#YrM-Ch.2

479 39 10
                                    

"T-terima kasih....terima kasih banyak!" Tiba-tiba Kotoha duduk dan menunduk layaknya memohon.

"E-ehh....." sedangkan Douma, ia hanya terkejut melihat wanita itu tiba-tiba bersujud padanya.

"S-saya tidak tahu apa yang akan saya balas pada anda! S-saya berhutang budi pada anda! A-arigatou!" Ucap Kotoha histeris.

"Ahh...kumohon jangan bersujud padaku. Itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang menderita. Tapi, syukurlah kau masih hidup. Maksudku, tadi Hanami-Chan bercerita padaku kalau kau pingsan di tengah jalan dengan kondisi seperti itu. Dan untungnya, ada dia yang menolongmu dan membawamu kemari secepatnya" ujar Douma sambil membangunkan Kotoha dari sujudnya.

Kotoha pun bangun berdiri. Setelah mendengar ucapan dari pria di hadapannya, entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini, serasa ia ingin meneteskan air matanya. Ya benar, setetes air mata mulai membasahi wajahnya, ia menangis. Douma yang melihatnya terkejut, ia khawatir ada sesuatu yang membuatnya ketakutan atau ada luka yang masih tersisa.

"Ahh...Nani?? Ada apa?? Apa masih ada luka??" Tanya Douma khawatir padanya.

Kotoha tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa. Yang jelas saat ini, ia benar-benar merasakan rasa bahagia dan juga kebebasan. Ya, kebebasan. Ia merasa hidupnya saat ini benar-benar bebas dari penderitaannya yang selama ini mengutuk dirinya. Ia bahagia atas hal itu. Sedangkan Douma hanya merasa bingung mengapa wanita (pemujanya) menangis secara tiba-tiba.

"S-saya tidak tahu jika saya tidak di sini, saya harus berbuat apa setelahnya. Saya benar-benar merasa bahagia. Saya merasakan rasa bahagia yang sesungguhnya! Bahkan saya tidak pernah merasakannya selama bertahun-tahun. Hingga saya mempunyai anak! Saya benar-benar bahagia, Douma-Dono! Ahh....M-maaf saya berbicara agak t-terlalu....lancang.....M-maaf" Kotoha menangis histeris. Ia tak dapat berhenti menangis. Serasa ia ingin mengeluarkannya lebih banyak.

Douma menanggapi apa yang di katakan wanita itu. Ia pun menyipitkan sedikit kelopak matanya.

"Hm...Aku mengerti" secara tiba-tiba, Douma langsung memeluk erat tubuh mungil itu. Ya, ia memeluk wanita itu. Lalu, mengelus-elus lembut surai hitam kebiruan itu. Kotoha tidak peduli ia harus terkejut atau tidak, yang hanya ia lakukan terus menangis. Ia terlihat membiarkan pria itu memeluknya. (Woi inget itu masih istri orang elah :v)

"Keluarkanlah...keluarkan sebanyak apa pun. Semua itu penderitaanmu, maka dari itu keluarkan sesukamu! Tidak masalah saat ini kau lancang atau tidak. Aku mengerti sekali perasaanmu selama ini. Untuk itu, tidak masalah kalau kau tinggal di sini. Aku senang bisa membuatmu bahagia seperti ini" sahut Douma masih memeluk dan mengelus surai milik wanita itu.

Kotoha pun melepas sedikit pelukan pria itu...

"N-nani? Benarkah, aku bisa tinggal di sini??" Kotoha --

Douma hanya membalasnya dengan senyuman manis.

"A-arigatou....Arigatou!!" Sahut Kotoha dengan histeris.

Douma yang menyaksikan wajah manis dengan penuh kebahagiaan itu pun senang. Ia bisa melihat seberapa bahagianya wanita itu berkatnya.

Namun di balik pikirannya, ia tidak menyangka. Bagaimana bisa semudah itu ia mau menolong dan membantunya dengan senang hati? Tidak biasanya ia bisa sampai ikut ramah dan memancarkan senyuman pada pemujanya.

'Aneh...tapi nyata. Entah bagaimana caranya aku memiliki niat untuk tidak......menerkamnya?' pikir sejenak pria itu sambil memerhatikan Kotoha yang usai menangis sambil mengusap hapus air matanya.

'Apa dia...menghipnotisku?' lanjutnya masih memandang wanita di hadapannya itu.

'Ahh...apa sih? Aku pikir apa barusan? Humm...ada-ada saja. Pikiranku konyol sekali...' pikirnya sambil menggeleng kecil kepalanya.

"Ah ya, silahkan duduk dulu. Aku memang menyuruhmu kemari. Ya setidaknya kau tahu maksudnya. Kau itu asing. Aku belum pernah melihatmu. Kau jauh-jauh pergi meninggalkan tempat tinggalmu lalu kau terkepar di tengah jalan begitu saja...." Sahut Douma sambil duduk kembali dan memangku kembali bayi milik Kotoha, Inosuke.

Kotoha pun menurutinya dan ikut duduk tepat di hadapanya...

"Ya, aku dari pedesaan sebelah. Mungkin Hanami pelayan anda, sudah menjelaskan apa yang terjadi pada ku dan anakku beberapa menit lalu" Kotoha--

"Ya, memang sebagian sudah di ceritakan oleh Hanami-Chan. Dan maaf aku lancang, aku ingin tahu dirimu. Siapa namamu? Dan sebenarnya, ada masalah apa kau sampai harus meninggalkan tempat tinggalmu? A-aku bukan bermaksud untuk ikut campur mengetahui urusan pribadimu tapi...aku hanya ingin tahu alasanmu hingga kau bernasib seperti ini" Ujar Douma.

Kotoha menundukan sedikit kepalanya dan mulai menceritakan masalahnya yang sedang menimpanya. Mulai dari kehidupannya, kesehariannya, sampai-sampai masalah hubungan pribadi yang di milikinya, antara dirinya dan suaminya.

Douma hanya mencerna, menyimak apa yang di jelaskannya sambil mengangguk-angguk kecil.

"Uhh..maaf aku harus ikut campur mengetahui permasalahan rumah tangga kalian. Aku tidak habis pikir kau harus menerima nasib seperti ini. Jangankan aku mendengar ceritamu barusan, aku yang pertama kali melihat wajahmu terluka akibat masalah itu saja, aku marasa kasihan dan perihatin" Ucap Douma dengan nada peduli.

Kotoha pun memasang senyuman kecil di wajahnya..

"Itu sudah menjadi takdir ku, tuan. Aku hanya bisa menghadapinya dengan sabar. Walau suatu saat, aku juga tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Seperti sekarang. Setiap umat manusia memiliki nasib yang berbeda. Tidak ada yang tahu seperti apa nasib kita selanjutnya. Apa pun nasibnya, maka terima dan hadapi itu. Itu tergantung diri kita juga, tuan" Balas Kotoha dengan nada penyabar dan teguh.

Douma yang mendengarnya hanya bisa memasang senyuman lega.

"Aku tidak menyangka, ada wanita yang mampu menghadapi nasib yang sesulit itu dan penyabar. Harus ku akui, aku salut pada keteguhan dan kesabaranmu. Sungguh kau itu wanita mulia. Kau bisa menghadapi itu semua. Aku jadi merasa bersyukur, bisa menolongmu" Ucap Douma memuji wanita itu.

Hingga ia tidak menyadari, Kotoha yang mendengar pujiannya itu membuat wajahnya jadi memanas. Ya, hampir menjadi memerah tomat. Hanya saja, ia tahan sambil sedikit menundukan kepalanya agar pria itu tidak menyadari rona merah yang hadir di wajahnya.

"Ahmm..a-aku tidak tahu harus berkata apa kalau bukan berkat anda. Aku hanya bisa...b-berterima kasih pada anda...." Ucap Kotoha masih saja menundukkan kepalanya dengan wajah merah tomatnya.

Douma hanya membalasnya dengan senyuman.

.

.

.

To Be Continue....
NulwellJr

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're Mine || Douma x KotohaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang