Party I

32 6 1
                                    

Xiyeon berusaha mengimbangi langkah panjang seorang bellboy di depannya. Tuannya, Hangyul, menyuruhnya mendatangi Heaven Hotel. Setelah menjelaskan tujuannya pada resepsionis, ia diantar seorang bellboy. Mereka menyusuri koridor di lantai 6 hotel. Bellboy berhenti di depan sebuah pintu kamar. Pria berpostur tegap itu tersenyum ke arahnya.

“Lee Daepyonim meminta anda bersiap-siap di ruang ini. Kalau sudah siap kami akan menjemput anda kembali dan mengantar anda ke ball room”

“Ball room? Siapa yang pesta?”

“Han Seungwoo, putra satu-satunya Han Daepyonim, pemilik Hanse Property”

Xuyeon membulatkan matanya. Ia sering mendengar nama perusahaan itu. Ia tak percaya kini ia akan datang ke acara pernikahan pewaris perusahaan itu. Bellboy membuka pintu kamar. Xiyeon masuk dengan ragu. Bellboy menutup pintu kembali.

Langkah Xiyeon semakin lambat memasuki ruang kamar itu. Ia hanya seorang diri di sana. Tak banyak yang bisa ia lakukan. Ia hanya memelajari tata letak kamar itu. Ia kemudian duduk di pinggir tempat tidur. Tak lama kemudian, pintu kamar itu diketuk. Xiyeon bangkit berdiri bersiap membuka pintu, namun rupanya pintu sudah terbuka.

Beberapa orang menghambur masuk dengan langkah cepat. Xiyeon sedikit terkejut karena mereka memegang mastercard. Seorang wanita berambut pendek dengan mata tajam menghampirinya dengan anggun. Ia membungkuk dan memberi salam.

“Annyeonghaseyo, Nona Park. Panggil saja saya Kyla, saya yang bertanggung jawab atas penampilan anda malam ini. Jal putakdeurimnida” ia kemudian menggiring Xiyeon ke depan dressing table yang sudah dipenuhi dengan berbagai alat make up yang sudah ditata dengan rapi.

Perempuan berponi itu tampak memelajari sebentar wajah Xiyeon yang pucat. Ia kemudian mengambil sesuatu dari meja dan mengusapkannya ke wajah gadis itu. Dalam waktu yang cukup singkat, wajah Siyeon sudah terlihat lebih hidup. Alis simetrinya memayungi mata bulat kecil yang kini terlihat aura dewasanya.

Kini wanita bernama Kyla itu memegang rambut hitam Xiyeon.

“Tuan Lee tidak ingin aku mengubah bentuk rambutmu. Dia bilang kau terlihat cantik dengan rambut panjang hitam alami ini. Karena itu aku hanya akan membuatnya sedikit bervolume”

Selesai dengan rambut, kini Kyla mengiring Xiyeon untuk mencoba beberapa busana yang ia siapkan di ruang ganti.

“Aku ingin memberimu gaun hitam ini, supaya kulit cantikmu terlihat bersinar, tapi itu saja akan mematikan pesona rambutmu” Xiyeon tak tau bagaimana menyahut komentar yang diberikan Kyla padanya. Ia hanya bisa diam dan menerima semua yang diberikan padanya.

Tangan Kyla mencari gaun lainnya. Tangannya berhenti saat menyentuh sebuah gaun berwarna navy. Ia mengambil gaun itu dengan ragu. Ia mendekatkan ke Siyeon. Ia mengangguk pelan.

Terakhir yang tidak boleh dilupakan oleh semua wanita adalah sepatu. Xiyeon memakai platform heels berwarna putih gading. Kini ia sudah siap menjadi pendamping Hangyul di pesta pernikahan malam itu.

"Kurasa tampilan sederhana elegan seperti ini sudah bagus. Kau tidak boleh lebih cantik dari mempelai wanitanya,kan?" Wanita itu untuk pertama kalinya menunjukkan senyum lebar ya yang manis.

Kyla merapikan semua peralatannya dan meninggalkan Xiyeon di ruangan itu. Xiyeon sedikit kebingungan. Ia tak bisa berbuat banyak karena tasnya diminta pihak resepsionis. Ia datang ke ruangan itu dengan tangan kosong.

Pintu terbuka. Seorang menyembulkan kepalanya. Xiyeon akhirnya tersenyum. Jooyeon datang menjemputnya. Wanita dokter itu kemudian mengajaknya meninggalkan kamar dan menuju ballroom.

Xiyeon melangkah gugup. Ia merasa di setiap langkah yang ia jalani, sepatunya terasa semakin berat dan merantai langkahnya. Tiba di depan sepasang pintu besar yang dijaga empat orang pria bertubuh besar, ia mulai kehilangan kekuatan kakinya. Jooyeon memperlihatkan undangan pada empat pria itu lalu masuk saat pintu besar itu dibuka untuk mereka.

“Kau tunggu di sini sebentar”

“Kau mau kemana seonsaengnim?”

“Memanggil Hangyul, kau tunggu di sini ya. Aku akan menyuruh Hangyul menemanimu”

“Aku tidak suka berada di sini. Di sini sangat asing.”

“Maaf, tapi kami sangat membutuhkanmu karena momen ini sangat penting”

Jooyeon meninggalkannya untuk memanggil Hangyul. Tak sampai harus menunggu lama, Jooyeon sudah datang dengan Hangyul di sebelahnya. Xiyeon sedikit canggung. Hangyul terlihat sangat berbeda malam itu. Ia juga tidak terbiasa dengan penampilannya malam itu.

“Gyul, obatmu sudah datang. Kalian sudah bertemu kan, aku mau bicara dengan Mr.Go, rumah sakit mereka akan study banding ke John Hopkins, aku harus ikut. Annyeong”

Sepeninggal Jooyeon, Xiyeon semakin mati kutu. Ia dengan Hangyul pun masih terasa canggung. Mereka belum dekat dan masih belum merasa nyaman. Hubungan mereka tak lebih dari tuan dan budak dengan simbiosis mutualisme.

“Sepertinya kau sudah sehat. Kau sudah diizinkan pulang dari rumah sakit” Xiyeon memulai percakapan.

“Sebenarnya belum. Karena itu kau dipanggil ke sini. Noona bilang kau tidak suka tempat asing. Kau harus terbiasa dengan hal ini. Karena ini kali pertamamu, aku akan memakluminya. Ayo”

“Kemana?”

“Kau amati saja acara ini dari sisi lain”

Hangyul memimpin langkah. Mereka meninggalkan keramaian itu dan menuju balkon. Xiyeon tanpa sadar tersenyum lebar saat pemandangan kota malam yang terlihat begitu cantik tersuguh di depan matanya. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambutnya. Ia berusaha merapikannya.

“Tidak apa-apa aku ada di sini? Tidak menyapa mempelai?”

“Pesta seperti ini sebenarnya bukan ingin memberi selamat pada mempelai, tapi menjalin koneksi dengan perusahaan lain. Ini kesempatan mengembangkan bisnis masing-masing. Ini bukan pesta pernikahan biasa, ini momen melobi”

“Kalau begitu aku akan di sini”

“Geurae, kau tunggu saja di sini” melihat Xiyeon yang sedikit repot dengan rambutnya yang tertiup angin pelan, ia mengulurkan tangannya dan membantu gadis di depannya itu merapikan rambutnya. Ia menyingkirkan beberapa anak rambut yang menempel di pelipisnya. Ia juga menyingkirkan rambut yang menempel di leher gadis itu.

Hangyul meninggalkan gadis itu di balkon seorang diri. Tapi sebenarnya ia tak seorang diri. Beberapa tamu juga berada di sana untuk menikmati pemandangan kota yang sangat memanjakan mata. Angin malam itu terasa segar di kulitnya. Jantungnya kini berdebar.

Perlakuan manis Hangyul yang ia lakukan dengan wajah dingin membuat jantungnya seperti akan melompat keluar. Ia memegang rambutnya sendiri.

Dia terlihat kasar dan kurang ajar, tapi dia bisa jadi lembut juga.

The Fiery Rose || Hangyul ❣ Xiyeon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang