Pembuktian

16 5 0
                                    

  
Siang itu kepala Xiyeon terasa berat dan sakit. Ia sudah tidur lebih dari dua belas jam. Ia melirik jam dinding. Pukul 1 siang.

Kemarin malam ia sibuk merapikan semua barang-barangnya sampai kelelahan. Dokter Jooyeon berbaik hati memberikan ruangan kosong di belakang dapur untuk menyimpan semua barang dari rumahnya selain memberinya kamar yang nyaman. Ia bahkan tak sempat mandi dan langsung berbaring.

Tidurnya sangat nyenyak atau mungkin karena kelelahan hingga ia bisa tidur begitu lama dan tak terbangun sesaat pun. Ia sudah merasa jauh lebih tenang meski sekarang ia merasa pusing.

Sesaat kemudian indera penciumannya menangkap bau yang aneh. Bau asing yang seharusnya tak ada di sana. Xiyeon menghirup napas dalam-dalam memenuhi rongga parunya dengan bau aneh itu, meyakinkan dirinya untuk mengetahui bau itu. Belerang.

Meski tubuhnya terasa berat, tapi Xiyeon berusaha turun dari tempat tidur dengan seimbang. Ia mengendus dan mencari sumber bau itu. Setiap sudut di kamarnya ia endus dan baunya sama saja. Tak tercium semakin menyengat atau menghilang.

Apa itu berarti bau itu dari tubuhku? Apa benar aku ini bukan manusia?

Ia melirik ke laci di dekat jendela. Sebuah botol kaca kecil dilapisi kertas berwarna hitam tampak mencolok. Ia mengambil botol itu dan membaca pesannya.

“Ini bisa mengurangi bau belerang jika kau rajin meminumnya”

Xiyeon ingin mengembalikan pikirannya pada hal yang masuk akal dan wajar. Ia memutuskan untuk menahan bau itu dan tak meminum obatnya. Obat itu sama seperti yg diberikan ayahnya. Selama ini ia selalu meminumnya karena mengira itu hanya vitamin. Kini, ia ingin melihat sendiri apa jadinya ia tanpa obat itu. Ia berjalan keluar dari kamar.

Ah, benar, ini rumah dokter Jooyeon.

Ia sempat tak mengenali ruangan bernuansa peach itu. Ia kemudian berjalan ke dapur. Kertas berwarna kuning yang menempel di refrigerator menarik perhatiannya lagi. Ia berjalan mendekat. Jooyeon meninggalkan note lain di sana.

“Ini rumahmu juga. Nikmati waktu luangmu”

Jooyeon menarik pintu refrigerator, ia memerhatikan isinya sebentar dan mengambil jus jeruk. Tubuhnya terasa lemas tapi ia tak punya nafsu makan. Ia memandang sekeliling rumah itu. Semuanya tampak rapi dan bersih.

Tak ada yang bisa dikerjakannya. Tak yakin apa yang harus ia lakukan, ia memutuskan untuk mandi. Ia punya banyak waktu dan ia akan memakai waktunya yang banyak itu di kamar mandi dengan harapan bisa menghilangkan bau belerang dari tubuhnya.

Buih dari sabun yang bercampur dengan air sangat menenangkan di kulit Xiyeon. Gadis itu meletakkan kepalanya di sisi bath tub dan memejamkan matanya dengan harapan ia bisa menghirup wangi sabun mandi yang ia pakai. Tapi tak ada wangi bunga atau buah seperti harapannya. Yang ada hanya bau belerang yang sedikit samar.

Baunya tetap ada meski samar. Tidak hilang.
Beberapa menit kemudian, bau itu semakin mengganggu gadis itu karena ia baru pertama kali mendapati dirinya seperti itu. Terasa aneh dan berbau. Ia melihat tangannya sendiri. Tampak normal.

Mungkinkah bau itu berasal dari darahku? Seperti apa darahku akan tampak dan seperti apa baunya.

Xiyeon sudah memutuskan. Ia segera mengakhiri kegiatan berendamnya dan segera keluar dari kamar mandi. Setelah berpakaian lengkap ia duduk di sisi tempat tidur dengan rambut yang masih basah. Ia akan membuktikan sendiri asal bau itu, bau yang sangat mengganggu.

Gadis itu menggeledah seluruh laci di kamarnya dengan kasar. Tak ada benda tajam yang bisa ia pakai untuk menggores kulitnya. Ia berjalan ke dapur dan mengambil pisau kecil dari kumpulan pisau.

Pisau kecil dan tipis itu berkilat tertimpa cahaya lampu. Xiyeon mendekatkan pisau itu telapak tangannya. Sesaat ia ragu. Rasa sakit dan perihnya bahkan sudah terasa dalam pikirannya. Ia menarik napas panjang seolah menarik semua keberaniannya yang terpencar.

Kau tak akan pernah tau kalau kau tak berani mencoba. Ujung pisau itu sudah menempel di kulit telapak tangan kirinya. Ia hanya butuh menekan pisau itu. Tapi ia diam sebentar. Menarik napas kembali dan mengumpulkan sekali lagi keberaniannya. Detik berikutnya, ia sudah menekan pisau itu.

“Aarghh!” ia meletakkan kembali pisaunya. Darah kental merah kehitaman berhambur keluar dari celah kulitnya yang sobek. Semakin banyak keluar, semakin mengalir dan akhirnya menetes ke lantai. Benar. Ruangan itu seketika berbau belerang yang sangat menyengat. Xiyeon hampir tak tahan. Ia menutup hidungnya sendiri.

“Apa yang kaulakukan?” suara Jooyeon terdengar pelan dan bergetar. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Xiyeon lebih terkejut lagi melihat wanita tinggi itu tiba-tiba berdiri di dekat pintu dapur. Wanita dokter itu hanya terdiam dan mematung. Matanya melihat tetesan darah Xiyeon di lantai tanpa kedip. Mulutnya sedikit terbuka. Sebentar lagi sepasan taring yang selama ini ia sembunyikan akan menampakkan diri.

“Aku perlu memastikan sesuatu” Xiyeon gugup tanpa alasan.

Jooyeon tampak memejamkan matanya dan menarik napas pelan. Ia mencoba mengatur pernapasannya. Ia terlihat panik. Namun ia segera berlari mendapati kotak P3K di lemari di ruang tengah. Tapi kemudian ia ragu untuk memberikannya pada Xiyeon. Ia hanya meletakkan kotak itu di meja makan kemudian kembali menjauh.

“Cepat bersihkan darahmu dan tutup lukamu” suara Jooyeon masih terdengar bergetar. Meski Xiyeon bingung dengan reaksi dokter itu, ia tetap membersihkan darahnya dan menutup lukanya sendiri.

Tangan kiri Xiyeon kini sudah berbalut kain kasa. Ia duduk di hadapan Jooyeon yang masih menunduk dan memegang kepalanya sendiri.

“Maaf, tapi aku perlu membuktikan sesuatu. Aku tak minum obat yang kau berikan”

“Manusia tak akan melihat keanehan atau mencium belerang di darahmu, tapi kita bukan manusia”

“Maafkan kecerobohanku”

“Ne. Aku bisa tahan dengan darah orang lain. Tapi aku mungkin tidak tahan dengan darahmu, hampir saja aku menyambarmu dan meminum darah yang tumpah itu”

“Benarkah?”

“Aku tidak tau bagaimana kalau aku tak bisa menahan diriku tadi. Kalau aku vampir pemula mungkin aku tak akan bisa menahan diriku” Jooyeon menyodorkan botol kaca kecil. “Pastikan ini selalu ada di dekatmu dan jangan lupa diminum”

Xiyeon mengangguk. Ia melihat tangannya yang dibalut kasa. Darah yang mengalir tadi darah yang berbeda bukan darah manusia.

Sebagiannya adalah darah iblis yang membuatnya berbau. Satu lagi kenyataan yang tak ingin ia percaya. Sayangnya, ia sudah membuktikan dengan tangannya sendiri dan matanya melihat semuanya itu benar.
 

The Fiery Rose || Hangyul ❣ Xiyeon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang