Hari-hari ku tak jauh dari namanya lingkungan kampus. Bukan berarti aku anak organisasi kampus yang memanfaatkan masa luangnya untuk membuka wawasan dan menumpahkan visi dan misinya di dalam organisasi kampus.
Aku terkenal dengan mahasiswa yang tidak peduli akan organisasi kampus begitu juga dengan dua orang sahabat ku Silvi dan Prili. Entah kenapa kami sepemikiran bertiga jika organisasi itu hanya membuang waktu saja.
Setelah perkuliahan selesai, kami selalu nongkrong di gazebo samping Labor. Kami menumpahkan segala keluh dan kesah yang telah terjadi di hari ini.
"Eh, kamu tau gak sih jika sebentar lagi ada pemilihan ketua BEM ?" (Ucap ku menghampiri dua orang teman ku)
"Iya, emang kamu mau ikut ?" (Sahut Prili)
"Ya enggak lah, boro-boro jadi ketua. Anggota aja aku gak mau" (Ucap ku)
"Iya juga sih" (sahut Silvi)
"Aku tak diizinkan untuk mengikuti organisasi saat kuliah, karna orang tua dan saudaraku selalu cemas jika aku harus ikut organisasi. Oleh sebab itu waktu SMA aku diizinkan mengikuti organisasi sepuasnya sehingga nilai ku anjlok. Makanya aku dilarang" (Ucap ku)
"Ooo, kalo aku sih karna males aja. Gak pernah aku ikut organisasi seumur hidup ku" (Ucap Silvi)
"Sama" (Sahut Prili)
Salah satu kenapa aku tak diizinkan ikut organisasi karna mereka takut jika itu mengganggu perkuliahan ku. Dan yang pasti nya mereka tak mau jika aku drop kembali seperti dulu. Sedangkan aku kuliah jauh dari mereka saja, mereka selalu mengkuatirkan ku. Kenapa tidak kuatir, karena aku salah satu anak dari mereka yang imun tubuh ku lemah. Hanya saja aku tak ingin sahabat ku mengetahui kelemahan ku, karna aku tak mau mereka begitu mengkuatirkan diriku seperti saudara-saudaraku dan orang tua ku.
Hari - hari ku selalu saja diisi dengan lelucon mereka. Jarang aku merasakan sedih didepan mereka. Hal yang biasa aja bisa dijadikan konyol oleh mereka. Itu kenapa aku mulai menyukai pertemanan ini.
Hati ku selalu berbisik, ingin sekali rasanya aku untuk mengikuti organisasi. Hanya saja orang tua ku tak mengizinkan diri ku. Karena aku selalu kotmitmen untuk memegang janji ku kepada mereka.
Sudah hampir 2 tahun aku berada di kampus ini, rasa ku mulai membosankan. Hari demi hari selalu saja ku lewati begini. Tak ada yang ingin ku jadikan kenangan dikampus ini, kecuali marah dengan ketua jurusan dan beradu argumen dengan mereka yang selalu merendahkan yang lainnya. Yaps, aku tak suka dengan ketidakadilan.
Bagaimanapun suara ku paling terdepan membela mereka yang begitu lemah diinjak oleh mereka yang semena - mena. Contohnya dalam ngerjain tugas, hanya satu orang itu aja yang ngerjain selebihnya nitip nama dan memberikan uang yang lebih. Aku pernah mengalami posisi itu, ketika awal baru-baru kuliah.
Aku tak peduli berapa banyak uang yang mereka berikan tapi aku hanya butuh kepedulian dan kerjasama di kelompok. Dan adu argumen pun terjadi ketika itu. Itu kenapa aku di bilang cewek pemarah di kelas. Bukan pemarah tapi aku membela keadilan.
"Hanum.." (seseorang memanggil nama ku dari atas Gedung kampus)
"Apaa" (sorak ku)
"Selamat ulangtahun sayang" (sorak Vino)
"Apaan sih kurang kerjaan amat" (ucap ku menghiraukan Vino dari atas sana dan melanjutkan obrolan ku dengan sahabat ku)
Vino adalah teman sejurusan ku, semua cewek selalu dipanggil sayang. Jadi, udah biasa saja bagi dia untuk manggil sayang kesemua cewek yang dianggapnya sudah dekat.
"ar-raḥmān... 'allamal-qur'ān... khalaqal-insān... 'allamahul-bayān" (dari sumber mushola)
Lantunan ini selalu menyejukan hati ku, aku selalu penasaran siapa gerangan yang melantunkan surat Ar-rahman tersebut. Aku pun bergegas mendatangi Mushola mencari tahu siapa dia.
"Tem, bentar aku mau ke mushola bentar" (Ucap ku meninggalkan teman-teman ku)
"Ngapain Hanum buru-buru ke mushola ? Kan dia gak lagi sholat" (sahut Silvi penasaran)
"Liatin aja dari sini ngapain dia" ( ujar Prili)
Aku pun langsung bergegas mencari siapa orang yang setiap hari melantukan ayat tersebut. Suara yang merdu selalu bikin hati ku begitu tenang. Aku menikmati ayat demi ayat yang ia lantunkan. Duduk di teras mushola dan memejam kan mata ku "masya'Allah, suara nya begitu merdu melantun ayat demi ayat Mu" (gumam ku dalam hati)
Setelah selesai, aku pun clingak clinguk dari teras melihat kedalam Mushola itu. Hanya saja aku melihat punggungnya, wajahnya tidak terlalu nampak dari sudut pandang ku.
"Hanuum" (sorak teman ku memanggilku dari arah gazebo)
Gazebo ke Mushola tidak lah terlalu jauh, suara mereka yang melengking membuat ku menghentikan penasaran ku kepada pria itu. Akupun kembali menghampiri mereka.
"Ngapain clingak clinguk di mushola, kek orang mau maling kotak amal aja" ( Ucap Silvi tertawa)
"Bukan, aku cuma pengen tau suara siapa yang melantunkan ayat-ayat itu" (Ucap ku)
"Lah, itu kan si Dito masak kamu gak tau" (sahut Prili)
"Ya aku mana taulah"(Ucap ku).
"Kamu menyukai nya? " (Tanya Silvi)
"Bukan lah, aku cuman penasaran" (ucap ku)
"Hmmmmm" (ucap mereka serentak)
Entah aku menyukainya atau tidak, yang penting lantunan itu selalu menenangkan hati ku.
~~~
Siapa ya gerangan yang membuat hati Hanum seketika luluh karna lantunan ayat tersebut ?
Dan siapakah Dito itu ?Kepoin terus ya..
Gampang sekali hati ku tersentuh kepada pria yang melantunkan Ar Rahman di mushola itu
Jangan lupa hafalin Ar Rahman nya untuk ku. Jika kamu menginginkan hati ku luluh #Ouupss
-------------------
Jangan lupa, baca Al-Qur'annya walau satu ayat saja. Khasian tu Al-Qur'an nya dianggurin aja. Kek kamu ke dia di cuekin. Ntar dicuekin balik sakit loh. Ketika hatimu tak tersentuh dengan Al-Qur'an lebih bahaya ketimbang dicuekin do'i yang belum tentu jodoh
-------------------Note : dilarang mengutip Tanpa izin
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Strong For Yourself
Teen Fictioninspiratif dari cerita pribadi dan sahabat sisterlillah yang ku kenal dari berbagai daerah lainnya, pengalaman hidup yang memungkinkan akan menjadi inspirasi bagi pembacanya.. InsyaAllah, semoga bermanfaat 😍