Confessions 🌸 [2/10]

593 126 10
                                    

[Kenyataan]

"Kadang kala aku mengutukmu.

Seorang gerangan yang mengusik pikiranku.

Namun aku tahu dunia ini adalah kenyataan,

Tapi,semakin aku mencoba berpaling

Kau selalu menjadi belenggu bayanganku"


Pagi telah menunjukkan waktunya,mentari sudah menunjukkan sinarnya dari timur sedari tadinya,dan keadaan damai dunia pun masih dapat dirasakan seperti hari - hari semula biasanya. Keadaan 5 anggota keluarga 'Sano' itu kini terlihat berkumpul dengan rutin diruang makan,duduk bertata rapi dan akrab bersama piring hidangan roti panggang dan telur yang telah masak,mengartikan bahwa mereka tengah sarapan saat ini.

Hari ini adalah hari sabtu. Dan itu paling tidak adalah harinya Sano shinichiro memiliki waktu luang menganggur dan memanfaatkan waktu sebagus mungkin,seperti berjalan - jalan kemanapun dengan motornya atau mungkin membantu pelatihan dojo karate kakeknya.

Selama itu tak membuat otot pemuda 22 tahun itu kaku mendadak,walau ia tahu payah dalam urusan olahraga atau berkelahi.

"SHI-NI-CHI-RO!!" Pekiknya Mikey agak mengeraskan suaranya,membuat sang empu yang dipanggil terkejut hampir menjatuhkan roti dan telur yg ingin disantap lanjutnya.

"Mikey...! Bisakah kau tidak mengejutkan ku? Kau membuatku hampir menjatuhkan sarapanku ke lantai,lo!" Geram tegurnya Shinichiro menolehkan pandangan terhadap sang adik cilik disamping kursinya yang menyengir jahil.

"Habisnya kau ini tuli atau tengah apa? Emma dan Izana bicara padamu,dasar bodoh" timpalnya ringan Mikey.

Mendengus sekilas,manik hitam shinichiro mengalihkan pandangannya terhadap Emma dan Izana,"kalian tadi bicara apa? Maaf,aku tidak dengar..."

Dan yang diajak bicara oleh shinichiro pun nampak memandang datar dan menyikapi seolah tengah merasa kecewa untuk diabaikan. Terlihat Emma mendelik tajam kearah shinichiro dengam pula merajuk,sesekali nampak menggembungkan pipinya agak kesal.

"Nii-san! Apa kau tidak dengar? Hari ini giliranmu untuk belanja kebutuhan minggu ini!" Seru Emma sambilnya mengarahkan sumpit makannya pada shinichiro,"jadi,jangan harap kau mengelak atau kabur! Mikey saja sudah cukup merepotkan untuk susah disuruh berbelanja!"

Dikeluarga sano tugas mengurus rumah memang adalah tugas bersama di antaranya 4 cucu yaitu hanya Shinichiro,manjiro,Izana dan Emma. Tak adanya kehadiran pula sosok orang tua selain Kakek mereka,membuat hidup keluarga itu tidak sesuram yang dapat dibayangkan. Karena mereka sejak kecil dahulu telah dituntut hidup untuk tetap mandiri apapun yang terjadi,walaupun juga bahkan ketika tumbuh dilingkungan yang kasar sekalipun mereka tidak tumbuh menjadi sosok yang agresif.

Ya mungkin kecuali untuk Mikey atau Sano manjiro seorang. Terlihat bahwa dia saja jelas seperti boss dirumah sendiri.

Shinichiro pun menghela napas pasrah,"baiklah aku akan belanja kebutuhannya hari ini... "

"Hei,kita ini sedang sarapan... jangan berisik!"

▪︎Confessions▪︎🌸

Dengan bermodalkan berjalan kaki dari rumah menuju supermarket yang mana menjual kebutuhan dengan lengkap,Shinichiro saat ini terlihat mulai lebih kerepotan sendiri untuk melangkah balik pulang menuju rumahnya.

Bagaimanakah tidak? Dua kantong belanja besar pun bahkan harus sang empunya giring hingga ke rumah dengan hati - hati. Karena tidak hanya kumpulannya para telur saja,melainkan tepung,susu,dan lain - lainnya juga menghuni isi kantong belanjanya. Tak heran hari ini Shinichiro sadar beban adik tiri perempuannya Emma.

Dukk!

"W-woaah―!"

Tap!

'Eh?'

Lebih sederhananya pada ringkasan peristiwa tersebut adalah bercerita lanjut dari Sano Shinichiro yang mulai berjalan melewati sebuah jembatan,namun sialnya langkahnya yang sibuk dan bersamaan dengan beban di kedua tangannya hampir saja membuatnya fokusnya oleng dan hancur,tersandung dengan sebuah jalan yang tak rata di jembatan.

Dia tak merasakan apapun dan dia tidak mendengar telur atau bahan pecah sedikitpun. Shinichiro hanya merasakan bahwa tangannya tengah ditarik oleh seseorang. Mencoba untuk mencegah pemuda 22 tahun itu bertindak ceroboh,hingga menyia-nyiakan barang yang dibelinya.

"Ah―tunggu dulu" gumam shinichiro cepat - cepat memperbaikinya posisi semula dirinya berdiri dan bersamaan itu tangan yang menahannya juga melepaskannya kala mengetahui shinichiro hendak memposisikan dirinya secara normal.

'Anda baik-baik saja?'

Shinichiro terdiam sejenak. Sang empunya surai hitam itu menatap lamat kala sebuah satu notebook kecil tersodor padanya dan seolah bicara padanya. Memandang alih pada sosok penolong itu,lantas entah mengapa membuat shinichiro agak terpanah dan sedikit terkejut melihatnya.

Orang itu adalah seorang gadis.

Gadis dengan surai yang senada bersamanya bunga sakurai yang tengah bersemi indah saat ini.

Mata hazelnut terlihat manis bersinar memandangnya dengan halus.

Seorang gadis yang sering selalu dilihatnya ditaman dan sering mengusik pikirannya.

Tanpa sadar bertemu hanya karena hal kecil seperti ini. Seolah ini hanya bagaikan mimpi sesaat untuk Shinichiro,namun bersamaan itu dirinya sadar kenyataan menampar dirinya.

"Ah―aku baik-baik saja,terima kasih... kau sudah menolongku,nona" ucapnya shinichiro cepat - cepat memperbaiki cara nada bicaranya.

Gadis itu pun menuliskan kembali kata - kata dalam notebooknya,'syukurlah jika anda baik-baik saja,tuan...

Anda perlu bantuan?'

To be continued! 🌸

Tivia:
-Shinichiro: 22 tahun
-[name]:18 tahun

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

▪︎Confessions▪︎ [S.shinichiro x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang