Cinta itu Deg-degan

21 4 9
                                    


"Kak, ngapain sih pakai acara nganterin aku ke kelas segala tiap hari?" tanya Aurel.

"Harusnya lo tu bersyukur punya kakak perhatian kaya gue," kata Elvin tak memperdulikan.

"Huh," dengus Aurel sambil melirik ke arah Adel yang terus nempel di tangan Rafan.

"Baru kenal, udah nempel aja nih kak Adel. Demen ya?" tanya Aurel merayu.

"Lo masih kecil, gak tau apa-apa soal cinta. Diem aja," sahut Elvin.

"Sewot!" balas Aurel.

"Hehe, kita udah jadian lho," kata Adel malu-malu.

"Palak lo! Kita baru aja kenal, lo udah maen namplok aja. Lo kira gue mau apa pacaran ama lo?" kesal Rafan berusaha melepas pelukan tangan Adel pada lengannya.

"Lo jadi cowok peka dikit napa? Gue suka ama lo, gue maunya pacaran ama lo," kata Adel.

"Tapi gue gak mau Adel," kata Rafan kesal.

"Kenapa sih? Repot amat jadi cowok. Gue cinta ama lo, tulus malah," kata Adel menghentikan langkahnya.

Rafan pun ikut berhenti dan berkata, "Cinta?."

"Lo serius cinta ama gue?" tanya Rafan.

"Ya iyalah," jawab Adel mengangguk.

Elvin dan Aurel yang keduluan jauh pun ikut berhenti dan mendengarkan percakapan mereka.

"Emang lo tau dari mana lo cinta ama gue? Kita aja baru ketemu," tanya Rafan.

"Kata temen Adel di Itali, kalau orang jatuh cinta itu bawaannya pasti deg-degan. Adel tadi ketemu Rafan deg-degan banget lho," jelas Adel.

"Deg-degan?" tanya Rafan lagi.

"Ho oh," jawab Adel mengangguk.

"Deg-degan, terus jantungan, kejang-kejang, koma, kritis, mampus, di kubur, kena azab, disambar petir, gosong tuh mayat, gitu?" tanya Rafan panjang lebar.

"Rafan kok gitu sih?" tanya Adel kesal.

"Lo jadi cewek peka napa? Gue gak suka ama lo, gak sama sekali," kata Rafan pedas.

"Gapapa," kata Adel dan memeluk lagi lengan Rafan dengan senyuman.

"Elvin! Lo bawa cewek apaan sih? Setres banget gue!" seru Rafan kesal.

★★★★★

"Aku ke kelas dulu," kata Aurel pamit.

"Ya udah, sono," jawab Elvin sambil memberi senyuman pada seorang siswi kelas Aurel yang lewat.

"Huh," longos Aurel kesal dan membalikkan badan masuk ke dalam kelas.

' Sesuai dugaan, kak Elvin ke sini cuma pengen ngeliat cewek bening doang, ' batin Aurel kesal.

"Vin, buruan! Gue gak betah," seru Rafan.

"Iya bentar," sahut Elvin.

"Kok gak betah? Kan ada gue," tanya Adel.

"Ada lo, gue tambah gak betah goblok!" kesal Rafan.

"Bilang aja seneng," kata Adel tersenyum manis.

"Dih," ucap Rafan jijik.

"Oke, kita ke kelas," kata Elvin.

"Lo ngapain sih lama-lama ke kelas Aurel?" tanya Rafan kesal.

"Biasa, cuci mata," kata Elvin percata diri.

"Belang lo," kata Rafan.

"Bukan belang, tapi playboy," sahut Adel.

"Nyambung aja lo!" kata Elvin dan Rafan kompak.

"Tunggu," sahut seseorang tiba-tiba.

"Azril?" Elvin dan Rafan menoleh ke belakang.

' Azril? Si psychopath itu kah? ' batin Adel.

Azril berlari kecil mendekati mereka bertiga. Matanya melirik ke arah Adel dan juga pelukan Adel pada lengan Rafan.

"Rapat," katanya kemudian berlalu.

' Tunggu? Dia datang dan hanya mengatakan sepatah kata saja? ' batin Adel.

"Ya udah, otw ke kelas dulu. Jangan sampai telat, bisa-bisa mampus kita," kata Rafan.

Mereka pun lanjut pergi menuju ke kelas, yaitu kelas XI MIPA 1. Tempat kumpulannya idola sekolah.











Next or stop?
#olehAsellaMN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MimosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang