Malam itu begitu tenang, Beomgyu duduk di kursi besarnya membaca buku yang diberikan ayahnya saat berumur 8 tahun. Ya buku menjadi seorang Mafia yang keras.
Beomgyu adalah anak pertama yang kata ayahnya wajib menjadi penerusnya kelak, atau adik adik kecilnya yang akan menggantikan dirinya nanti. Tentu saja Beomgyu menolak keras, ia tak mau adik nya – Euiwong dan Hyungseon– yang jelas jelas masih terlalu muda untuk menanggung semua ini.
Kriet..
Pintu kamar Beomgyu terbuka sedikit menampilkan kepala adiknya yang tertua, masuk secara perlahan agar tidak mengganggu sang kakak.
"Ada masalah apa Wong?"
"Ayah memanggilmu ke kamar nya kak"
"Baik kau boleh pergi"
Beomgyu meletakkan buku yang ia baca dan bangkit dari duduknya hendak keluar dari kamarnya, namun belum sempat keluar tangannya sudah di cekal oleh sang adik.
"Ada apa?" Tanya Beomgyu lembut, ia tau adiknya ini sedang panik hanya lewat tatapan matanya saja.
"Ayah terlihat sangat marah tadi, wajahnya kusut sekali" ujar Euiwong terbata bata sambil menunduk
Beomgyu mengelus kepala adiknya sayang lalu menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum miring, "wajahnya kan memang seperti itu"
"Aku pergi dulu ya adik kecil, kau belajar lah. Oh ya! Dimana Hyungseon?"
"Dia tidur kakak"
"Oke kau juga tidur lah"
Beomgyu berjalan meninggalkan Euiwong di kamarnya merapikan sedikit kemeja yang ia pakai dan masuk ke dalam kamar ayahnya, Beomgyu mengibaskan tangan kanan nya di depan wajah guna mengurangi asap rokok yang berterbangan.
Maju dengan langkah kaku, lalu memutar bola matanya malas saat melihat botol botol bir yang tergeletak tak karuan tanpa isi lagi. Ayahnya menatap dirinya tajam lalu meletakkan Putung rokok itu ke asbak guna mematikannya.
"Duduk"
Ucapan itu membuat Beomgyu duduk di sofa depan ayahnya, "apa yang ingin ayah bicarakan?"
Ayah nya diam tak menyahut lalu mengambil sebotol bir baru yang belum terbuka, lalu meminum nya dengan nikmat mengabaikan pertanyaan yang lolos dari bibirnya.
"Balas" ucapan Beomgyu dingin membuat ayahnya meliriknya,
"Dasar bocah ini" gumam ayahnya sambil merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah photo dan melemparkannya ke hadapan Beomgyu
"Apa itu!" Tanya ayahnya penuh penekanan, "siapa pemuda yang ada di foto itu!" Lanjutnya dengan nada ketus beringsut tinggi
"Pacarku" balas Beomgyu singkat membuat ayahnya menatapnya nyalang, tanpa aba aba ia bangkit dan menampar pipi kanan Beomgyu membuat sudut bibir Beomgyu mengeluarkan sedikit cairan bewarna merah.
"Tinggalkan dia"
"Apa!" Beomgyu berujar kesal
"Kang Taehyun, tinggalkan dia"
Beomgyu bangkit dari duduknya, tangan kanan nya menunjuk tepat ke depan arah ayahnya dengan kurang ajarnya. " Kau tidak berhak mengaturku!"
Beomgyu melangkah meninggalkan ayahnya namun sebelum ia benar benar keluar dan membanting pintu itu, ucapan ayahnya membuat ia menggeram dan mengepalkan tangannya.
"Tinggalkan Kang Taehyun, atau dia akan berada dalam masalah besar"
***
Beomgyu duduk di lantai tepian ranjang nya, mengusak rambutnya secara kasar. Lalu kembali merapikan rambutnya ketika melihat Euiwong menatapnya.
"Kenapa kemari? Bukan kah tadi kusuruh untuk tidur?"
Euiwong bukannya menjawab malah duduk di depan Beomgyu, memegang tangan Beomgyu erat seolah memberi kekuatan untuknya.
"Aku mendengar"
"Mendengar?"
"Mendengar percakapan antara kakak dengan ayah"
"Oh"
"Aku akan menggantikan kakak!"
Beomgyu menaikkan alisnya, tak paham dengan arah pembicaraan Euiwong terhadapnya. Lalu ia tersenyum dan mengusak rambut adiknya.
"Aku jarang melihat kakak tersenyum saat pulang dari sekolah, selebihnya kakak hanya tersenyum ketika melihatku atau Hyungseon"
"Sepertinya kau benar"
"Aku sangat berterima kasih kepada pemuda yang berhasil mengikat hatimu" Euiwong menatap makanya menggoda membuat Beomgyu langsung saja menyentil dahinya.
"Ada apa dengan tatapan mu barusan, hm?"
"Hanya ingin menggoda kakak"
"Hm"
"Aku akan menggantikannya sebagai pewaris ayah kak!"
"Tidak!"
Beomgyu berteriak pelan penuh penekanan pada adiknya, tidak rela melihat adiknya akan di cap jelek oleh orang orang jika mengikuti jejak ayahnya demi menggantikannya.
"Kau tidak boleh" tegas Beomgyu
"Kenapa? Kakak akan senang bersama dengan pacar kakak kan?"
"Tapi kakak tidak akan mengorbankan dirimu" balas Beomgyu membuat Euiwong menggeleng pelan
"Tak apa aku tak masalah"
"Bagaimana dengan cita citamu menjadi polisi?"
"Itu bisa ku ganti"
Euiwong membalas dengan angkuhnya membuat Beomgyu memegang kedua bahunya lumayan cukup keras namun tak terlalu menyakitkan.
"Tidak! Cukup fokuskan dirimu menjadi polisi!"
"Tap—" belum selesai mengucapkan perkataannya ucapannya langsung di potong oleh sang kakak yang masih tidak bisa menerima kata katanya.
"Tidak ada tapi tapian karna aku akan menyelesaikan masalahku sendiri" ucap Beomgyu yakin yang mana membuat Euiwong akhirnya mengalah pada sang kakak.
"Pergilah untuk tidur, ayah akan marah jika melihatmu di kamarku" ucap Beomgyu membuat Euiwong langsung bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya.
Belum sepenuhnya pintu kamar itu tertutup kembali lagi kepala adiknya menyembul di arah celah pintu membuat Beomgyu menatapnya dengan alis yang terangkat.
"Ada apa Wong?"
"Tidak ada, hanya ingin mengucapkan selamat malam dan mimpi indah"
Beomgyu menggeleng pelan, menatap pintunya yang tertutup. Naik ke atas ranjang dan langsung merebahkan dirinya di ranjang dengan sejuta pikiran yang melayang.
"Apa aku harus memutuskan Taehyun?"
"Atau harus menjaga nya segenap hati?"
Jadi kalian pilih opsi pertama atau kedua? Pertama aja ya? Biar Kane awokaowk