Fiery Rose

68 12 0
                                    

Gangwon-do, November 1999.

Tangan yang masih gemetar itu menuangkan soju perlahan-lahan ke gelas kecil di depannya. Ia menenggaknya sekaligus. Ia menoleh perlahan ke arah kanannya. Senyum istrinya tampak tulus dalam bingkai yang di pajang di sana, di antara kerumunan bunga krisan. Pita hitam menghiasi bingkainya.

Pria itu menghela napas. Ia belum siap seorang diri tapi ia harus mulai memikirkan kelanjutan hidupnya dan putri kecilnya, kalau bayi perempuan itu berhasil bertahan hidup.

Ini salahku...

Dua hari yang lalu, istrinya mengeluh perutnya sakit, namun ia tak segera membawa istrinya ke rumah sakit untuk diperiksa. Kini ia harus hidup dalam penyesalan yang begitu dalam karena menunda-nunda. Ia menunduk dan menangis.

“Seharusnya aku langsung membawamu ke rumah sakit...kau harus menahan rasa sakit itu sendirian karena suamimu yang bodoh. Maafkan aku....mianeyo...yeobo”

Sebuah langkah terdengar begitu jelas di ruang rumah duka yang sudah sepi itu. pelayat berdatangan sejak siang, namun mereka sudah pergi sejak sore. Pria itu mengangkat kepalanya. Ia tak tau masih akan ada orang yang datang malam itu.

Seorang pria tinggi berkacamata mengambil setangkai bunga krisan. Pria yang masih berduka itu dengan cepat berdiri menyambut tamunya. Pria berkacamata meletakkan bunga krisan di depan foto wanita yang kini tak akan tersenyum lagi. Ia memejamkan mata lalu memberi hormat.

Sementara itu pria yang masih berduka menebak-nebak identitas pria asing itu. Ia tetap memberi hormat karena pria itu memberi penghormatan terakhir untuk istrinya.

“Park Jung Ho-ssi,”

“Ne?” pria itu terkejut pria asing itu mengetahui namanya. “Kalau boleh tau, siapa Anda?”

“Aku teman lama Jung Da Bin, Yoon Jun Ha”

“Ah, Ne ne. Silakan duduk Yoon-ssi”

Mereka beranjak berpindah ruangan dan duduk di ruang khusus tamu. Setelah saling menuang soju dan segera menenggaknya. Pria bernama Jun Ha itu tersenyum tipis.

“Aku mengenal istrimu. Kami satu sekolah waktu SMP. Kami tidak terlalu dekat tapi kami saling mengenal dan saling menyapa jika bertemu satu sama lain. Istrimu orang yang baik dan ramah”

“Ne, terimakasih. Dia sudah pergi ke tempat yang lebih baik”

“Benar. Aku percaya itu. Bagaimana dengan bayinya?”

“Masih dalam NICU dan belum ada perkembangan”

“Kau sudah berdoa untuk kesembuhan anakmu?” Ia menuang soju Jung Ho.

“Seandainya Tuhan itu ada” balas Jung Ho sambil menuang soju juga.

Mendengar itu, Jun Ha berhenti sebentar saat gelas soju sudah terangkat. Ia tersenyum kecil lalu menenggak soju itu.

“Aku menghargai pemikiranmu. Tapi apakah kau tertarik untuk mencari tau tentang hal itu?”

Jung Ho tampak berpikir. Sebenarnya tidak ada waktu baginya memikirkan hal semacam itu. Ia harus memikirkan bagaimana hidupnya dengan anak perempuannya. Ia hanya menghargai lawan bicaranya saat itu.

“Entahlah...aku tidak yakin”

“Kau pernah dengar Fiery Rose?”

“Mwo?”

“Itu komunitas yang cukup besar”

“Maaf kalau menyinggungmu, tapi aku hanya menghabiskan waktu untuk keluarga dan pekerjaan. Aku bahkan tidak tau penyanyi terkenal akhir-akhir ini”

“Tidak tidak, tentu saja tidak. Beberapa orang memang seperti itu. Itu tidak masalah. Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu dan anakmu. Tapi kalau kau tertarik, kau bisa datangi kami. Kami akan mendoakan anakmu” Jun Ha memberikan kartu namanya.

Park Jung Ho hanya mengambil kartu itu untuk menghargai. Ia memandang sebentar kartu berwarna putih dengan print bunga mawar di kertasnya. Terlihat dari kartu yang tampak sederhana itu, Jung Ho mengira-ngira bahwa komunitas itu baru berdiri beberapa tahun.

“Akan kupertimbangkan” ia menyimpan kartu itu di dalam saku bajunya. Ia kembali menuangkan soju untuk tamunya itu.

The Fiery Rose || Hangyul ❣ Xiyeon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang