Chapter 4

732 69 33
                                    

"Kau sudah menyusun semua rencananya?"

Type mengangguk.

"Aku sudah menyelesaikan strategi A, B bahkan C untuk pertandingan kita selanjutnya," kata Type.

Techno menepuk jidatnya.

"Bukan itu maksudku Ai Type. Tapi rencanamu yang satu lagi," ucap Techno dengan nada gemas.

Type mengangguk lagi dengan wajah tanpa ekspresi.

"Oh. Yang itu juga sudah." Katanya datar.

Type benar-benar sudah memikirkannya matang-matang. Semalaman ia tidak bisa tidur jadi hanya berpikir sepanjang malam. Maka dari itu, pagi harinya dia terlihat lesu dengan kantung mata seperti panda yang untung saja, tidak kentara terlihat sebab kulitnya yang gelap.

"Nanti pulang sekolah aku akan datang ke rumahmu Ai No,"

"Eh, kenapa?"

"Aku butuh batuan adikmu."

Techno seketika langsung bingung. Memangnya, apa yang bisa adiknya, Technic lakukan untuk Type?

Dan jawaban pun didapatkan ketika Type benar-benar datang ke rumahnya sehabis pulang sekolah. Dan Techno menganggap sahabatnya itu semakin gila.

"Mata-mata?"

"Hanya untuk satu hari," kata Type pada Technic.

"Jadi mau tidak?" Dia bertanya, tapi ekspresinya seperti mengancam. Siapa yang akan berani menolaknya kalau begitu?

Technic buru-buru mengangguk.

"Apa aku boleh ajak temanku juga?"

"Kenkla maksudmu? Terserah."

Mungkin itu akan jadi permainan mata-mata yang menyenangkan untuk anak-anak itu. Jadi Type merasa keduanya cocok untuk tugas ini. Dan ya, dia memang sudah memperkirakan kalau Technic akan mengajak Kenkla, itu lebih bagus. Dua anak itu sama-sama cerdik dan juga picik, tiga kali lipat lebih menjamin ketimbang Techno yang tidak bisa diandalkan itu.

"Tapi Phi Type, siapa yang harus kami mata-matai dan kapan itu?" Tanya Technic bingung, ia bahkan ingin bertanya juga kenapa orang itu harus dimata-matai, tapi jelas Type tidak akan menjawabnya.

"Apakah itu orang yang sama yang Phi No memintaku untuk mencari nomor ponselnya?" Tanya Techic menebak.

Type sedikit melotot karena terkejut ternyata Techniclah yang mencari tahu nomor ponsel Tar dan Lhong. Dia melirik Techno dan lelaki itu hanya nyengir dengan tanda peace menggunakan jarinya.

"Salah satu dari mereka. Da bersiap-siap saja, karena aku pun belum tahu kapan harus melakukannya."

Jika Technic menjawab tidak, bukankah nyawanya dipertaruhkan? Seperti yang kakaknya katakan lewat isyarat dari ekspresi anehnya. Jadi Technic mengangguk mengiyakan.

Untuk orang seperti Phi Type, dia tidak berani untuk mengungkit soal imbalan atau ujung-ujungnya dia malah berakhir mendapatkan bogeman mentah.

Setelah percakapan dengan Tecnic, mereka berdua pergi ke kamar Techno dan Type tampak sibuk dengan ponsel yang tampak aneh menurut Tehcno.

"Kau akan menyadapnya hari ini?"

Type mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari ponsel di genggamannya, tampak penuh konsentrasi.

"Darimana kau dapat ponsel itu?"

"Phi Best memberikannya padaku,"

"Tanpa uang?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TharnType; Repeat The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang