Kabur

274 30 5
                                    

"Gue mau ke tempat lo sekarang." suara dari sebrang telpon mengejutkan Sasara yang baru saja tiba di apartemen miliknya usai menghadiri pertemuan antarkomedian.

"HAH?"

"Lu ada di tempat 'kan?"

"A-ada sih. Tapi buat ap­­—"

"Oke gue dah di jalan."

Kemudian sambungan telpon terputus. Sasara masih ternganga karena telpon mendadak dari Kuuko yang katanya ingin menemuinya di apartemennya. Sebuah kejanggalan seorang Harai Kuuko ingin menemuinya, bahkan ia tidak meminta untuk dijemput.

Sasara bingung. Dengan otaknya yang cukup pintar itu ia memikirkan berbagai alasan yang dapat membawa Kuuko ke apartemennya.

Apa mungkin Kuuko rindu padanya? Tidak, tidak, kalau rindu pasti Sasara duluan yang pergi ke Nagoya untuk menemui Kuuko.

Apa Kuuko sedang sedih dan butuh teman? Tetapi Kuuko sendiri punya rekan tim yang menurut Sasara dapat diandalkan. Hitoya cukup dewasa untuk mendengar curhat dari seorang Kuuko dan Jyushi juga dapat menjadi pendengar yang baik untuknya.

Atau mungkin ... Kuuko ingin melakukan hal 'itu'?

Sasara terdiam. Padahal biasanya Sasara yang meminta duluan, tetapi kali ini kalau Kuuko yang memulai mungkin Sasara akan sangat terkejut.

Lima menit setelah berpikir, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk secara brutal oleh seseorang. Pasti itu adalah Harai Kuuko.

"Oi, Sasara! Cepat buka pintunya!" suara itu benar suara Kuuko.

Dari ucapan Kuuko di telpon tadi, sepertinya Kuuko memang sudah dalam perjalanan ke sini sebelum ia menelpon. Anak ini nekat atau bagaimana?

Dengan segera Sasara datang untuk menyambut tamunya. Kuuko berpenampilan seperti biasa dengan wajah yang juga tidak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya. Tidak ada yang aneh dari penampilannya.

"Haah, akhirnya sampai." Kuuko membaringkan tubuhnya di sofa dan mengunyah permen karet di mulutnya. Melihat hal tersebut Sasara meneguk liurnya sendiri.

"Nah, apa tujuanmu ke sini?" Sasara langsung bicara to the point.

"Aku kabur dari kuil," ujar Kuuko dengan santainya sebelum meniup permen karet dimulutnya menjadi balon.

Sasara menghela napas. "Kukira kau ingin melakukan 'itu' sekarang."

Bantal di sofa segera melayang tepat mengenai Sasara. "MATI LO!"

-End-

-Narake-

This Love Is OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang