18. Bazaar

37 2 0
                                    

Jadi, setiap tahun sekolah gue pasti mengadakan acara. Yah, seperti event tahunan gitu buat tingkat smp ataupun sma. Lomba gak usah ditanya sih, pasti banyak. Mulai dari lomba akademik maupun non akademik.

Karena kita akan menyambut tamu dari selolah lain, pihak sekolah pasti memberikan acara yang terbaik. Nah, salah satunya itu ada bazaar per kelas.

Waktu kelas sepuluh dulu, kita ada pelajaran kewirausahaan yang mengharuskan kita memilih satu dari empat bidang yang ada. Kerajinan, pengolahan, budidaya, dan rekayasa.

Yang di pakai buat bazaar itu adalah kelompok pengolahan, kerajinan, dan sedikit kelompok budidaya, sedangkan kelompok rekayasa enggak. Kebetulan gue sama teman kelompok gue memilih rekayasa, jadi kita enggak ikut bazaar.





Senang? Jelas.






Walaupun modal di kasih dari sekolah, gue tetap bersyukur gak ikut kegiatan bazaar. Udah capek, untung juga gak seberapa. Palingan gue bantuin kelompok lain aja, sekalian makan. Wkwk.

Di kelas sebelas ini, kita udah gak ada pelajaran kewirausahaan lagi. Jadi, ketika ada kegiatan bazaar, kita bawa nama kelas bukan nama kelompok lagi.

Kebetulan tuh, gue ikut juga sama kegiatan bazaar kali ini. Tapi, gue bukan seksi yang buat makanan atau minuman. Ya kali gue masak, gak ada yang beli nanti kan bahaya.

Gue lebih milih buat jadi seksi dekorasi stand. Di saat yang lain kumpul di rumah Septi untuk buat makanan, gue ada di sekolah untuk mikirin stand kelas.

Sebelum bazaar tiba, kita udah mikirin apa aja yang mau kita jual. Melalui perdebatan yang panjang, terpilihlah menu bakso tahu dan es semangka, ditambah titipan jamur crispy punya Erika sama martabak mini punya Rai.

Susahnya punya murid cowo yang sedikit, baru kita rasakan di saat-saat begini. Misalnya aja nih ya, angkat-angkat barang. Kami sebagai murid cewe tenaganya kan gak sekuat yang cowo. Mana kalau nyuruh anak cowo juga, susahnya minta ampun. Kalau gak bu Wias yang nyuruh, mereka mana mau langsung gerak.

Hari minggu juga kita tetap ke sekolah buat nyiapin stand. Gue sebagai yang ngurusin stand bazaar, pasti datang. Yang lain juga mau gak mau ikutan datang karena ada Bu Wias yang juga ada di sekolah.

Gue di jemput sama Aje di rumah. Sampai sekolah, gue kira stand udah ada yang ngurusin. Tau-taunya belum sama sekali dong. Cuma ada meja sama taplaknya doang. Hari itu juga, stand belum selesai di hias.

Malamnya, gue membuat daftar menu, sama hiasan-hiasan yang lainnya. Pokoknya gue begadang cuma buat gituan, deh.

Esoknya, kita mempersiapkan semuanya untuk bazaar. Walaupun ada sedikit perdebatan masalah angkut-angkut barang lagi, tapi kita tetap jualan.







Ini hari pertama, kita harus untung banyak.




Dan alhamdulillah kita dapat respon positif dari pengunjung maupun dewan guru yang sepertinya dipaksa sama bu Wias. Kita bisa dapat 300 ribu lebih saat itu. Dan hari-hari berikutnya juga, walaupun gak sebanyak di hari pertama, kita tetap dapat untung.

Berhubung gue yang megang uang, guelah yang megang kendali keuangan saat itu. Gue kurang tau sama kelas lain, karena gue emang gak nanya-nanya.

Kabarnya sih, kelas kita dapat juara pertama di kelas sebelas. Kita udah senang banget, gak nyangka lah pokoknya. Ya karena emang kita gak pernah menang-menang yang begituan.

Sampai hari senin berikutnya, waktu upacara selesai, kelas kita gak disebut. Yang disebut cuma kelas sepuluh doang.












Dan kami cuma bisa mengumpat.




강남



3 january 2020

GangnamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang