Aku Takut Tidak Bisa Mencintaimu dengan Baik

39 1 0
                                    

Jikalau baik punya wujud, kurasa rupanya akan mirip denganmu. Itulah hal yang terpikir olehku saat serangkaian kejadian terjadi dan membuatku mulai menyimpulkan. Pendengar yang baik, pemberi saran yang baik, dan kawan yang baik pula tentunya. Hari-hari sulitku kau yang tenangkan. Mendung-mendung di lembah pikiran kau yang cerahkan. Rasanya tak pernah habis daya dirimu untuk terus ada disampingku untuk membantu, menopang, atau hanya sekadar ada, duduk dan mengobrol denganku.

Tapi jujur, baikmu makin lama makin tak baik-baik saja. Aku mulai punya rasa yang bahkan aku tidak tahu kapan itu ada. Aku tak pernah menanamnya tapi tumbuh begitu saja. Bersama denganmu kini terasa serba salah. Senang dan khawatir. Aku senang karena bisa berada dekat dengan seseorang yang sepertinya mulai aku suka. Disisi lain aku khawatir perasaanku ini akan terus tumbuh dan makin tak terkendali. Sampai-sampai diamku tak mampu menahan, dan terungkap kejujuran yang nantinya berujung pisah. Aku tidak ingin begitu. Aku ingin kita berteman saja. Seperti sedia kala dimana telinga dan mata hanya untuk berbagi kisah, bukan rasa.

'Besok kita pulang bareng lagi, ya?'

'Iya, boleh aja.'

Bentuk terima kasih yang bisa kuberikan kepadamu mungkin tak bisa begitu besar. Karena kau cukup bisa melakukan banyak hal sendirian. Yang bisa kulakukan hanya sekadar mengantarmu pulang sekolah untuk menghemat ongkos pulang. Lalu, uangnya bisa kau tabung untuk membeli sesuatu yang kau butuhkan di kemudian hari. Bisa membuatmu menabung lalu membeli apa yang kau butuhkan, terkadang membuatku merasa dibutuhkan juga olehmu. Sedikit.

Dalam pikiran aku selalu berdebat sendiri. Tentang keputusan yang harus kuambil atas perasaan ini padamu. Mengatakan membuatku lega, tapi mungkin tidak demikian denganmu. Aku ingin kau bahagia dengan seseorang yang setara denganmu. Bukan dengan orang sepertiku. Aku rendah bila dibandingkan denganmu. Berpasangan denganmu sama seperti aku menginjak-injak egoku sendiri sebagai laki-laki. Dimana seharusnya lelaki bisa lebih berdaya daripada wanita. Bukan sebaliknya. Diakhir perdebatan, aku memutuskan untuk tidak terlalu sering lagi dekat denganmu. Aku tak lagi menyapamu. Aku tak lagi lewat di depan kelasmu. Aku tak lagi muncul di kantin yang sama denganmu. Aku harap isyaratku ini bisa membuatmu mengerti. Bahwa, ada yang tidak baik-baik saja jika aku terus bersamamu. Aku harap kau bisa menemukan dunia barumu di tempat lain dan masih bisa berteman denganku sesekali. Tak perlu sering.

'Kamu, akhir-akhir ini berubah. Kamu kenapa?'

Biar sudah setega itu aku mengusirmu tanpa perintah. Begitu jahat aku ingin kau pergi menjauh. Namun kau masih saja mencariku. Ingin kembali dekat denganku. Seolah duniamu hanyalah diriku. Mungkinkah jika rasaku ini berbalas? Tolong, jangan membuatku kembali berkhayal. Pun jika itu benar, aku takut tidak bisa mencintaimu dengan baik. Tak akan pernah sebaik dirimu.

Baca tulisanku yang lain juga di sini:

Instagram/twitter : fajaresokhari

Fajar Esok HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang