2. SIAPA DIA?

45 18 2
                                    

Halaman Terakhir || Bagian Dua

_______________

Jangan lupa vote dan comment cerita ini ya. Karena bagi author itu adalah hal yang sangat berharga. Terimakasih.
Lubh <3
.
.
.
.
.
.

SELAMAT MEMBACA
~~

Cuaca hari ini cukup cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca hari ini cukup cerah. Awan putih yang tipis menghiasi langit yang berwarna biru muda. Matahari masih terasa hangat, tidak begitu panas.

Lopika turun dari mobil ayahnya. Jarang-jarang ia bisa berangkat sekolah diantar oleh ayahnya.

"Yah, aku sekolah dulu ya. Hati-hati dijalannya." Ia menyalami tangan sang ayah.

Ayahnya mengacak pelan rambut Lopika. "Kamu belajar dengan rajin. Banggakan ayah dan ibumu," ucapnya.

"Siap yah,"

Ayahnya mengangguk pelan sambil tersenyum. "Yasudah sana masuk,"

Lopika menutup pintu mobilnya kemudian melambaikan tangannya kearah ayahnya. Mobil hitam ayahnya melaju pergi. Menjauh sampai hilang tak terlihat oleh gadis itu.

Ia berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah. Tidak begitu banyak orang yang masuk, masih terbilang cukup sepi. Begini lah kalau dirinya berangkat bersama ayahnya. Kalau tidak kepagian, ya kesiangan.

Tapi masih untung juga hari ini ia datang pagi-pagi. Lebih baik begitu daripada harus terlambat kemudian dapat hukuman karena kesiangan.

Gadis itu menelusuri lorong kelas. Tidak ada siapa-siapa. Sangat sepi dan sunyi. Hanya langkah kaki dan bunyi suara nyanyian dari mulut Lopika.

Ia harus melewati beberapa kelas lain sebelum ia sampai dikelasnya. Saat melewati kelas 10 IPA 3, ia melihat lelaki yang sedang menelungkupkan kepalanya diatas meja. Wajahnya tidak terlihat karena terhalang hoodie miliknya. Lopika hanya mengangkat bahunya kemudian melanjutkan jalannya. Menghiraukan apa yang tadi ia lihat.

Lopika masuk kedalam kelasnya. Kelas 10 IPA 1. Disana baru ada dua orang, lelaki dan perempuan. Salah satu dari mereka melambaikan tangannya ke arah Lopika.

Gadis itu hanya menatap kedua orang itu dengan tatapan kaku. Bingung bagaimana ia harus membalasnya. Orang itu memang selalu mengajak kemanapun ia pergi. Ya mungkin ia ingin berteman dengannya.

Rasanya aneh dan berbeda jika sudah harus berada di lingkungan seperti ini. Menjadi sosok Lopika yang tidak banyak bicara.

Entahlah ia susah untuk bergaul dengan teman-temannya. Ia lebih senang sendiri, daripada harus merepotkan orang-orang disekitarnya.

Halaman Terakhir [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang