Brum..
Brum...
Brummm...
Suara derum sepeda motor saling bersahutan tiada henti. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari tidak ada satupun yang beranjak pergi, mereka semakin asik dengan dunia mereka sendiri.
Bahkan, ada pula muda mudi yang baru saja sampai di arena balap liar. Banyaknya perempuan yang memakai pakaian minim membuat suasana semakin ramai. Ramai karena banyak siulan menggoda, dan tentu di balas dengan kedipan genit pula.
"Suit suit cewe uhuyyyyy"
"Lo suit suitin siapa do?"
"Ya cewe lah rik, masa cowo ngaco ya lo." Kembali lagi dia, Rando, bersiul dan mengedipkan mata kesetiap perempuan yang bertatapan dengan nya.
"Dih, cakep Lo begitu. Muka Lo tuh anjrit do, anjrit!" Sungut Derick lalu meraup wajah Rando kesal.
"Anjir rik! Lo abis megang apaan sih!" Ucap Rando sambil melap wajahnya yang habis di raup oleh derick. Lalu menatap derick jijik.
"Ha? Kenapa emang do?" Tanya derick bingung lalu menatap lekat telapak tangannya.
"Asin anjir! Jorok banget lo dih, ganteng ganteng tangannya asin." Ucap Rando sambil menjauh perlahan dari derick.
"Abis pegang apaan ya gua tadi, masa iya tadi gua ke toilet lupa cuci tangan?!"
"AnjiNg!? Najis! Jorok banget lo rik!" kaget Rando sambil melap wajahnya berkali kali. Lalu menatap derick dengan berapi-api.
Derick yang melihat tatapan Rando yang seperti itu hanya tertawa garing, "hehe so.. sorry do, kayanya gu... EEHH EEHH DO LEHER GUA ANJRIT! SAKIT WOOYY!!"
Ucapan Derick terpotong karena Rando lebih dulu menarik kerah bajunya, lalu menyeretnya kearah toilet yang ada disana.
"Mungut dari mana lo daf punya temen bentukan begitu" ujar Alvin kepada Daffa yang sedari tadi hanya diam sambil memerhatikan sekeliling nya yang semakin ramai.
Ia pun hanya melirik Alvin, lalu mendelik kan matanya kesal, "bukan."
"Ha? Bukan apaan?" Bingung Alvin sambil memeluk pinggang perempuan yang baru saja datang, Alya, pacarnya.
"Bukan temen gua." Jelas Daffa singkat.
"Lo juga bukan temen gua." Lanjut Daffa.
Belum sempat Alvin memprotes, ucapannya terpotong karena pertanyaan pacarnya kepada Daffa.
"Acha mana, daf? Gak ikut kesini?"
"Ohiya, biasanya dia ngikutin Lo terus daf. Kaya anak gorilla." Sahut Alvin.
Sebelum Daffa memberi jawaban, ada seseorang yang tiba tiba saja memeluk Daffa dari belakang. Sontak membuat Daffa membalikkan badannya.
"Hai" sapa nya sambil tersenyum lebar kearah Daffa.
Daffa hanya mendengus kesal dan melepaskan tangan yang masih memeluknya.
"Acha!" Seru Alya girang lalu menarik lengan Acha dan kemudian di peluk nya. Acha yang menerima nya ikut tersenyum girang dan balik memeluk Alya.
Jadi, sudah bisa ketebak kan siapa yang tadi memeluk Daffa dari belakang. Iya, Acha.
"Kangen banget gua sama lo! Disekolah kita juga jarang ketemu, Lo kemana ajaaa ." Tanya Alya menyudahi pelukan mereka.
"Gak kemana mana."
Alya mengernyit bingung, pasalnya yang menjawab pertanyaan dia bukanlah acha, tapi Daffa. Lalu menatap Acha heran, "padahal gua nanya Acha, kok lo yang jawab".
Acha yang mendengar itu pun cepat cepat menarik tangan Alya untuk menonton balapan liar yang mau di mulai. Pasalnya dengan sifat Alya yang ingin tahu bisa membuat Daffa marah, dan berujung menyeretnya pulang.
Ia tidak mau kembali disuruh berdiam diri di kamar setelah nekat menyusul Daffa ketempat ini, malam ini, sendirian. Entahlah, mungkin sehabis ia dan Daffa pulang dari sini ia akan di marahi habis habisan, lagi.
***
Disisi lain, terlihat dua orang perempuan muda sedang sibuk menyelipkan badannya dari orang orang yang saling mendorong di arena balap liar.
"Aduhh duuhh badan sexy gua kejepit anjir lun!." Dumel Aria sambil menggenggam erat tangan Luna agar tidak terpisah nanti. Bisa repot kalau salah satu dari mereka menghilang.
"Lo sih ngapain ngajak gua ketempat ginian?! Besok sekolah ri!" Sungut Luna yang mulai menarik Aria ketempat yang di lihatnya lebih lenggang.
"Gilaaaa, bisa bisa kena asma gua kalo gini caranya." Aria jatuh terduduk di atas rerumputan dan mulai mengatur nafasnya.
Luna yang mendengar nya hanya diam dan ikut mengatur nafasnya sambil berdiri dan melihat sekumpulan orang di depan mereka.
"Udah ayo ah pulang ri, udah jam berapa ini." Bujuk Luna sambil menarik lengan Aria untuk berdiri.
"Nanti dulu deh ya lun, gua mau liat calon bapak dari anak anak gua balapan dulu. Ya ya yaa" Aria menangkup kedua tangannya, memohon, dengan mata yang seperti di film kartun.
Bukannya luluh Luna malah menatap jijik Aria, "yaudah yaudah! Sebentar aja tapi. Udah cepet berdiri."
"Yeaayy!! Lo emang terbaik!" Girang Aria lalu berdiri. Kembali menggenggam tangan Luna dan menariknya ke bagian yang lenggang, namun masih bisa melihat balapan dengan jelas.
"Lo kok gak bilang bilang punya pacar?!" Luna melepaskan genggaman tangannya dengan Aria, dan bersedekap dada. Menatap Aria dengan sinis.
Aria yang di tatap seperti itu pun hanya tertawa garing,"sebenernya sih bukan pacar lun, tapi baru calon hehe." Ujarnya sambil menggenggam tali slingbag nya.
Luna yang mendengar itu pun hanya menghela nafasnya,"nanti kaya dulu lagi, suka sendiri, sakit sendiri. Siapa orangnya?."
"Iihh engga kok! Lo jangan gitu! Kali ini pasti jadi beneran!."
Sebelum Luna membalas ucapan Aria, Aria lebih dulu memotong ucapannya dengan teriakan yang sedikit histeris," Aaaaaaa ituuu!! Ituuu calon suami dari anak anak gua lun!"
Telunjuknya mengarah kearah salah satu motor yang sedang adu balap dengan motor lainnya,"mana keliatan mukanya, orang pake helm full face gitu." Bingungnya sambil terus menatap balapan liar tersebut hingga tuntas.
Balapan liar tersebut selesai. Jangan tanyakan siapa pemenangnya, karena disebelahnya Aria sedari tadi sudah heboh membanggakan calon doinya itu.
"Udaahh stop! Mending kita pulang. Lo udah puas kan ngeliat calon doi lo menang." Ucap Luna sambil menarik Aria untuk beranjak dari sana dan pulang kerumah.
"Adduuhh lun, tapi kan kita belum nyamperin calon doi gua!" Dumel Aria sambil menengok kebelakang, kearah calon doi nya yang sudah menyatu dengan teman temannya.
"Besok aja disekolah. Kan kata lo tadi dia anak kelas sebelah kan."
Dua perempuan itu masih saja asik berceloteh. Luna yang sudah kesal dan mengantuk, jadi makin kesal karena Aria yang masih saja mencoba membujuk ia untuk menghampiri calon doi nya itu.
Tanpa mereka berdua tau, ada sepasang mata elang yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan intens. Memerhatikan mereka atau hanya salah satu dari mereka?
***
To be continued
Jangan lupa vote dan coment♥️♥️
Krisar juga boleh !Have fun ya dengan cerita pertama saya♥️ !
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear A
Teen Fiction[follow dulu sebelum membaca♥️] "Lun, jangan tinggalin Daffa ya." Lagi lagi luna mengiyakan. Dan, lagi lagi ia berteman dengan rasa sakit yang dia pendam sendirian. Lecchycutie©2020