Ke JannahNya

11 0 0
                                    

Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Ketika sahabat ku Silvi berubah seketika. Aku tak tau apa yang terjadi padanya. Seakan semua menjadi berubah.

Dan lagi, aku melihat Jaka bersama wanita itu. Perasaan ku seketika sakit melihat dia berdua bahagia di sana. Rasanya baru kemarin aku memberikan dia kesempatan kedua. Tapi dia lagi-lagi buat aku kecewa.

Aku langsung menghampiri mereka dengan rasa yang penuh amarah. Seketika langkahan ku terhenti, mendengarkan lantunan ayat suci itu. Hati ku bergumam untuk berbalik arah menenangkan diri ke mushola.

"Hanum" (Panggil Devi menghampiri diri ku yang berbalik arah ke mushola)

"Aku mau bicara" (Ucap Devi memegang tangan ku, dan membawa ku duduk di teras mushola)

"Ada apa ?" (Ucap ku penasaran)

"Begini, aku tahu kamu pacaran dengan Jaka. Aku tidak melarang mu untuk pacaran. Tapi kamu ingat gak pengajian kita kemaren. Bahwa pacaran itu sangat di benci oleh Nya" (Ucap Devi menggengam tangan ku)

"Iya Dev, aku juga tersentuh akan pengajian kemaren. Betapa berdosanya pacaran itu. Dan lagi wanitalah yang jadi korbannya" (Ucap Ku)

"Lalu, aku liat kamu tadi mau menghampiri nya. Kenapa ? " (Tanya Devi)

"Aku ingin marah dengannya Dev. Tapi langkah ku slalu saja terhenti mendengarkan lantunan suci itu. Dan aku mengurungkan niat ku tadi" (Ucap ku)

" Allhamdulillah, hati mu sungguh baik Num. Kamu jangan marah dengan nya. Setidaknya kamu bisa mengambil keputusan selanjutnya" (Ucap Devi)

"Tapi, kenapa hati ku begitu sakit Dev" (tanya ku)

" Lebih sakit mana jika Allah tidak meridhoi hubungan ini" (tanya Devi kembali)

Aku hanya bisa terdiam dengan perkataan Devi terakhir itu. Ya Allah maaf kan hamba yang mencintai makhluk mu melebihi cinta ku pada Mu. (Gumam ku)

"Yasudah, liat tu teman mu Prili dan Silvi di gazebo. Kamu gak kesana Num ?" (Tanya Devi menunjuk ke arah mereka)

"Silvi marah pada ku Dev, aku gak tau kenapa dan aku takut untuk kesana" (Ucap ku)

"Coba lah kesana hampiri mereka. Gak baik kamu memutuskan silaturahmi mu" (ucap Devi mengajak ku berdiri)

"Baiklah Dev. Aku kesana" (ucap ku meninggalkan Devi di mushola)

Aku menguatkan langkahan ku ke arah mereka. Dari jauh, mereka melihat ku berjalan menghampiri mereka. Dan lagi Silvi pergi saat aku mulai mendekat. Tapi Prili masih menunggu ku di gazebo.

"Hai Num.." (Sorak Prili)

"Gimana udah baikan pinggang nya?" (Tanya Prili memegang pinggang ku)

"Adduh, masih sakit ini" (ucap ku teriak menahan sakit)

"Kenapa dengan Silvi, Pril ? Apa salah ku padanya. Seakan dia selalu menjauhi ku" (Tanya ku melihat ke arah Silvi yang pergi begitu saja)

" (ucap Prili menjelaskan apa yang telah terjadi pada Silvi)

"Astaghfirullah, Pril aku gak nyangka musibah ini terjadi pada dia. Lagian kamu juga pindah kos. Aku gak tau penyebab kalian pindah kos itu kenapa ?" (Tanya ku heran)

"Kami pindah kos bukan untuk menjauhi mu Num. Silvi meminta ku untuk pindah kos. Karna cicilan kos yang nunggak, Ibu kos menyuruh Silvi untuk pindah Num. Aku kasian, jika dia sendirian Num. Makanya aku temenin, ya walaupun kosnya apa adanya aja Num. Kami rencana pindah nanti Num, habis kuliah" (Ucap Prili menjelaskan)

"Kamu tau dari mana jika kami pindah?" (Tanya Prili)

"Aku gak sengaja denger dari anak kos Pril. Saat aku antri buat mandi, saat buru-buru aku terdengar seseroang menyebut kalian bakal pindah kos. Karena aku panik mesti buru-buru jadi aku hanya mendengarkan sekilas saja Pril" (Ucap ku)

"Hmmm begitu" (Ucap Prili menghelakan nafas)

"Nanti kamu apa ada pengajian?" (Tanya Prili )

"Gak kok Pril, boleh kan aku bantu kamu untuk pindah kos ? Mana tau aku juga tertarik dengan kos baru kalian" (Ucap ku)

"Boleh sekali Num" (Ucap Prili memeluk ku)
"Maafkan aku ya Num"

"Iya ga apa-apa. Bentar tu Putra." (ucap ku melihat Putra berdua dengan wanita itu)

"Aku kesana bentar" (Ucap ku meninggalkan Prili)

"Jangan Num" (Sorak Prili mencegat ku)

Langkahan ku kali ini tak bisa ku hentikan. Rasanya diriku memanas melihat mereka enak-enak kan berdua.

"Eeh, Lhoo.. gak ngerti amat sih ama perasaan cewek !!!!!" (Ucap ku marah)

"Apaan sih lho, datang marah-marah" (tanya putra berdiri dihadapan ku)

" Lho cowok gak sih !!! Enak ya mempermainkan perasaan cewek" (ucap ku mendorong bahu putra)

"Wooiii santai dong!!!" (ucap putra mendekati ku)

"Santai apalagi ini" (Ucap ku menyisingkan lengan ku)

"Asal lho tau yaa. Dia itu udah punya pacar, dan kamu. Mau gitu jadi selingkuhan nya" (ucap ku menunjuk kepada wanita yang di dekatinya)

"Apaa" (Ucap wanita itu berdiri didepan ku)

Ketika itu suasana menjadi riuh, orang-orang melihat kami berantem di lapangan basket. Dengan sorakan bergemuruh, suasana menjadi memanas.

"Yaa, lho cewek. Gak sadar amat. Gak punya hati, mau aja Embat punya orang" (Ucap ku memandangnya sinis)

"Woi santai dong kalo ngomong!! Gua Ama Putra baru jadian. Dan Silvi baru juga diputusin ama Putra. Gak salah dong gua pacaran sama Putra ? " (Ucapnya mendorong bahu ku)

"Wooiiii santai dong. Dasar cewek gak punya perasaan lho. Suatu saat lho juga bakalan mendapatkan pelajaran yang sama. Cam kan itu" (Ucap ku mendorongnya kembali)

Aku pun pergi meninggalkan lapangan itu, suasana yang riuh seakan telah bubar ketika aku menyudahi pertengkaran dengan mereka.
Dan aku keingat Jaka, yang sebelas dua belas dengan Putra. Ingin rasanya aku menghampiri dia. Tapi langkahan ku terhenti ketika Silvi menghampiri ku.

"Maafkan aku Hanum, gak nyangka kamu melakukan itu untuk membela ku" (Ucap Silvi menangis memeluk ku)

"Aku tidak akan berubah sil, ketika sahabat aku di sakiti oleh orang. Aku akan selalu terdepan membela kalian" ( Ucap ku memeluk dirinya)

"Aku rindu kamu" (Ucap kami serentak)

"Num, Aku ingin kita sama-sama seperti dulu. Jika kamu ikut organisasi itu, aku juga mau Num. Asalkan kita barengan terus" (Ucap Selvi melihat ku dengan mata yang berkaca)

"Aku gak memaksa kalian untuk ikut dengan keinginan ku" (Ucap ku)

"Gak Num, aku ingin menenangkan hati ku Num." (Ucap Silvi memegang tangan ku begitu erat)

"Baik lah, besok kita ke mushola ya" (Ucap ku)

Setelah kejadian itu, aku dan sahabat ku mulai membaik seperti dulu. Tak ada yang berubah dengan persahabatan ini. Hanya saja kami memulai dari awal kembali. Bersahabat mengharap Ridho dariNya hingga ke JannahNya.

~~~

------------
Sahabat adalah harta yang paling berharga yang mesti kita jaga
Melebihi emas dan mutiara di dunia
Jika sahabat mu terluka, kamu juga bakal merasakan luka itu
Jika sahabat mu bahagia, kamu juga bakal merasakan percikan bahagia itu
Itu kenapa sahabat adalah orang yang bisa memahami diri kita setelah keluarga
--------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay Strong For YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang