Happy reading guys😘
Hingar bingar sebuah club sangat terasa memekakan telinga. Tetapi, ratusan manusia yang berada di dalamnya seolah tidak terpengaruh. Mereka larut pada kegiatan masing-masing. Ada yang dengan riang menghentakan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan seorang DJ di dance floor. Ada yang dengan santai bermesraan dengan sang kekasih, atau dengan 'perempuan malam' yang memang bekerja di sana. Ada juga yang hanya duduk sambil ditemani beberapa botol minuman keras.
Seperti lima orang laki-laki dengan pakaian serba hitam yang saat ini sedang duduk pada sebuah meja sambil menikmati minuman keras dan satu batang rokok di tangan masing-masing.
"Cari cewe gih, Can! Kasian gue liat lo jomblo mulu," ucap salah seorang laki-laki dengan kaus hitam polos dan celana jeans yang sengaja dirobek pada bagian lutut. Namanya Dastan. Dastan Galliel Dazwin.
Sementara Ican, laki-laki yang ditegur Dastan itu hanya terkekeh sambil kembali mengisap rokoknya. "Aiden sama Revi juga masih jomblo, kalo lo lupa."
"Yah, itu mah beda kali. Homoan mereka tuh."
Ucapan Bian itu berhadiah pukulan dari Revi. Laki-laki yang saat ini memakai jaket parasut hitam itu menatap Bian tajam.
"Santai, Rev. Becanda gue tuh."
Sementara Aiden, hanya diam sambil sesekali meneguk wine di tangannya. Moodnya sedang tidak bagus. Semenjak rahasia besarnya diketahui oleh seorang perempuan yang tiba-tiba muncul di hadapannya kemarin, dia menjadi sedikit tidak tenang. Jujur, dia takut perempuan bernama Rana itu membocorkan semuanya pada pihak sekolah.
"Napa si, Den? Dari kemaren lo aneh dah," tanya Dastan.
"Ada yang tau gue pengedar, di sekolah."
Jawaban Aiden sontak membuat ke-empat orang itu terkejut. Revi yang dikenal tenang bahkan sampai mengumpat.
"Kok bisa sih, Den?" tanya Ican.
"Gue juga kaget. Tiba-tiba tuh cewe nongol waktu gue ngasih barang ke Tama di gudang."
"Cewe?!" Bian membelalakan mata. "Anjir, gue gak tega kalo ngabisin cewe."
"Kan udah dikasih tau jangan di sekolah! Kita aja udah gak pernah jokul di kampus." Ucapan Dastan diangguki oleh Revi dan Bian.
Memang dari ke-lima laki-laki itu, hanya Aiden dan Ican yang masih SMA.
"Terus gimana?" tanya Revi.
"Gue udah sempet ancem dia kemaren. Tapi gak terlalu yakin kalo dia bakal tutup mulut."
"Abisin lah, udah."
"Gila lo, Rev?! Cewe dia man." Bian tampak diam sejenak. "Ancem lagi aja, tapi lebih keras. Kemaren dia lo ancem pake apa, Den?"
"Gue cekek."
Lagi-lagi Bian membelalakan matanya. "Gila! gue punya temen pada ga ada akhlaknya ke cewe."
"Eh kutil! Gak usah sok ngomongin akhlak lo." Ican menoyor kepala Bian, lalu menatap Aiden. "Anak kelas berapa sih? Besok kasih tau gue."
"Gue gak tau kelas berapa. Tapi kalo gak salah, namanya Rana."
"Rana?! Lah anjir! Temen satu kelas gue itu."
"Yang namanya Rana banyak kali, Can."
"Ciri-cirinya dah."
Aiden diam sambil mencoba mengingat lagi seperti apa rupa perempuan kemarin. "Kulitnya putih, rambutnya panjang sampe punggung, ter–"
"Itu orang apa kuntilanak dah?"
"Lo bisa diem gak sih, Bi?!"
"Sensi amat lo, Rev."
"Lanjut, Den!" ucap Dastan.
"Bajunya agak kegedean, roknya di bawah lutut,terus pake gelang yang liontinnya huruf R."
"Fiks! itu Rana temen satu kelas gue." Ican menghembuskan asap rokonya kasar sambil mengumpat. Bisa-bisanya Rana, perempuan dengan tingkat kedisiplinan yang tidak bisa diragukan itu yang memergoki Aiden. Rana itu kesayangan guru, sekali saja buka mulut, selesai sudah.
Mereka semua kembali diam, sibuk memikirkan bagaimana caranya agar Rana bisa tetap tutup mulut. Sebab, satu orang saja terbongkar, artinya mereka semua dalam bahaya.
"Gue ada cara. Nanti kita lakuin," ucap Aiden, kemudian bangkit dan memakai jaket hitam yang sedari tadi dia letakan di sebelahnya.
"Kemana, lo?" tanya Ican.
"Cabut, cape gue."
"Tiati, ditungguin macan di rumah."
"Calon mama cantik maksudnya, Den." Bian dan Dastan tertawa. Tetapi satu detik kemudian, mereka langsung menutup mulut rapat karena tiba-tiba saja, Aiden melemparkan salah satu gelas wine yang ada di meja mereka tepat di depan Bian duduk.
"Bercanda, Bro. Gak usah tegang gitu lah, muka lo pada." Aiden menepuk pundak Bian beberapa kali, kemudian berlalu keluar club.
"Sialan! Jantung gue mau copot," ucap Bian sambil mengusap dadanya.
Tbc
Jadiiiii..... Kalian suka karakter siapa????
Aiden? Dastan? Revi? Ican atau Bian?
Nanti aku kasih visual castnya.
Visual itu cuma sekedar pelengkap aja si, kalian tetep bebas kok mau bayangin siapa hehe😅
Ok deh jangan lupa vote+komen ya
See you❤️Salam,
JhangianiTegal, 28 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Drugs in love (Belum Revisi)
Teen FictionKesalahan terbesar dalam hidup Aiden adalah menjadikan dirinya sebagai salah satu anggota komplotan besar para pengedar narkoba di usianya yang baru menginjak 16 tahun. Kekecewaan pada sang ayah yang membawa Aiden memilih jalan ini. Bukan untuk uan...