Maut Bagiku

29 2 1
                                    

Sial...
Hanya kata itu yang dapat menjelaskan keadaanku sekarang.

Aku mengerjapkan kedua bola mataku. Samar-samar aku melihat sekeliling. Yupp...suasana di sini sangat berbeda dari biasanya.

"Gila sakit pol, kepala juga ngajak gelud nih, pake sakit-sakit segala". Aku menggerutu sendiri dan perlahan mengangkat kepalaku yang terasa sangat berat.

"bangun juga lo"

"emang gua mati, ga bisa bangun", ujarku ketus karena menahan pengar kepalaku.

Gadis itu terkikik geli, sambil menoleh ke arah ku.

"ko gua di sini"

"emang lo mau, gue anterin balik ke rumah ortu lo, bisa-bisa kita kena granat habis ga berbekas, tinggal butiran debu".
Sambung Vika berbicara mengikuti nada bicaraku. Ketus...

"mau lo tinggal nama aja hah?"

Emang benar sih. Orang tuaku tak pernah tau jika aku bertindak seperti cewek malam gini. Apalagi abangku, bang Alex. Syukur aja dia ga ada semalam, karena dia pergi ke puncak bareng temennya. Kalo ada, emang bener kata Vika habis di granat semua.

Yang orang tuaku tau cuma, aku hanyalah siswi terkenal di sekolahan. Yang selalu saja berurusan dengan cowok, karena mereka tertarik pada pesonaku.

"Vik"

"paan?"

"ambilin gue air dong, sumpah kepala gue sakit banget"

"makanya jan minum, tolol sih, goblok lo pelihara"

Vika menyebikkan mulutnya kesal, tetapi dia masih beranjak pergi mengambil air.

"gue mau lo deketin Stiven"

"ngapa harus Stiven sih, babi lo"

"kalo lo ga mau video ini masih di tangan gue, mau gue sebar sayang"

"gue cuma mau liat lo menderita Xxi, mungkin hanya Stiven yang bisa bikin lo nyadar akan perjuangan cinta yang sesungguhnya"

Ahhhhhhh....
Aku menggeram kesal dan melampiaskannya dengan memukul kencang kepalaku.

Kata-kata Daren semalam terus menggema dalam otakku. Sial, hanya kata itu yang dapat menggambarkan keadaanku sekarang.

"woi lo tolol, malah di pukul tuh kepala kaga sakit nyet"
Vika masuk, menyodorkan segelas air putih kepadaku.

Aku mengambilnya, meneguknya hingga tandas.

"hmmm Vik, Daren serius sama ucapan dia semalam"

"lo ingat, kirain gue nggak, lo mabuk berat semalam"

"lo hampir ciuman sama cowok ga dikenal", sambung Vika lagi.

"WHAT??!?!?!?!!"

"ga ga ga... Gue ga percaya, lo ngibul kan Vik"

Aku tersedak hingga terbatuk-batuk ga jelas, mendengar fakta tentang diriku semalam.

"ngibul pala lo, makanya jan mabok lo"

Aku menggelengkan kepala dengan kencang tak tentu arah. Berharap semua fakta itu perlahan lenyap dari pikiran ku. Tetapi itu sia-sia.

Fakta itulah yang menghantam diriku untuk bergerak cepat menyelesaikan masalah ini.

"sebenarnya gue ga habis pikir sama tuh si babi, dia mau apa coba, gua udah nyejalanin dare gue", kataku frustasi.

"hanya ada satu kemungkinan, dia mau lo ngerasain apa yang dia rasain", sambung Vika menatap lurus ke arah pintu kaca balkon kamarnya.

"maksud lo?"

"ya dia sayang ama lo Xxi tapi caranya salah"

"ihhh Vika mah, maksudnya apa sih, otak gue ga bisa di ajak kompromi", ucapku geram mendengar Vika. Aku kesal mendengarkan Vika mengoceh yang semakin membuat otakku berpikir. Cukup sudah rasa sakit ini, ditambah omongan Vika yang berbelit-belit. Dan mungkin sebentar lagi aku akan geger otak. Hahahha candaa...

"ya itu, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya"

"whatt? Woi gue ama Daren udah lama end, bahkan harusnya Candra yang kek gitu, tapi dia fine-fine aja tuh"

"tiap orang beda-beda goblok", sarkas Vika.

"ribet banget sih, dasar jingan"

...

Langkah kakiku terus berjalan menelusuri celah-celah minimarket. Memilih cemilan dengan lesu.

Akhhhh...
Omongan Daren selalu saja mengganggu otak mungilku ini. Kalo misalnya video itu di sebar, tamatlah riwayatnya.

"permisi, gue mau ambil minuman itu", ucap seorang laki-laki. Aku masih belum melihat wajahnya karena aku tengah melamun.

"oh iya maaf", ucapku cepat-cepat mengembalikan fokus.

"Lexxi?"

Ohhhh tidak, suara itu, suara cowok yang beberapa hari lalu mengantarkan aku pulang. Aku masih diam, tak bergeming sedikit pun. Sampai dia kembali bicara, aku sadar.

"hmmm, gue Stiven kalo lo lupa", ucapnya kembali.

Aku cengengesan "oh iya, ga mungkin dong gue lupa"

"gue duluan Ven, bye"

Ku lihat Stiven mengangkat satu tangannya. "Mengapa harus ketemu dia sih"

...

Aku melangkah keluar minimarket itu, berjalan santai menuju mobil. Aku bawa mobil semalam, karena hujan guys...
Dan itu bukan mobilku tapi mobil papa.

Aku ga sekaya orang-orang. Ingat itu.

"wah...wah...wah, tanpa ngasi jawaban mantan gue tersayang udah pdkt aja nih sama babang Stiven"

Tanganku di tarik paksa oleh Daren menuntunku menuju mobilnya "lepasin gue, tangan lo kotor, ga pantas buat pegang gue"

Langkah Daren berhenti, begitu juga dengan pegangan nya di pergelangan tanganku

"sadar diri Xxi, kalo lo mau ngatain orang, lo juga kotor dan munafik"

Plak.....

Satu tamparan keras mendarat di pipi Daren.

"jangan buat gue makin ngelunjak Xxi"

"akan gue kasih lo pelajaran", tukas Daren disertai dengan smirk di wajahnya.

....


Aduhhh... Darenn mau ngapain Lexxi ya

Gimana part ini
Komen ya
Jangan lupa vote juga
Terima kasih...

Salam
A_zzahra😊









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang