—," Dazai menelan ludah seperti orang tertangkap basah, "—begitu kan?" Ango memang seorang esper pembaca pikiran.

"Yaa... Aku hanya tanya tapi dia malah bilang ini itu bukan urusanku." Kalimat Dazai hampir bervokal u karena bibirnya yang mengerucut gemas. "Terus dia bilang kalau aku harus tahu batas blablabla...."

"Dan kau malah sok ikut kompetisi itu padahal sehari pun tidak bisa hidup tanpa dia?" Gumaman Dazai menjawab diiringi takut seperti bicara pada penyihir ulung. "Aku sangat mengerti."

Yah, Ango sangat mengerti. Tidak salah curhat pada orang yang setia pacaran tujuh tahun tapi belum menikah sampai sekarang. Dazai kadang mendesak Oda melamarnya tapi malah dia yang disuruh duluan. Takut melangkahi bos kata mereka. Konyol sekali berharap Dazai Osamu nikah muda, keburu jadi perjaka tua baru tahu rasa. Yah, tapi kalau Chuuya mengatakan 'Ya' ketika -entah bagaimana sebuah keajaiban terjadi- Dazai melamarnya, mungkin mereka akan berkeluarga dengan sejahtera.

"Apa kau tidak coba bicara? Bagaimana percakapan kalian cekcok itu?"

"Semuanya biasa saja. Chuuya masih membalas pesanku, dia juga cerita kalau punya anak— maksudku keponakan." Dazai memilih berbaring dan memeluk gulingnya sambil membayangkan sosok yang tengah ia sebut-sebut. "Setelah itu kami kirim kiriman gambar, aku gunakan fotonya untuk masturbasi dan aku kirimkan fotoku juga sambil berharap Chuuya melakukan hal yang sama."

Ango di kejauhan geleng-geleng kepala. Ia bingung kenapa dulu melamar kerja ke perusahaan Dazai dan menerima tawarannya jadi sekretaris. Ia juga bingung kenapa dirinya beberapa menit lalu mau mendengar curhatan anak telat puber itu. Heran, sungguh mengherankan.

Camellia Is A PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang