3

3 0 0
                                    

Dengan lesu, Ghea kembali masuk ke Kafe April dia langsung duduk di meja yang tadi. Tiara menyadari adanya seseorang dia mendongak, kemudian senyumnya langsung terbit.

"Gimana?"

Ghea menunduk lesu, dia menghela napas. "Langsung pergi, gak sempet kenalan." Seakan baru ingat, dia langsung duduk tegap kembali. "Aku jadikan di trak-"

Belum sempat Ghea menyelesaikan kalimatnya, Pelayan datang ke mejanya dan menyimpan beberapa makanan yang telah di pesan tadi oleh Ghea sendiri. Seakan tersadar Ghea langsung menunduk lesu kembali.

"Lo kenapa sih Ghe?" Tiara merasa aneh dengan sikap Ghea, biasanya bila makanan datang, dia paling semangat, namun kenapa malam ini? Dia terlihat lesu, lelah, letih.

Ghea menatap Tiara "Katanya tadi mau di traktir, aku lupa tadi malah pesen duluan, dibayarin sama orang tadi lagi," Bibir Ghea langsung cemberut.

Tiara sudah tertawa, "Yaudah sih, itu juga di traktir." Dengan cepat Tiara langsung memamerkan dompetnya di depan Ghea, "Pet pencopetnya pelupa, jadi malam ini duit lo aman," Tiara semakin tertawa terbahak-bahak saat melihat Ghea semakin cemberut.

"Terserah Tiara, aku mau makan aja." Meskipun kesal, makanan bisa mengembalikkan mood Ghea, nyatanya dia sudah senyum-senyum menikmati setiap makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

Sambil diselingi beberapa cerita ngalor-ngidul, tak terasa malam kian larut, namun para pengunjung tidak kunjung surut, membuat Ghea dan Tiara terhanyut dengan suasana Kafe.

Ghea mengecek handphonenya, dia terkejut saat banyak sekali panggilan dari Mamahnya, dan saat melihat jam ia semakin terkejut, pantas saja Mamahnya menelpon, satu jam yang lalu, sekarang jam 9.30 terpampang jelas di layar handphonenya.

Ghea langsung berdiri, dia berpamitan pada Tiara, masih sempat saja dia mengintip piring-piring yang sudah kosong, takut ada makanan yang tertinggal. Rasanya tak tega ada satu makanan yang belum di santap tapi sudah di tinggalkan. Tiara hanya menggelengkan kepalanya.

Sesampainya di rumah, dia mencoba membuka pintu namun ternyata dikunci, sungguh kejam sekali Mamahnya. Ghea langsung menelpon Mamahnya.

Hallo Mah, ini Ghea udah di depan ko pintunya di kunci yah, Ghea terus saja mengetuk pintunya.

Kamu di telpon daritadi, Mamah ikut sama Papah, seminggu ke depan Mamah Papah enggak ada di rumah,lagi dinas di Cirebon, Kamu jaga rumah, itu kuncinya ada di bawah pot.

Suara Ghea bergetar, Mamah ih kenapa ikut nanti Ghege di rumah sendirian, biasanya juga Mamah jarang ikut ih, kenapa sekarang malah ikut, kalo disini ada apa-apa nanti gimana dong Ghege. Ghea sudah jongkok dia mendongak mengahalu turunnya air mata meskipun tak bisa dibohongi, mata dan pipinya sekarang sudah basah.

Aduh Ghege sayang jangan nangis, kalo kamu takut nginep aja di Oma Intan atau kalo enggak di Tiara aja. Cup cup jangan nangis dong.

Mamah kenapa ikut? Ghea bertanya dengan mata sembabnya.

Papah pasti sibuk sayang, kalo sendiri kesini kasian, jadi Mamah temenin.

Mamah ke Ghege gak kasian gitu? Ditinggal sendiri di rumah.

Bukan gitu, susah deh di jelasinnya, udah dulu yah Mamah lagi bantu Papah ini.

Hanya deheman panjang Ghea menjawab. Yaudah, hati-hati yah Ghe, Mamah tutup telponnya. Sambungan telpon langsung tertutup, Ghea kini merubah posisinya jadi duduk selonjoran di terasnya.

Udara Kota Bandung cukup dingin malam ini, untung saja Ghea memakai jaket membuat tubuhnya sedikit menghangat. Sebelum semakin larut, Ghea berpikir akan numpang tidur dimana, biasanya jika Mamahnya pergi, Ghea kadang pergi ke Oma Intan, tetangganya yang menganggap Ghea seperti cucunya sendiri, katanya Oma mempunyai cucu yang sepantaran dengan Ghea, karena cucunya itu tinggal di Jakarta, Ghea selalu di jadikan cucu pengganti oleh Oma Intan.

Oomaaa, dia mengetuk-ngetuk pintu seperti orang tidak sabaran. Setelah dipikir-pikir, Ghea memilih pergi menuju rumah Oma yang jaraknya bisa di tempuh oleh kaki, daripada harus ke rumah Tiara yang berada di ujung jalan raya.

Suara pintu terbuka, betapa terkejutnya Ghea dihadapannya kini ada seorang dewa yang nyasar dan mirip dengan dewa di Kafe April. Aland tak kalah terkejut, saat mendapati Ghea di hadapannya.

***

28Sept2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hallo Ghea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang