Pertemuan 3

5 0 0
                                    

"Ra? bangun udah jam sembilan malem kamu gak pergi ke kos? perpus juga udah sepi...." Tanya Dea sambil menepuk-nepuk bahu yang sudah menempel dengan meja. Pipi yang menindihi tumpukan buku-buku membuat kram leher Ara. Pelan-pelan Ara membuka matanya yang sudah lelap dengan mimpi-mimpinya yang entah memimpikan soal apa. Ara benar-benar kelelahan malam itu disamping dia sangat lapar. Jam sembilan malam dapat beli makanan apa? sudah tutup semua pedagang dan gerai-gerai toko makanan

"Ah iya de, untung kamu bangunin aku, bisa digembok ibu kos nih gerbangnya kalo lewat dari jam sepuluh....makasih ya" Kata Ara yang tengah sibuk mengembalikan beberapa buku ke rak dan tiga buku tebal siap dia pinjam

"Iya aku balik dulu ya" Kata Dea sembari melambaikan tangan kanannya dan menuju pintu bertulis exit.

"oke byee" Ara melempar senyum indahnya kepada Dea teman dekatnya di kampus

Sesampainya Ara di kamar dia langsung meletakkan tas dan melepas baju luaran di tempatnya. Anak kos wajib hidup teratur walau dalam keadaan lelah sekalipun, harus disiplin percuma jika hanya belajar tapi integritasnya kurang baik. Ya itulah tuntutan masuk jurusan hukum dimana semua perilaku dituntut baik menurut anggapan masyarakat barulah dia bisa menyadang hakim bagi dirinya sendiri, minimal.

Beberapa waktu dia memikirkan masa depan, beberapa waktu dia memikirkan akan makan apa setelah di rebahan ini, dan tugas apa yang besok harus dipresentasikan? Semua ada didalam kepalanya, badan lengket ke kasur, pikiran melayang-layang diangkasa seakan pikiran itu tidak ada batasnya. Ya berfikir itu nikmat kebebasan. 

Dia bangun dari kasur, perutnya harus diisi oleh makanan baik yang mengenyangkan untuk malam itu perutnya tidak boleh dibiarkan kosong semalaman. Ara pergi menuju dapur menyiapkan makanan malam yang super simple yaitu oatmeal, telur dan segelas susu hangat sudah cukup mengenyangkanlah untuk malam yang cukup dingin. Entahlah beberapa hari ini cuaca berganti dengan seenaknya, tubuh pun harus menyesuaikan dengan cepat perubahan suhu yang kadang sangat dingin dan kadang sangat panas. 

Setelah makanan siap untuk disantap Ara lebih suka jika dia menikmati setiap suapan dengan tidak memikirkan hal lain selain mesyukuri makanan yang sedang dia santap. Jangan lupa bersyukur setiap detik bukan? Supaya hidup ini lebih terasa nikmat walau ditekan oleh rutinitas yang padat sekalipun.

"Akhirnya kenyang juga, Alhamdulillah terima kasih makanan terima kasih Tuhan atas pemberian makanan untuk malam ini" Ara berucap dengan sangat tulus untuk Tuhannya.

"Rutinitas kadang membuatku jenuh apalagi aku juga sedikit-sedikit harus terbuka untuk menemukan pasangan hidup, bisa lupa juga nih saking kenikmatan hidup sendiri dan itu sangat bahaya untuk masa tua! Aku gak hidup sendirian tapi, cari dimana??? permasalahannya itu gak semudah membalikkan telapak tangan jodoh tuh!" Ara biasa berbicara sendiri karena berbicara sendiri bisa meningkatkan kognitifnya dan mengasah memory jangka panjang juga banyak manfaatnya bicara sendiri walau menurut orang itu hal gila yang hanya dilakukan orang yang tidak waras. Mana peduli Ara dengan kata-kata orang lain? secara dia orang yang cukup implusif untuk memasukkan perkataan orang lain masuk kedalam isi kepalanya

"Gak taulah!, lajang dua puluh tahun juga masih oke, aku juga masih muda kan untuk memiliki pasangan, walau ada yang ingin mendekati aku gak tertarik sama sekali dengan mereka" Ara menggeleng-gelengkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk menghilangkan pikiran anehnya itu. 

Malam itu Ara sibuk dan tenggelam menulis kriteria pasangan di buku diarynya yang sudah mencapai volume kedua. Ya diarynya itu punya chapter masing-masing supaya lebih rapih menulis setiap bagian-bagian perjalanan hidupnya. 

Di diary volume dua dia menulis, pria yang harus memiliki kepribadian pemimpin, tidak banyak bicara, lebih banyak bertindak daripada berbicara, jika berbicara sesuai dengan tindakan bla...bla...bla masih banyak lagi yang dia tulis

Sama saat kita membeli rumah, spesifikasi apa yang ingin kita miliki dan kenapa kita ingin membeli rumah dengan lokasi di wilayah tertentu? Sama dengan memilih pasangan menurut Ara menulis kriteria pasangan itu suatu kewajiban dengan begitu kita jadi paham  apa yang menjadi kekurangan kita dan kelebihan kita supaya calon pasangan dapat melengkapinya.

Pandangan mulai mengabur dan Ara melayang kedalam mimpi

******

Comeback lagi 

vote

comment

share 

Terima Kasih kepada pembaca atas supportnya ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dua mata koinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang