Kira benci jadi mata-mata. Tapi, apa boleh buat? Dia terlalu terpana dengan si Newt itu—ralat, mulai sekarang aku akan memanggilnya Jack.
Jack benar-benar mirip Newt, cowok itu sedang duduk ditaman sekolah, membaca buku. Satu tangannya merentang disenderan kursi, satunya lagi memegang buku. Dia tampak sangat menikmati posisi itu.
Posisi membaca.
Baiklah, cowok itu menambah kekaguman Kira, walaupun gadis itu kerap membandingkan Jack dengan Newt.
Sebagian dari dirinya, yang dia sebuh sisi wanitanya berteriak padanya : Dia bukan Newt! Jangan dibandingkan! Siapa tau itu jodohmu betulan! Berhenti jatuh cinta dengan tokoh fiksi, jatuh cintalah pada yang nyata!
Kira menggelengkan kepalanya, quote TFIOS lagi-lagi menghantam kepalanya.
Pain demands to be felt.
Huft. Susah sekali rasanya untuk jadi remaja normal bagi Kira, tapi itu keputusannya, dan dia tidak mau merubah keputusannya walaupun Newt duduk didepan sana. Bukan Newt, tapi seseorang yang dengan sempurna menjelma jadi Newt.
Kira berbalik, memutuskan untuk kembali ke kelas. Ketika dia menabrak Alex. Cowok itu melotot melihat Kira, menaikan alisnya.
"Ngapain kau disini?" tanyanya.
"Aku yang seharusnya bertanya." sahut Kira. Dia berjalan cepat kedepan, takut ketahuan mengintip Jack.
"Eh, tunggu!"
Kira berjalan sampai mereka berada dekat tangga, cukup jauh, bahkan terlalu jauh dari taman, tapi tak apa. Kira tidak suka mengetahui Jack menyadari dirinya mengintai cowok itu.
"Jadi, ngapain kau disana? Mengintip Jack Newton?" kata Alex dengan tatapan menggodanya.
Sekali lagi, bukannya meleleh, Kira memutar bola matanya dan melipat kedua tangannya didepan dada. "Buat apa? Dia bahkan tak lebih keren dari—"
"Aku."
"Apa?!" Kira menjerit, Alex menyeringai dan gadis itu menampar bahu temannya, "Bukan itu yang mau aku katakan! Dia tidak lebih keren dari Tobias, Jace, Minho, Newt, Archer, Luke, Draco, mphh—"
"Baiklah, aku tau." tangan Alex mendarat dimulut Kira, menghentikan perkataan gadis itu hingga dia terdiam.
Alex melepaskan tangannya dari wajah Kira, menyeringai sedikit. "Bagaimana rasanya?"
"Apa-apaan?"
"Well, aku baru saja dari kamar mandi dan—"
Kira terbelalak, COWOK INI JORONG BANGET!!!!!! jeritnya seraya menyadari kalau tangan Alex yang mendarat dibibirnya adalah tangan KIRI. Ewww.
Gadis itu memukul Alex, pukulan yang gak akan membuat cowok itu pingsan dan pendarahan. Alex berlari dan Kira mengejar dibelakang, awalnya Kira semangat. Tapi pikirannya melayang ke Jack.
apasih yang kau pikirkan?! Lupakan saja dia. Dia paling juga tidak lebih dari pengecut. Dia bakal membuatmu sakit hati!
Kira menggelengkan kepalanya, berjalan cepat menyusul Alex, masuk kekelasnya.
***
Hari ini, seperti biasa, Kira eskul, dia sebenarnya tidak suka eskul Basket, tapi apa boleh buat? Kalau tidak eskul bisa-bisa dia diceramahi oleh Madam Ashley.
Sebenarnya banyak eskul disini, tapi tidak ada yang cukup menarik, kecuali ada eskul komunitas Nerd, mungkin Kira bakal jadi orang pertama yang mendaftar.
Jadi, Kira mengikuti Alex saja yg juga eskul Basket. Sementara cowok yang menguasai lapangan, cewek-cewek dipersilahkan istirahat.
"Eh, Kira." kata Lucy. Dia juga sebenarnya teman Kira, tetapi, tidak terlalu dekat saja. Tapi dia tau kalau Lucy jatuh cinta setengah mati pada Alex.
"Hai." balas Kira.
"Kau sudah dengar?"
"Soal apa?"
"Alex bakal dipromosikan jadi kapten basket ketika Josh lulus." Josh, kakak kelas satu tingkat diatasnya akan UN dan dia bakal meninggalkan sekolah tahun depan, dan.... Alex? Jadi kapten?
"Haha." Kira tertawa, "Itu bakalan menambah kepopularitasnya. Kau bakalan makin mencintainya, iyakan?" Gadis itu memasang tampang menggoda.
Lucy tertawa dan melambaikan tangannya, "Mungkin saja sih, tapi... ah sudahlah, senang bicara denganmu."
"Ya, aku tau." Kira mengedip menggodanya dan Lucy menepuk tangannya. "Makasih informasinya."
"Ya, Kira. Sama-sama. Jangan lupa, bantu aku ya kalau prom sudah datang." dia menyeringai.
Kira tau betul maksudnya apa, dia minta Kira mempromosikan dirinya pada Alex. Soalnya cowok itu suka bingung akan mengajak siapa untuk prom yang diadakan setiap kenaikan kelas.
Tahun lalu, mereka berdua bolos dan memilih bermain monopoli dirumah Kira.
Gadis itu meraih Paper Towns, membuka lembaran yang sudah ditandainya, dan kembali membaca.
Dia bahkan nyaris tidak mendengar apapun, hening, pertanda kalau dirinya mulai terserap masuk kedalam cerita. Hingga, sesuatu berhasil membuat Kira mengalihkan pandangannya dari buku. Ini terjadi dua kali.
Oleh orang yang sama.
Jack masuk kedalam lapangan, berjalan santai dalam balutan kaus hitam dan celana olahraga. Dia memasukan tangannya kedalam saku.
Jack menghampiri Josh dan menjabat tangannya, lalu Josh memberi inisial pada Evelyn (kapten basket putri). Eve menyuruh kami turun. Awalnya, Kira tidak bergeming dari tempat duduknya. Dia bahkan tidak sadar kalau bukunya sudah tertutup, pembatas bukunya bahkan sudah berada dihalaman yang tepat.
"Kira? Kita harus kesana?"
"Ya, Professor." desahnya, kemudian matanya terbelalak. "Astaga, maksudku...aduh, maaf Lucy."
Lucy tertawa dan mengulurkan tangannya, Kira menyambut tangan Lucy dan mengikutinya berjalan ke rombongan cowok dan cewek yang sudah ada di tengah lapangan, berdiri memutar. Dengan Jack dan Josh ditengah-tengah.
"Ucapkan salam, kawan-kawan." kata Josh dengan suaranya yang berat dan keras. "Ini Jack, dia akan menjadi bagian dari kita."
Kira mengerjapkan matanya. Dia berada dibarisan terdepan. Dibelakang Josh dengan mata biru Newt—maksudnya Jack menatap Kira.
Kira tidak tau apakah dia bengong atau apa, tapi tampaknya sebuah lagu mulai terdengar dalam otaknya.
Lagu yang diputar Kira waktu dia membaca buku Maze Runner. Gadis itu melongo melihat karakter favoritnya menjelma jadi anak SMA.
Lalu suara Josh bergema. "Jack Newton, akan bergabung bersama kita."
"Trims, atas sambutannya. Kapten?"
Josh tertawa, "Kau bisa memanggilku Josh, welcome greenie."
Kira melongo begitu Josh memanggil Jack greenie. Seharusnya....Newt. Ah lupakan saja, pikir Kira. Gadis itu sudah mendapatkan kesadarannya lagi.
Ternyata yang dikatakan Josh bukan Greenie, tapi 'home' jauh sekali perbedaannya, tapi Kira tau kalau sebagian dari imajinasinya mulai mewujud jadi kenyataan.
Saat semuanya bubar, memulai latihan lagi, Alex menarik tanganku.
"Newt masuk basket? Mari kita lihat apa yang akan dia lakukan."
Kira mendengus dan Alex tertawa.
-to be continued