Taeyong membuka kedua kelopak matanya perlahan, raganya masih terbalut dibalik selimut. Badannya serasa remuk, belum lagi bagian bawahnya yang begitu perih. Ia melenguh pelan, menahan rasa sakit.
Netranya tak mendapati sesosok lawan mainnya semalam. Di meja, terdapat secari kertas dan amplop coklat.
Taeyong perlu usaha keras untuk memindahkan tubuhnya dari kasur, amplop coklat itu berisi segepok uang yang entah berapa nominalnya tersebut. Matanya bergilir melihat kearah kertas kecil.
Maaf saya harus pergi. Saya ada rapat penting pagi-pagi. Uang yang saya kasih anggep aja imbalan karena udah berhasil bikin saya merasa puas. Terima kasih.
Taeyong mengangkat kedua bahunya tak acuh, bibirnya dibuat melengkung kebawah dan menatap remeh pada secari kertas itu.
"Ya ya, makasih juga buat permainannya semalem." Ia berjalan menuju kamar mandi. "Gua padahal ga peduli amat sama duitnya. Bagi gua kalo udah sama-sama puas, ya yaudah." Tuturnya sebelum memasuki kamar mandi.
***
Ibu kota sibuk seperti biasanya, banyak keadaan berlalu lalang, teriknya panas matahari membuat semangat manusia-manusia yang dibawahnya luput dari keluhan. Sambat.
Sejujurnya, Taeyong masih merasakan kurang puas libur selama tiga hari. Masalahnya, lubangnya itu masih terasa perih. Menyebalkan. Salahkan pria itu memiliki penis besar, ya!
Ia memcembikkan bibirnya, kedua kelopak mata indah itu masih berkutat pada layar komputer yang berisikan dokumen-dokumen anggaran serta acara.
"Lee!"
Yang dipanggil sontak kaget, ia langsung memutar badannya ke sumber suara. Mendapati Doyoung, sahabatnya di kantor.
"Jangan ngagetin gitu, ih. Kan aku kaget." Taeyong makin memanyunkan bibirnya.
Doyoung tertawa, "maaf, deh." Lelaki kelinci itu menaruh segelas kopi di atas meja temannya itu. "Serius banget, sih? Dikejar deadline apa gimana?"
"Ngga, Doy. Aku kan kalo kerja emang begini. Oh ya, makasih buat kopinya, ya?"
"Sama-sama." Doyoung tersenyum, "jangan terlalu fokus gitu. Nanti kalo ada gempa, sebelum lari, udah plenyek duluan ketiban beton, lho."
Tawa si kelinci itu membahana, yang diejek hanya cemberut, sesekali ia menyesapi kopi latte tersebut sebelum jemari-jemarinya kembali mengetik laporan.
"Kamu ngga ada kerjaan, Doy? Gangguin aku aja."
"Aku kesini sebenernya cari hiburan, sih."
"Nge-bully aku, ya."
"Untung paham." Doyoung kembali tertawa, sebelum pamit meninggalkan meja Taeyong.
Meski pria kelinci itu menyebalkan, dia tetaplah sahabat Taeyong yang paling baik. Ia selalu berada di samping Taeyong dikala senang maupun susah. Namun, Doyoung sama sekali tidak tahu apapun mengenai masa lalu sahabatnya itu.
***
Seorang lelaki dengan setelan kantoran lengkap keluar dari ruang rapat dengan wajah kelelahan. Semalam ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk jajan, belum lagi waktu tidurnya terpotong cukup banyak.
Tak heran si lelaki tampan itu kini menguap beberapa kali, juga matanya sayup-sayup ingin tertidur dengan tenang.
Kaki jenjangnya mengarah pada ruang kantor pribadinya, plakat dengan tulisan Jung Jaehyun turut menyertai betapa begitu gagahnya pria itu menduduki singgasananya.
![](https://img.wattpad.com/cover/215237689-288-k530232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Jung-Lee 🔞 [JAEYONG] ✓
Fanfic⚠️ MENGANDUNG KONTEN +18 DAN MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA FRONTAL, VULGAR, DAN NON-BAKU ⚠️ [JAEYONG] Jaehyun x Taeyong Sinopsis: Jaehyun dan Taeyong punya akun alter, mereka ga saling kenal. Sumpah. Terus pernah 'begituan' yang modal ketemuan lewat...