Chapter 4

345 24 8
                                    

Yoongi ingat salah satu hari itu.

Beberapa minggu setelah Namjoon berangkat ke Amerika, berbincang dengan teman-temannya tidaklah mudah. Jungkook, Taehyung, dan Hoseok, walaupun mereka menyayangkan keputusan Namjoon untuk tidak mengontak mereka selama kepergiannya, tetapi mereka berusaha untuk tidak memikirkannya lebih jauh. Mereka memutuskan untuk menerimanya. Namun, entah kenapa ia merasakan ada yang berbeda dengan sikap Jimin terhadapnya.

Setiap kali mereka movie night, Yoongi dapat merasakan bagaimana Jimin lebih canggung untuk memulai percakapan dengannya. Pemuda itu bahkan tidak menatap mata Yoongi ketika mereka saling berbicara. Ada pun saat di mana Jimin tidak mengajaknya berbicara sama sekali. Walaupun Yoongi merasa "terasingkan" olehnya, tetapi ia berusaha untuk tidak membiarkan hal itu mempengaruhi dirinya.

Seokjin pun sebenarnya... tak jauh berbeda. Mungkin karena ia adalah satu-satunya orang yang dapat menghubungi Namjoon, dan pengantara Namjoon dengan yang lainnya. Namun, ia pun juga sebenarnya merasakan bahwa semakin hari terlewati, Seokjin lebih sering mengawasinya. Entah kenapa, Yoongi dapat merasakan bahwa Namjoon meminta sesuatu pada Seokjin terkait dirinya yang mungkin ia sendiri tidak tahu apa permintaan sahabat seumur hidupnya terhadap Seokjin.

Tetapi sekali lagi, Yoongi berusaha untuk tidak membiarkan hal itu mempengaruhi dirinya.

Waktu berjalan begitu saja dan kini ia tengah berjalan bersama Namjoon di sampingnya. Sebenarnya saat ini Yoongi masih tidak tahu harus bersikap bagaimana.

Tentu saja ia cukup tahu bahwa dirinya memiliki berbagai macam perasaan yang bercampur menjadi satu; senang, karena sahabatnya telah kembali setelah lama tidak mengabarkan di luar negeri, dan rindu karena melihat sahabatnya saja ia mengingat masa-masa yang mereka jalani bersama. Yoongi tidak dapat berbohong bahwa sebenarnya ia ingin melakukan masa-masa itu lagi bersama Namjoon. Namun, di sisi lain ia memiliki rasa bersalah.

Ia ingat dengan jelas semua yang telah ia lakukan—yang ia katakan pada Namjoon di restoran malam itu. Yoongi tahu bahwa ia telah menyakiti hati Namjoon, tetapi ia tidak dapat menghadapi semua perasaan yang menumpuk di hatinya sehingga pada akhirnya ia memutuskan untuk melakukan hal itu. Di saat yang sama, ia selalu bertanya—dan sampai saat ini masih bertanya:

Apakah ia melakukan yang terbaik?

Ia khawatir Namjoon akan memperlakukannya berbeda dari yang sebelumnya, tetapi sepertinya kekhawatiran Yoongi sia-sia. Melihat pemuda itu tersenyum, kini Yoongi cukup yakin bahwa keputusannya malam itu adalah keputusan yang tepat... ya kan?

"Hyung!"

Yoongi tersadarkan dari lamunannya dan melihat Namjoon sedang menggenggam lengannya. Wajah Namjoon yang khawatir membuat Yoongi bertanya pada pemuda itu.

"Ada apa?"

"'Ada apa' bagaimana?" Namjoon menarik lengan Yoongi dan membawa tubuh pemuda yang lebih kecil darinya itu dekat dengan tubuhnya, "kau nyaris menyebrang sebelum lampu berubah menjadi merah, tahu?"

"Oh ya?" Yoongi melihat sekitar dan ia sadar mereka berdua tengah berdiri di sisi jalan untuk menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Untung sekali Namjoon menyadarinya.

"Maaf..." gumam Yoongi, "kurasa aku sedang memikirkan hal lain."

Namjoon hanya tertawa kecil mendengarnya, "Hal lain? Kau memikirkan hal lain padahal aku sedang bersamamu, setelah sekian lama tidak bertemu denganmu?"

With Golden StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang