[3] You Don't Have to Talk to be Loved

231 23 0
                                    






"Jangan sampai salah pilih orderan pelanggan."

"Siap, bang."

Setelah menggunakan apron dan nametag di baju bagian dada kanannya, ia pergi ke belakang meja kasir. Mengumbar senyum dan kalimat ramah pada pelanggan yang berkunjung ke cafe milik abangnya.

Hangyul. Nama yang tertera pada nametagnya. Mulai hari ini ia resmi jadi salah satu staff disana, sekalian mengisi waktu kosong libur kuliahnya.

Ia melakukan pekerjaannya dengan baik, meski terkadang ia masih harus memanggil Seungyoun saat ada yang tidak ia mengerti.

"Selamat menikmati, silahkan berkunjung kembali." Ucapnya sembari menyerahkan segelas minuman ke gadis yang berdiri dihadapannya.

Setelah gadis itu pergi, ia kembali memasang senyum kearah customer berikutnya, "Selamat datang, ingin pesan apa, tuan?"

Namun pemuda itu justru menyerahkan kupon. Hangyul mengernyit, setaunya kupon ini sudah tidak berlaku lagi. "Maaf tapi kupon ini tidak berlaku."

Pemuda itu terlihat menengok-nengok kearah Seungyoun yang sibuk membuat minuman dibelakang. "Maaf, tuan. Apa anda sudah ingin memesan?"

Pemuda itu masih diam disana, sementara antrean sudah cukup panjang. Hangyul menghembuskan nafas pelan. Ia terpaksa memanggil Seungyoun untuk membantunya.

"Oh Yohan?" Begitu Seungyoun sudah berdiri di meja kasir ㅡbersebelahan dengan Hangyulㅡ pemuda yang dipanggil Yohan itu tersenyum lalu menyodorkan kuponnya.

Seungyoun menerima kuponnya, memberikan stampel cafe lalu menyerahkannya kembali kepada Yohan. "Yohan tunggu sebentar ya. Nanti strawberry smoothiesnya dibawain ke meja."

Yohan mengangguk sambil tersenyum tipis lalu beranjak pergi ke meja yang ada di sudut ruangan.

Hangyul merengut begitu ia disuruh membawakan pesanan Yohan ke mejanya. Padahal customer lain akan mengambil sendiri pesanan mereka. Memang siapa Yohan ini sampai boleh berbelanja menggunakan kupon bahkan sampai dilayani seperti ini.

"Satu strawberry smoothies." Gelas plastik itu ditaruh diatas meja dan langsung dinikmati oleh pemuda itu. Bahkan tidak mengucapkan terimakasih atau sekedar senyum.

Cih. Sombong sekali.






Keesokan harinya Yohan kembali datang. Kembali menyodorkan kupon dan kembali Hangyul harus mengantarkan minumannya ke meja yang sama.

Apa Yohan ini orang spesial sampai harus diperlakukan seperti ini?

Dari meja kasir Hangyul terus memperhatikan pemuda itu. Yohan hanya diam menatap keluar jendela, karena cafenya berada di lantai tiga, sepertinya Yohan memandangi orang-orang atau kendaraan yang berlalu lalang dibawah sana atau sekedar memandangi langit.

Pandangan mereka tidak sengaja bertemu saat Yohan menyesap smoothiesnya. Hangyul tersenyum ramah, namun Yohan lebih memilih memalingkan wajahnya.

Astaga. Sombong sekali.







Sepertinya Yohan memang berkunjung ke cafe setiap hari. Buktinya meski hari ini hujan, tapi pemuda itu tetap datang.

Hangyul mengambil kupon yang diberikan, lalu memberikan stampel cafe. "Gak mau minum yang lain? Lagi hujan lebih baik minum yang hangat?"

Namun Yohan tidak menjawab apapun. Ia mengambil kembali kuponnya lantas pergi menuju meja yang menjadi favoritnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hangyul x Yohan [ gyulyoh's oneshot ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang