E M P A T

261 16 3
                                    

Alkan mendaratkan bokongnya kearah sofa Apartement target berikutnya. Ia cukup lelah karena berdebat dengan Liana yang membuatnya kesal.

Untung, dia sayang, kalau tidak? Mungkin Liana sekarang sudah menjadi mayat mayat bekas Alkan.

Ia membuka jendela Apartementnya, siapa tahu ada yang ingin ia bunuh hari ini. Tiba tiba, matanya menitik kearah sasaran yang tepat.

Seorang model, yang dikabarkan dekat dengannya. Tentu saja ia tidak suka pada wanita ular itu, bahkan ia merasa jijik jika wanita itu terus menerus membuatnya mendekat.

Kata orang tuanya, mereka ingin Alkan menikahi Luna, dengan akal akalannya saja, Alkan menganggukkan kepalanya berakting sungguh. Hal ini, membuat Luna tersenyum merekah terceta dibibir operasinya.

Padahal, anggukan itu ia dapat agar Luna tidak jauh jauh dari jangkauannya. Dan, apabila halnya tepat, ia akan langsung membunuh Luna. Itu saja!

Alkan melihat kalender yang tertera dilaci mejanya. Matanya seketika menyipit karena dia tertawa. Tertawa sangat keras. Bahkan, mungkin orang orang mengira kalender Alkan itu kalender jadi jadian.

Dengan cekatan ia mengambil sweeter berwarna hitam itu dan topi senada. Kemudian ia menggunakan sneakers warna putih dan turun dari Apartement keramatnya.

Ia berjalan santai melewati manusia manusia berdosa yang sedang menguji ketampanannya. Dengan malas, ia mengangkat tangannya melambaikannya kepada Luna.

Luna dengan angkuh mengangkat dagunya, dan dengan percaya diri ia mengibaskan rambut pekatnya kemudian berjalan dengan engkek. Karena pinggulnya yang besar mengalun alun.

"Hallo my boy" Ucapnya dengan nada menggoda. Dengan segala godaan , Alkan ingin cepat menerkam Luna. Bukan menerkam karena hasrat! Namun, karena ia ingin memotong motong lidahnya yang menggelantung indah itu.

'Lihat saja Luna! Aku akan menjadi malaikat mautmu!"

••

Liana melenguh mencoba untuk menetralkan cahaya yang masuk di netra matanya.

"Eungh" Ia menggeliat dikasur empuk yang beberapa hari ini ia harus tidur disofa karena kelelahan hayati dan hati.

Ia mengingat jelas ucapan serta ungkapan yang tantang dari Alkan tadi pagi. Kelinci itu?

Huh, pasti sudaj dibuang Alkan(Fikirnya).

Tatapannya beralih kearah ponsel bermerk yang tergeletak rapi di sudut meja. Dengan segera ia menatap ponsel itu berbinar.

Pasti cara ini akan berhasil membuatnya kabur dari neraka yang sangat biadap ini.

Ia menekan tombol power. Dengan cekatan, ia membuka telepon karena ponsel ini tidak di sandi sama sekali.

Tut

Sambungan terhubung, ia masih mengingat nomor ponsel sepupu laki lakinya itu. Walaupun ia anak tunggal, namun ia tetap merasa memiliki kakak.

"Hallo" Ucap Liana

"Ya? Ini siapa ya?" nampaknya, Reno, tidak mengenal suara Liana ditelefon

"Abang. Ini aku Liana!" Ujar Liana kesal

"Ha? Ohh liana? Eh WOI LIANA DARIMANA SAJA LO? LO KIRA KITA SEKELUARGA KAGAK PANIK AJA! BISA BISANYA BIKIN KEMBARANNYA SHAWN MENDES PANIK! TADI MAMA NYARIIN LO. Hemm, btw gue turut berduka cita ya Li" Setengah berteriak dan dilanjutkan dengan lirihan. Liana bisa menangkap dari nada itu, sepertinya mereka khawatir. Berarti masih ada yang sayang Liana

"Iya abangg maaf. Tadi Liana kerumah temen. Nah aku malah tersesat" Mata Liana menangkap sebuah Cafe di seberang sini.
"Liana lagi ada Di Cafe.. Emm Cafe Flowers. Ya Flowers" Ujarnya Antusias. Tentu saja semangat, karena sebentar lagi ia bebas. Mungkin?

"Oke, tunggu sana!"

Klik

Liana dengan cepat membasuh muka lalu mengambil dompetnya yang tergeletak. Ia mengingat bahwa Alkan akan menyita ponselnya.

Dengan ceria ia membuka pintu rumah, namun, apa ini kenapa didepan pintu banyak laki laki bertopeng.

"Si... Siapa kalian?" Tanya liana gugup.

Oh shit! Bahkan kini semua laki laki menatap objek yaitu Liana.

"Kita disurug tuan muda untuk menjag anda. Nona" Ujar laki laki menurut Liana lumayan tampan. Ya, mungkin seusia diatas dua tingkatnya.

"Oh, minggir saya mau pergi" Ucap Liana. Liana ingin melangkah namun tangannya dicekal oleh salah satu bodyguard aneh itu.
"Bisa lepas nggak?!" Sentaknya sengit.

"Maaf nona. Anda tidak diizinkan pergi" Ucap Bodyguard berbadan gempal.

Liana mencoba berpikir. Dan! Yeah! Found It! Ia akan melaksanakan cara ini!

"Maaf sebelumnya. Tapi saya takut dikamar mandi tadi ada ular piton! Tidak cukup jika hanya satu orang! Namun bisakah kalian semua?" Tanya Liana berakting seolah takut

"Tentu. Always for you. Nona. Tunggu disini jika kau tidak ingin terkena masalah" Ucap laki laki berambut gondrong itu.

"Lo kira gue takut? Wlee" Liana segera berlari turun tangga dan menyusul Abang sepupunya itu.

••
Tebeche!

Ekhemm. Cek cek. Wkwk. So, ini chapternya aku buat dengan hati ya guys.

Jan lupa votment

Typo bertebaran!!!



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY PSYCOPATH BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang