01

20 5 4
                                    

Seperti hari-hari biasanya. Di sebuah kantor yang terletak di tengah-tengah kota, terlihat banyak karyawan yang sedang sibuk-sibuknya bekerja. Terutama karyawan bagian keuangan.

"Sia! Kau sudah menyalin semua datanya? " Seru seorang karyawan wanita yang sedang melihat lurus ke komputernya.

"Sudah. Hanya saja aku belom memprin semua datanya." Sahut seorang yang di panggil Sia tadi.

"Ya! Apa kau sudah gila? Cepat lakukan itu sebelum pukul 4 sore. Kau tahu itu kan?" Wanita itu melihat ke arah sia dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Baik aku mengerti. " Jawabnya sambil melihat ke arah jam yang melingkar di tangannya. Jam itu menunjukkan pukul 15.30 yang artinya setengah jam lagi salinan data keuangan perusahaan harus di kumpulkan.

Sia dengan cepat pergi menuju ruang prin. Ia memang selalu seperti itu saat mengerjakan pekerjaanya, terlebih lagi di akhir bulan. Bukan dia saja, begitupun semua karyawan yang bekerja di ruangan ini.

__________
_______________

Jam sudah menunjukan pukul enam sore yang artinya waktu bekerja telah usai. Sia merapikan semua barang-barang bawaanya dan pergi menuju pintu lift.

"Haic Sia, kau mau langsung pulang? " Tanya seseorang perempuan yang tadi meneriaki nya di ruangan.

"Ha? iya aku harus langsung pulang, adik ku di rumah sudah rewel meminta di belikan makanan untuk makan malam. " Sia memencet salah satu tombol yang ada di sebelah pintu lift.

" Oh begitu, padahal aku baru ingin mengajak mu makan di luar. " Aku nya sedih.

"Mungkin lain kali? " Ucap Sia dengan raut wajah yang tidak enak.

Wanita yang ada di sebelah Sia hanya mendengus dan mulai membicarakan hal-hal lain.
Wanita itu adalah teman seruangan dengannya, namanya Elia. Orangnya sangat ramah dan baik, tapi sangat serius dalam hal pekerjaan. Makanya kalau sudah panik ia akan melampiaskannya pada siapa pun yang ada di dekatnya.

_______
____________

Sesampainya di apartemen. Sia menekan pasword agar dapat masuk ke dalam. Dan hal pertama yang ia lihat saat masuk adalah ruang tamu yang berantakan, cemilan yang berserakan di meja dan jus jeruk yang ber tumpahan di lantai. Sudah cukup membuat kepala Sia pusing seketika.

Dia tau siapa pelaku yang telah melakukan bencana yang membuat kepalanya berkedut seketika. Sia melangkah cepat menuju sebuah kamar yang tak jauh dari ruang tamu.

"VE!!! Apa yang kau lakukan dengan ruang tamu! " Sia membuka pintu kamar itu dan melihat pemandangan yang sangat kurang enak untuk di lihat.

Emosinya semakin memuncak dan sebentar lagi meledak"VELIX!!! SUDAH BERAPA KALI KU BILANG JANGAN HANCURKAN RUANG TAMU!-" Sia menjeda kalimatnya dan menarik nafas"DAN KALIAN, PERGI DARI SINI SEBELUM AKU LAPORKAN KALIAN SEMUA PADA IBU KALIAN! CEPAT! " Teriak Sia dengan menunjuk setiap orang yang ada di ruangan itu satu persatu.

Semua orang-orang yang notabiatnya teman-temen dari Velix termasuk Velix melihat dengan rasa terkejut ke arah pintu kamar. Tanpa menunggu apa puan semua teman-teman Velix dengan cepat pergi dari apartemen itu sebelum maut menjemput mereka satu persatu.

Semua orang telah pergi, hanya tersisa Sia dan juga Velix di ruang tamu yang masih berantakan.

"Bisa kau jelaskan? " Tanya Sia membuka pembicaraan.

"Wah kakak membawakan ku ayam? Apa ini untuk makan malam? Pasti sangat le-" Sia memotong ucapan Velix dengan cepat" Tidak usah mengelak! Cepat jelaskan, kalu tidak kau tidak akan mendapatkan makan malammu hari ini dan kau harus tidur di ruang tamu, karena kamar akan ku kunci jika kau tidak jujur. " Tegas Sia.

"Ahg... Kamu memang kejam. " Gerutu Velix kepada kakak perempuannya itu.

"Tidak, sebelom kau menjelaskannya. "

"Baik-baik. Tadi setelah memintamu untuk membeli makan malam, Tiba-tiba bel pintu berbunyi dan saat ku buka ternyata itu mereka. Jadi ku biarkan mereka masuk dan bersenang-senang sambil main game online. Sungguh kak aku tidak bermaksud buat berantakin ruang tamu. " Jelas Velix dengan tatapan fokus ke arah Sia.

"Tidak bermaksud tapi ikut berseneng-seneng juga?-" Sia menjeda sedikit kata-katanya " Baiklah lupakan saja, sekrang sebagai gantinya. Kau harus bersihkan rung tamu dan juga kamarmu yang sudah seperti habis terkena bencana alam. Bila tidak bersih, kau tidak boleh makan hari ini."

"Tapi kak-"

"Titik. Gak pakek tapi-tapi. " Sia berjalan menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam hari ini. Walu tidak begitu mewah tapi ini cukup enak.

Seorang perempuan yang sering di panggil Sia ini memiliki nama asli Patresia Nugraha. Dia anak dari seorang pengusaha otomotif yang cukup terkenal. Ia tinggal di sebuah apartemen bersma adiknya yang bernama Velix Nugraha yang sering di panggil dengan dengan nama Ve, walu pun sejujurnya dia tidak begitu suka di panggil seperti itu. Umur nya 18 tahun dan sebentar lagi akan lulus sekolah menengah ke atas. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen ini. Sedangkan ayah dan juga ibu mereka tinggal di sebuah rumah yang tak jauh dari apartemennya. Karena Sia ingin hidup mandiri maka dari itu dia tidak tinggal dengan keluarganya. Walu dia harus mengurus adik berandal- nya itu.

PRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang