Diary Cewek Fuckgirl

86 11 1
                                    

Kalo cowok main-main ya udah.... Jalannya cuma satu mainin balik sandiwara yang mereka perbuat.

"Sorry Dar kita udahan aja ya", ucapku santai. Semua ini terjadi di bawah pohon rindang di taman sekolah. Desir angin yang menerpa wajah blasteran ku, membuat helai demi helai rambutku beterbangan. Aku masih fokus melihat sosok cowok atau lebih tepatnya mantan pacarku yang ke-23 yang duduk tak jauh dariku di bangku taman ini.

"Kenapa tiba-tiba Lexxi, aku salah apa? Kalo aku salah aku minta maaf".

"Because I like him, and gue juga udah bosen", ucapku sambil menggigit bibir bawah. Karena ingin tau apa yang akan di lontarkannya setelah mengetahui kebohongan yang ada selama aku masih pacaran dengan dia.

"Kamu bosan, what, aku ga habis pikir Xxi"

Ku lihat dari raut wajahnya, rasa kesal, marah, kecewa, dan sedih bercampur jadi satu. Dia membuang muka dan mengusap kasar wajahnya.

"Cewek brengsek, aku kira kamu bisa luluh sama aku Xxi tapi aku salah, aku yang semakin berharap sama kamu", ucap Daren sambil bangkit dari bangku taman. Dan meninggalkanku tanpa melihat balik.

"Daren, sorry", hanya kata-kata itu yang terucap dari bibir mungilku.

Aku seorang Lexxi yang ga akan mungkin menangis hanya masalah cowok. Mungkin sebagian bahkan lebih menganggap diriku kejam. Tapi inilah aku. Jiwa fuckgirl yang sudah mendarah daging, selalu saja main-main yang namanya cinta.

"Oke, udah beres masalah satu nih", menarik nafas dan menghembuskannnya secara perlahan

Aku juga bangkit, berlari kecil menuju kantin. Meskipun bel istirahat kedua sudah berbunyi 9 menit yang lalu. Tapi aku adalah cewek yang ga bisa kalo ga bikin masalah satu hari. Masalah yang ku maksud bukan tawuran, bolos, rok pendek, atau apalah itu sampai di luar batas. Ya disini maksudku selalu saja ditegur, ga juga sampe masuk buku kasus.

Tenang aku tipe cewek fuckgirl yang cuma bisa ngandelin wajah doang, cengeng dan over manja. Dan aku sudah terkenal di SMA Pembina ini dari awal aku MPLS. Karena aku hampir masuk buku kasus gegara rambutku yang berwarna coklat yang sedikit terang di bagian atasnya. Guru dan kakel dulu bilang kalo aku cat rambut. Padahal emang aslinya kek gini.

Setelah membeli snack untuk stok ku di dalam kelas. Aku melangkah kecil dengan riang menuju kelas jahanam, kelas ku mengabdi XI IPA 3. Setibanya aku di depan kelas. Keadaan kelas yang amburadul membuat ku mengernyit bingung. Gimana ga bingung coba aku telat hampir 15 menitan. Tetapi guru belum datang.

Aku segera duduk di bangku kesayanganku, di dekat jendela nomor 1 dari belakang. Heehhehe.. ya aku emang selalu langganan duduk di belakang. Because mudah ngapa-ngapain. Misalnya makan ketika guru jelasin di papan tulis.

"Xxi lo dari mana etdah, lama lo, ketinggalan info nih" , ucap satu cewek berambut panjang lurus berwarna hitam. Dia Vika, temanku yang aduhai modis, pandai banget pasal love-lovean dan selalu tersakiti.

"Info apa?", tanyaku to the point.

"Jamkos hari ini, because ada tanding basket di sekolah kita, katanya sih lawan SMA Pratama"

"Jadi?", tanyaku heran. Gmn ga heran juga yang tanding basket siapa ko heboh bener bilang ke aku.

"Ya si Candra otomatis main dong, kan dia lagi deket ama lo, masa lo ga ngedukung gebetan, trus temenin gue cuci mata liat Stiven", sambung Vika dengan wajah yang berbinar-binar.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang