Candra si Ketua Basket

46 8 0
                                    


Saat dekat terasa nyaman, tapi kau tak kan pernah tau maksud dan tujuan kedekatan itu.



Aku keluar kelas dengan santai sambil menggendong tas ransel di punggungku sebelah kanan. Dan aku baru ingat, dengan ajakan Candra tadi.

Aku pun bergegas menuju parkiran yang memang agak jauh dari kelasku. Sesampainya di parkiran, Candra sudah stay di depan mobil yang biasa dia pakai untuk ke sekolah.

Candra melambaikan tangan ke arahku, otomatis diriku pun mengangguk dan berlari kecil menghampirinya.

"Yuk"

"Udah lama ya nunggu"

"Ga ko, barusan aja gue dateng di parkiran", ucapnya tersenyum.

"Oh ya?, biasa lo juga tau kelas gue lumayan jauh dari parkiran", sambungku membalas senyumannya.

Tanpa lama-lama lagi kami berdua sudah masuk ke dalam mobil. Kesan pertama saat masuk, aku telah di suguhkan dengan aroma kopi yang khas dan wangi. Aku memang bukan pencinta kopi tapi jujur bau ini sangat nyaman. Mungkin Candra adalah pencinta kopi. Keheningan mengelimuti yang terjadi sekitar beberapa menit ini. Candra yang fokus menatap jalanan yang agak macet sore ini dan lain halnya dengan aku yang sudah sibuk dengan pikiran sendiri.

"Lo suka kopi ya?", tanyaku untuk melepas keheningan, yang terdengar hanya deru mesin motor dan mobil.

"Oh iya sorry Xxi, gue cuekin lo, soalnya jalanan ga mendukung", ujarnya merasa bersalah.

"Hmmm ga suka suka amat sih tapi, suka aja cium baunya, lagi pula kalo di jadiin pewangi itu kaya ada khasnya gitu lho"

"Kenapa kamu mual ya?", tanyanya lagi.

"Ga ko, padat banget jalan ya, ga kaya biasanya?"

"Aduh gimana ya, mau muter balik juga ga bisa Xxi, kalo lo capek tidur aja, mungkin ini bakal lama deh, panjang banget macetnya".

"Bukan gitu maksud gua, jarang-jarang juga macetnya lama gini".

"Lo udah bilang orang rumah, ntar di cariin lho Xxi?"

"Iya udah ko, lagian kalo gua pulang lama juga mereka pada tau pasti macet"

Suasana jalanan yang semakin padat dan bungi deru mesin yang semakin kencang, hanya terdengar sayup-sayup olehku. Tapi aku masih sadar ada sebuah jaket yang menempel pada tubuhku. Tapi itu tak seberapa dengan rasa kantuk yang telah menyerang. Tak lama aku pun terlelap meninggalkan Candra yang sedang serius menatap jalanan yang tak ada celah untuk maju.

..........

Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah bernuansa hitam putih, dengan pagar yang senada. Sebuah tangan kekar menyentuh bahuku dan menggoyangkannya secara perlahan. Dan aku juga merasakan pipiku di tangkup oleh tangan yang sama.

"Xxi... Lexxi...bangun udah sampai"

Aku pun perlahan-lahan membuka mata dan terkejut dengan betapa dekatnya wajah Candra dengan wajahku. Aku yang masih mengumpulkan kesadaran pun akhirnya tersadar. Mataku langsung menjelajah melihat sekeliling dan segera bergegas ingin turun dari mobil Candra.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang