Perpisahan

267 32 4
                                    

Slash JyuKuu - RoSasa

.

"Ahahahaha!"

Suara tawa Jyushi pecah begitu saja di tengah dirinya dan Kuuko tengah bersantai di kuil sehabis latihan. Jyushi masih sesekali tertawa melihat layar ponselnya.

"Kau menertawakan apa?" Kuuko melirik penasaran dengan apa yang membuat Jyushi tertawa begitu lepasnya.

"Ini ... Kuuko-san mau nonton juga?" Jyushi mendekatkan dirinya pada Kuuko dan memposisikan ponselnya sehingga Kuuko juga dapat melihat apa yang tertampil di layar tersebut.

Dalam sekali lihat Kuuko sudah langsung mengetahui siapa yang ada di layar tersebut.

"Dia pelawak yang belakangan ini sedang tenar. Namanya—"

"Nurude Sasara."

"Loh, Kuuko-san kenal? Apa Kuuko-san juga sering menontonnya?"

Sejenak Kuuko terdiam. Ia menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Jyushi.

"Dulu sih kenal banget."

"Hee, apa Kuuko-san pernah bertemu dengannya?" mata Jyushi terlihat berbinar setelah mendengar pengakuan Kuuko.

Sekilas Kuuko bernostalgia. "Dulu sih sering banget."

"Woaah~ pasti senang ya bisa dekat dengan orang yang terkenal seperti dia."

Kuuko mendengus. "Tidak juga. Dulu dia belum setenar sekarang."

"Maaf, mungkin ini sedikit lancing. Tapi ... kalau dulu kalian seirng bertemu, lalu kenapa sekarang kalian ... tidak pernah bertemu?"

Manik keemasan itu menolak untuk menatap Jyushi yang ada di sampingnya. Pandangannya lurus kea rah halaman belakang kuil.

Tiba-tiba Kuuko mengukir senyum lebar, menampakkan deretan gigi putih terawat, tidak lupa sepasang taring tajam yang menjadi kebanggannya. Ia tertawa singkat.

"Tentu saja karena sekarang dia sudah terkenal makanya dia jarang ada waktu luang!" Kuuko bangkit berdiri.

"Be-begitu ya."

"Sudah selesai istirahatnya, ayo lanjutkan latihan!"

Sebenarnya Kuuko tidak mau melihatnya.

"HEEE!? Kok cepet banget!?"

Sebenarnya Kuuko sedang menghindarinya.

"Ah, perasaanmu saja. Sudah ayo cepat latihan, kalau ditunda mulu nanti gak selesai-selesai!"

Sebenarnya Kuuko pun tidak mau mengingat bagaimana cara mereka berpisah.

"Kuuko-san, hidoii~"

***

"Aku akan pergi ke Osaka."

"Kau ingin meneruskan karirmu, hm?" Kuuko sibuk memainkan ponselnya, tetapi masih menyempatkan diri untuk membalas ucapan Sasara.

"Yaa~ begitulah." Sasara berjalan mendekati Kuuko yang tengah duduk di sofa panjang miliknya.

Mereka berdua tengah berada di apartemen Sasara setelah sebelumnya mereka pergi untuk membeli makan siang bersama.

YOU WIN!

Tulisan itu tertera di layar ponsel Kuuko usai ia memenangkan game yang ia mainkan. Ia mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, memamerkan betapa senangnya ia berhasil memenangkan game tersebut.

"Kau menang?" Sasara duduk di samping Kuuko.

"Gyahaha, tentu saja!" seru Kuuko dengan semangat. Ia memamerkan layar ponselnya pada Sasara.

"Wah, wah, hebat juga ya kau, bocah." Sasara berniat memberikan pujian.

Sebuah tinjuan diberikan Kuuko, akibat Sasara sudah memanggilnya dengan sebutan "bocah". Sejak awal Kuuko tidak suka dipanggil demikian, tetapi Sasara masih memanggilnya seperti itu sesekali untuk mengejeknya.

Tinjuan dari Kuuko jelas hanya main-main, tetapi tetap saja kekuatan seorang Harai Kuuko tidak boleh diremehkan. Sasara mengaduh kesakitan akibat tinjuan tersebut. Sejak awal tinjuan Kuuko selalu sama.

"Ngomong-ngomong tentang Osaka, bukannya mantan partner-mu ada di sana?" Kuuko meletakkan ponselnya di sofa. Tubuhnya ia sandarkan pada sandaran sofa sambil matanya melirik pria sipit di sampingnya.

Helaan napas dari Sasara sampai di telinga Kuuko. "Ya, mungkin nanti aku dapat berbaikan dengannya."

"Memangnya kalian bertengkar?"

"Tidak sih ..."

"Lalu?"

Sasara mengeluarkan permen dari sakunya, membuat Kuuko mengernyitkan dahi.

"Kami hanya ... berpisah." Sasara membuka bungkus permen tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Kau menyukainya 'kan?"

Keterkejutan Sasara hampir membuatnya menelan permen di mulutnya bulat-bulat. "A-aku pernah mengatakannya?"

Kuuko tertawa melihat tingkah Sasara.

"Ya, kau pernah."

"Hah!? Kapan?"

Sebuah senyuman nakal terpasang di wajah Kuuko. "Ketika kau mabuk. Kau sampai menyebut-nyebut nama itu. 'Rosho~ Rosho~' begitu. GYAHAHAHHA!"

Sasara malu. Ternyata dirinya masih sangat menyayangi pria bersurai ungu tersebut.

"Kalau kau memang suka padanya, datangi dia." Kuuko tersenyum pada Sasara.

Kuuko mencoba sebaik mungkin untuk mendukung Sasara. Sebaik mungkin ia menyembunyikan perasaannya. Sebab percuma pula ia mengatakannya, sebab sudah pasti ia tidak akan mendapatkan balasannya. Perasaan ini seharusnya tidak ada. Perasaan ini sebaiknya pergi saja.

Saat keberangkatan Sasara ke Osaka, Kuuko mengantarnya ke stasiun. Ia melepaskan Sasara untuk pergi, sambil membiarkan perasaannya ikut dibawa pergi oleh Sasara jauh darinya.

Senyuman terakhir Sasara yang hanya ditujukan padanya akan ia simpan sebagai kenangan. Suaranya yang menyebutkan namanya akan terus ia ingat. Hingga saat ini Kuuko tidak pernah berniat melupakan Sasara, tetapi bukan berarti dia ingin mempertahankan perasaannya pada Sasara.

-End-

-Narake-

This Love Is OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang