02

74 12 0
                                        

Enjoy my story💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy my story
💜





Hari demi hari tak ada yang terlewatkan untuk diriku mencoba mendekatinya. Memastikan apakah benar pradugaku sebelumnya, pada jantungku yang selalu berdebar saat bertemu maupun tak sengaja bertatapan dengannya yang lantas tersenyum saat melihatku.

Mencari tahu semua tentangnya. Bertanya pada teman-temannya dengan muka tebal tak tahu malu. Seingin tahu itulah hingga akhirnya aku mendapat alamat dan jadwal kesehariannya.

Sekarang aku berdiri di balik rak penuh buku yang bertuliskan kata tingkat tinggi yang tak aku mengerti. Di rak itu tertulis kata 'Filsafat'. Deretan kertas tebal bersampul itu menutupi diriku yang bersembunyi sambil memperhatikan jemari lentik di seberangku.

Menari halus bagai sutera yang tertiup angin. Lentik, cantik, dan terlihat begitu renik hingga ingin menyematkan jari milikku di sela lentik miliknya.

Mata hazel-nya tersorot mentari yang masuk melalui jendela tinggi. Bening bak kristal yang terpoles tangan artistik. Membuat siapapun yang memandangnya akan terhindar dari jenuhnya kehidupan. Seindah itulah parasnya hingga membuat dopaminku meledak, membuat langkahku begitu ringan berjalan mendekatinya. Menyambut bibir persik miliknya—memagut dan mengambil alih buku dari tangan mungil itu. Meletakkannya pada lemari kayu di pojok ruangan.

Menarik pinggang ramping miliknya, memagut lebih dalam hingga terhenti saat tangan kecil itu mendorong tubuhku paksa. Suara terengah datang setelahnya.

Sial! Aku kelepasan!

Gadis itu mengatur nafasnya yang memburu akibat pagutan dariku yang tiba-tiba.

"Maafkan aku, Sunbae—" aku mundur perlahan. Ikut mengatur nafas. Tertunduk bersalah atas apa yang barusan ku lakukan.

"—aku tak bisa menahan—" entah sial bagiku yang masih mengatur nafas, ataukah Tuhan memang memberkati pertemuan kami. Gadis bernama lengkap Aster Rosalyne itu secepat kilat merangkul pundakku. Mendaratkan persik miliknya dengan lembut, dalam dan beraturan. Menjejak setiap rongga milikku dalam hening perpustakaan.

Mungkin darah Eropa yang mengalir di dirinya membuat gadis itu terbiasa dengan perlakuan tiba-tiba seorang pemuda seperti ini. Dan akan melupakan aktifitas barusan seiring waktu berlalu.

Aku yang dikagetkan oleh gerakan milik Aster dengan spontan membalas pagutannya. Berbalas sentuhan hangat yang belum pernah aku rasakan. Dia liar, tapi dalam konteks yang masih halus. Walaupun sebenarnya aku pantas mendapatkan tamparan alih-alih pagutan.

Tubuhku semakin memanas, adrenalinku terpacu untuk mendudukkan Aster di atas meja—dan aku melakukannya. Menarik tengkuknya bersamaan dengan pagutan kami yang semakin intens.

Tubuhku menegang saat Aster meraba dadaku lalu melepaskan kancing kemeja milikku. Sedetik kemudian aku melepaskan pagutanku. Menghentikan gerakan Aster agar tak terjadi hal yang lebih jauh lagi. Aku cukup tahu diri untuk tidak melakukannya karena kami belum begitu kenal, dan tempat yang tak memungkinkan untuk melakukan kegiatan olahraga panas itu.

Dahi kami bersinggungan hingga harum citrus bercampur kayu manis menyeruak ke dalam indera penciumanku. Aku mengecup bibir persik itu sekilas, sebelum memundurkan tubuh dan memperbaiki kemejaku.

Dia—tersenyum.

"Sehun, right? Baru kelas satu, tapi sudah jago main ya?" ujarnya gamblang membuat wajahku merona seketika.

"Apa sunbae tidak marah?" Dia menggeleng.

"Kamu terlalu polos untuk kumarahi. Walaupun wajahmu terkesan tegas, tapi matamu memperlihatkan sebaliknya, Sehun."

Dia turun dari meja, membenarkan rambutnya yang berantakan. Mendekatkan wajahnya lalu menarikan jari lentiknya di pipiku. "Jadi untuk apa memarahimu? Kau kan populer di kalangan gadis. Lebih baik kujadikan pacar, bukan?"

Aku yang mendengar pernyataan itu hanya bisa membisu, menahan hasrat untuk tidak menarik Aster ke tempat yang lebih sepi. Menidurkan dirinya di bawahku dengan tubuh kami yang terbalut selimut. Ingin sekali aku membisikkan kalimat, I can even make you moan. Menahan diriku saja sudah sulit apalagi ini ditambah dia yang sepertinya ingin sekali memakanku.

Tahan Sehun... tahan...




To Be Continued

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let Me Wait For Your ComingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang