Ada satu hal yang mungkin gak bakal kami lupakan dari pelajaran Bahasa Indonesia selama sekolah. Kalian pasti tau kan, kalau biasanya pelajaran Bahasa Indonesia itu dibawa santai. Gak terlalu banyak tugas. Dan mungkin tugasnya cuma itu-itu aja.Lain halnya saat kami kelas dua belas ini.
Beliau bernama Bu Wati. Selalu datang dan keluar kelas tepat waktu. Bu Wati nih tipe-tipe guru yang muridnya bakal bilang gini,
"Ya Allah gini amat hidup gue."
No. Itu sama sekali gak berlebihan. You know? Baru pertama masuk aja kami udah disuruh mencari sebuah iklan lowongan kerja yang lengkap di surat kabar. Disuruh hari rabu, kamis dikumpul. Ditambah untuk membuat surat lamaran pekerjaan yang baik dan benar.
Asuztwbwlsjfeikl
Baru banget duduk di kelas dua belas lho itu. Apalagi kalau udah lama? Bahkan beliau pasti belum mengenal kami satu persatu.
Seminggu setelah tugas membuat surat lamaran pekerjaan itu selesai, kami ada tugas baru. Lebih berat. Dua tugas yang membuat kami semua uring-uringan. Yang pertama menulis biografi tokoh bersejarah, di print dengan fotonya, dihapalkan, dan diceritakan di depan kelas kenapa terinspirasi oleh tokoh tersebut.
Oke. Itu udah berat. Belum lagi tugas lain yang menanti. Ini di suruh hapalan biografi tokoh pahlawan yang banyak banget itu.
Hadeh.
Yang kedua kami diperintahkan untuk mencari sebuah novel sejarah, meresensi sampai akar-akarnya, di print, dan diceritakan di depan kelas lagi. Kebayang gak sih tebalnya novel sejarah? Gue yang suka baca novel aja sangat terbebani, apalagi teman-teman gue yang liat novel aja udah mau muntah?
Pertama kali kami diperintahkan untuk mencari novel sejarah, kami sempat miss communication sama Bu Wati. Pertama, beliau memerintahkan setiap murid harus punya novel sejarah tanpa peduli itu novel dapet dari mana. Jadilah kami sibuk masing-masing. Udah uang diperas kemarin untuk lomba agustusan eh sekarang malah disuruh beli novel. Mana ya, di sini tuh toko bukunya gak lengkap. Mungkin cuma ada satu dua novel sejarah di raknya. Gak boleh sama pula novelnya. Alhasil ya kami sibuk di grup chat kelas.
Gangnam
Erika : woy gue pake novel bumi manusia yaaaaAkbar : diem dulu pening
Erika : taik
Akbar : ga ada novel gue!!
Marsya : sent a picture
Marsya : gue yg ini gk jdi yg tdiiDanita : ya allah gue belum ada novel☺️
Gisel : ntah ah pusing gk ada gue novel
Gisel : kalian itu nyetak ya?Erika : minjem
Gisel : sent a picture
Gisel : ini bisa gk?
Gisel : jawab uy
Gisel : jangan beli yg ini udah gue keepErika : gamau beli sel. Mahal
Ini jdi gimana ya? Ada yg bawa gk kalian bsk?
Gisel : gue enggak
Rai : GAK ZIN HAHAHA
Enya : gimana uy
Yaudahlah ya imbangan aja
Marsya : gk usah aja:v
Enya : sy takut ada yg bawa yg kena imbas kita
Ya jgn bawa
Imbangan ajaGisel : ramean. Selo
Enya : ganti nama grup
Enya : bawa novel kickRarak : nah gak usah ya
Rai changed group name to "BESOK GAK USAH BAWA NOVEL"
Alhasil kami semua sepakat untuk gak bawa novel sejarah satu kelas. Walaupun ada yang bawa pun gak di keluarin waktu ibu Wati nanya. Hehe kalau masalah beginian emang suka kompak nih kelas. Beda lagi kalau sama masalah yang lain pasti ada aja berantemnya.
Karena itu, Bu Wati pun mengoceh sepanjang jalan kenanga dengan suara khasnya yang dapat membuat kepala selalu terngiang-ngiang. Gue kadang curiga kalau Bu Wati punya jurus hipnotis yang buat lawan bicaranya inget sama omongan beliau terus.
Gak sampai situ aja. Setelah selesai dengan masalah novel, kami diperintahkan lagi untuk merensensi novel sampai ke akar-akarnya. Maksudnya gimana?
Kami diperintahkan untuk membaca novel tersebut, merangkumnya, dan mencatat unsur instrinsik serta ekstrinsiknya. Dan itu semua pakai penjelasan rinci. Jadi misalnya ada tokoh, kami diperintahkan untuk menulis semua nama tokoh dan wataknya di sertai dengan bukti dialog atau narasi. Gitu juga sama yang lainnya. Apalagi yang paling banyak tuh gaya bahasa.
Bisa bayangin gak berapa banyak gaya bahasa yang dipakai penulis di novel yang ia buat? Pakai penjelasan pula.
Udah selesai sama resensi, masih ada lagi. Kami disuruh menceritakan kembali novel tersebut di depan kelas. Iya. Gak salah. Ceritain isi novel di depan kelas.
YA ALLAH GINI AMAT HIDUP GUE
Padahal ya, tugas yang lain tuh menanti juga. Tetapi mau gak mau harus menomorduakan yang lain dan menomorsatukan tugas bahasa indonesia.
Tapi, pada akhirnya kami semua tetap harus mengerjakan tugas tersebut. Karena konon katanya beliau itu pelit nilai.
:)
Bersambung...
13 juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Gangnam
Random(Gabungan Anak Ipa 6) IPA 6 adalah kelas yang biasa-biasa saja, bahkan kami dapat digolongkan sebagai kelas yang terbuang. Selalu dianak tirikan oleh sekolah menjadikan kelas kami dipandang sebelah mata oleh orang-orang. IPA 6 bukan termasuk golong...