"PERGIIII...pergi kalian semua!." Aiyzell benar benar mengamuk. Mencampakkan semua barang yang sanggup digapainya. Semua benda kaca hancur menjadi serpihan yang amat berbahaya. Semua jenis porselen guci dan cermin besar yang selalu dijaganya ia hantamkan dengan tangan kosongnya. Darah merah segar mengucur di jari jarinya. Para pelayan tak ada yang sanggup mendekatinya. Mereka memilih mundur daripada terkena amukan nonanya dan berdiri dibelakang tuannya. Ia menggila. Sudah satu jam lelaki yang dipanggilnya Papi itu masih setia berdiri di kusen pintu.
"Aiy...". Paruh baya itu tercekat sendiri oleh suaranya yang berubah lirih. Percuma dirinya mendekat, itu hanya akan membuat permatanya itu semakin nekat melukai diri.
"Pergiiii brengsekk!" Haiden bersusah payah meneguk ludahnya. Permatanya baru saja membentaknya? Bukannya permata indahnya ini sangat manis dan lucu? Paruh baya itu menggumam sendiri. Berkecamuk dengan segala pemikirannya. Kenapa kenyataan ini munjungkir balikkan keadaannya dan putrinya.
"MAMIIIIII!...benci benci BENCIII! aku benci banget sama Mami. BENCI MAMI SELAMANYAAAAA Arrghhhh..." Aiyzell mengarahkan kembali cutter itu, mengiris kembali kulit tangannya.
Haiden meringis. Naluri nya sebagai orangtua itu muncul dan menguap ikut merasakan sensasi luar biar perih pada tangannya. Kaku. Itulah yang dirasakannya. Ia tak sanggup melihat permatanya hancur seperti ini. Kepergian Marry benar benar mengusik psikis putrinya. Aiyzell hancur sehancur hancurnya. Beberapa kali kalimat Bunuh! Selalu diucapnya. Pemandangan ini benar benar mengulitinya hidup hidup. Ia
Menapaki langkahnya perlahan mendekati sang semata wayang yang diluar batas kesadaran."Papi...papi nih susah ya dibilangin."
Putrinya tersenyum sumbang. Tatapannya kosong dan begitu hampa."Selangkah lagi Papi mendekat...berarti Papi ingin aku nyusul Mami. PERGIII BRENGSEK!! BAWA BAJINGAN ITU SEKALIAN!!! Mereka mau lihat neraka jahannam ya? Mereka itu terlalu berani banget loh Pi, datang kesini. Tersenyum memuakkan depan aku. Sok nanngis la, sok sedih la. JIJIK tau nggak Pi" Haiden tercekat. Putrinya benar benar kehilangan akal sehatnya. Paruh baya itu tidak menyangka keadaan akan seperti."Papi jahat...Papi buat Mami Aiy pergi. PAPI JAHATTT! Mati aja sana!" Aiyzell benar benar menggila. Ia sudah kehilangan cahayanya. Darah kembali mengucur keluar dari pergelangan tangannya. Pandangan gadis itupun mengabur, dan didetik terakhirnya ia melihat Papinya berteriak murka memanggil seluruh pelayan. Sosok pelayan pribadinya muncul dengan nafas terengah engah, jasnya belum terpasang seutuhnya, hanya disampirkan di kedua pundaknya, kameja yang kusut serta tatanan rambut yang acak acakan. Giginya bergemelatuk dan rahang yang mengeras seolah pelayan itu sedang menekan emosinya agar tak meluap.
"My lady...anda mulai nakal ya?!" Seringaian yang amat mematikan ditujukan hanya kepada sang nona. Aiyzell hanya membalas tersenyum dan setelahnya dunia nya berubah gelap tanpa cahaya.
It just pembukaan!
😎😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Poor love the girl
Teen FictionHanya AIYZELL MEHRUNA dan Arran Arby Malik yang mengerti dan tau tentang cara menghadapi kehidupan mereka masing masing~