*Aaron POV*
"arghh.... Kepalaku sakit sekali" Aaron terbangun dari tempat tidur dan mengambil satu pil di laci kanan sebelah kasurnya.
Aneh sekali, kejadian ini membuat tubhku gemetar.Rasanya,,,, aku seperti takut akan suatu hal yang pernah menimpa ku.
Aku tidak tahu pasti, yang jelas aku terbangun di ruangan berwarna putih. Tiba-tiba seorang pria menghampiriku, lau berkata bahwa aku kembali siuman setelah setahun. Akan tetapi, hari itu selalu terlintas di benaku.
Aku melihat kedua orangtuaku dilumuri darah. Lalu para petugas medis berusaha menolong kami ditengah derasnya hujan. Tapi bukan itu yang kumaksud, yang kemaksud adalah pria yang kulihat.
Dia berdiri di antara dua bangunan, tak jauh dari tempatku.Dia memakai hoodie hitam dengan logo di dadanya. Lalu dia melihat ku dan mengeluarkan ekspresi yang berbeda.
Aku ingat sekali,dia tertawa padaku.Tak lama kemudian dia membuka hoodienya. Lalu dia memperlihatkan matanya yang luka, dan aku kehilangan kesadaranku.
Aku bersender dikasurku sambil menutup telingaku dengan gemetar. Entah kenapa aku selalu begini. " Ayolah ini hanya hujan biasa kenapa sampai begini!?" Ucapku kesal .
Aku mencoba menggerakan tanganku kearah lampu dan tiba-tiba suara kilat menusuk telingaku.Ditemani dengan angin kencang yang membuka tirai kamarku. Sepertinya, malam ini adalah malam terburuku.
Kedua mataku terbelalak melihat gelapnya malam melalui jendela besar di kamarku.
Aku tak tahu harus apalagi, kali ini tubuhku benar-benar kaku rasanya dan kenapa kepalaku semakin sakit.
Aku terus merengit sambil memegang kepalaku. "Sebenarnya, kenapa bisa aku seperti ini? Apa yang menimpaku?"
Aku juga tidak tahu pasti.Tapi, kenapa dia selalu menghantuiku. Aku juga tak tahu dia siapa. Kenapa dia terus muncul dipikiranku.
" Siall,!"
Tak lama setelah itu, aku mendengar seseorang berusaha naik ke kamarku.
Suara itu semakin mendekat, seperti langkah seseorang yang sedang berlari. Kuharap itu Vina bukan orang lain.
"BRAKKK" Aku mendengar pintu kamarku terbuka dengan keras. Samar-samar aku melihat Vina berlari ke arahku.
Dengan sigap ia memopong leherku dan menyalakan lampu kamarku.Lalu ia menyodorkan segelas air kearahku.
Vina melontarkan sedikit pertanyaan mengenai keadaan ku.Akan tetapi aku mengacuhkan pertanyaannya dan langsung meneguk sedikit air yang dia berikan.
Jujur, aku merasa lebih tenang sekarang karena Vina berada disebelahku saat ini. Akan tetapi, bayangan tersebut masih menghantui pikiranku.
Vina memeluku dan berusaha menenangkanku yang dari tadi gemetar begitu kencang. " Udah ka ,gapapa ko."
Tapi,rasanyaVina tahu apa yang terjadi padaku juga kedua orang tuaku. "Sudahlah mungkin hanya perasaanku" Pikir Aaron yang berusaha menenangkan diri.
Jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Aaron menutup buku catatannya kasar dan menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya. Ya, setiap kali Aaron mengalami traumanya ia selalu mencatat hal itu dengan singkat dan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES MEMORIES
Mystery / ThrillerBisakah semua kebahagiaan yang terbuang kita renggut kembali? Andai waktu dapat diputar, mungkin itu bukanlah suatu hal yang tabu.Sayangnya waktu selalu berjalan perlahan, meninggalkan kita selangkah demi selangkah. Pada akhirnya, kita hanya bisa pa...