Anggur dan Darah

26 5 0
                                    

Dua kantung darah sudah mengalir di tubuhnya lewat transfusi. Sejak kembali dari convention hall ia terbaring dan tak membuka mata. Wajahnya memerah dan garis keunguan di sekitar wajahnya belum menghilang. Urat-urat itu masih menghiasi wajah pucatnya. Kini Jooyeon patut khawatir. Tak biasanya seperti ini. Biasanya sedikit perubahan akan terlihat saat kantung darah pertama sudah habis.

Jooyeon memeriksa suhu tubuhnya. Masih panas. Ia juga memeriksa pupil matanya. Tak merespon.

“Yak! Hangyul-ah! Kenapa tiba-tiba kau seperti ini? Apa karena kau minum wine tadi? Seharusnya kau tidak minum seteguk pun! Kau tak pingsan kan? Katakan sesuatu”

“Darah...gadis itu...”

“Apa? Siapa kau bilang?”

“Darah gadis itu...dia ada di sekolah”

“Gadis...” Jooyeon membelalakkan matanya. “Mwo? Kau bicara apa sih?” Ia memutuskan untuk pura-pura tak mengerti.

Ia melepas kancing baju pria itu dan mendinginkannya dengan es batu. Ia tak pernah melihat vampir dengan tubuh yang panas seperti terbakar.

“Darah gadis itu bisa menyembuhkanku sekarang. Dia ada di sekolah. Panggil dia ke sini”

Dia sudah bertemu dengan Siyeon? Kapan?? Kenapa Siyeon tidak memberitahuku?

Jooyeon dilema. Bukan ide yang baik mempertemukan Xiyeon dengan Hangyul. Xiyeon memiliki darah yang berbeda dari manusia lain karena ia setengah iblis. Darahnya memiliki keunikan karena di balik tubuhnya yang berbau belerang, darahnya justru beraroma seperti mawar.

Ia ingin meminta penjelasan lebih banyak dari Hangyul namun pria itu tampak kesulitan mengatur napasnya, apalagi jika diminta menjelaskan. Jooyeon akhirnya mengeluarkan ponselnya dan keluar dari kamar temaram itu.

~~~

“Yeoboseyo” suara parau itu menandakan ia terbangun dari tidur nyenyaknya karena panggilan telepon yang mengganggunya. Xiyeon menjawab teleponnya dengan mata terpejam dan ponsel yang diletakkan di bantal.

“Mwo? Kemana?” tanyanya. Nada terkejut tak bisa disembunyikan. Seingatnya ini sudah tengah malam, dan tiba-tiba ia mendapat telepon dari dokter Jooyeon untuk pergi ke suatu tempat.

“Dengar, kau hanya perlu menunggu di depan gerbang sekolah. Sebuah mobil akan berhenti dan kau bisa naik mobil itu,” jelas Jooyeon dari ujung sana.

“Baiklah,”

“Maaf sudah mengganggumu. Nanti akan kujelaskan. Sekarang datanglah. Ini sangat penting”

Xiyeon segera bangkit berdiri dan mengambil jaketnya. Tanpa mengganti baju ia keluar dari gedung asrama dan berjalan ke gerbang sekolah.

Angin malam bertiup sangat kencang dan dingin. Xiyeon menggigil di balik jaket yang sebenarnya sudah cukup tebal. Ia berkali-kali menghela napas, membuat asap tipis dari mulutnya mengepul di sekitar wajahnya.

Ia juga lupa membawa sarung tangan. Lima belas menit kemudian, sebuah mobil berwarna hitam berhenti. Xiyeon mendekati mobil itu dengan ragu.

“Nona Park Xi Yeon, silakan masuk”

~~~

Xiyeon merasa pusing perlahan saat ia merasakan darahnya keluar lewat selang bening yang dipasang di lengannya. Darah kehitaman itu mengalir dengan lancar ke sebuah kantung. Jooyeon bisa mengendalikan diri karena ia tak bisa menghirup aroma darah itu.

“Maaf merepotkanmu malam-malam begini tapi aku sangat membutuhkan darahmu”

“Siapa yang membutuhkan darah iblis?”

“Dia...adikku. Dia sama sepertiku tapi dia sedang sakit, dan menurutnya darahmu bisa menyembuhkannya. Tak ada salahnya kucoba karena darahmu memang berbeda”

Setelah penuh satu kantung. Jooyeon melepas selang itu dan bergegas membawanya pergi. Sementara itu gadis setengah iblis itu memejamkan matanya karena ia merasa pusing. Meski setengah iblis, ia masih dominan manusia yang lemah. Sedikit darahnya diambil ia masih merasa pusing dan lemah. Perutnya mulai bergejolak. Rasa mual mulai menghampirinya.

Jooyeon mengganti kantung darah. Kantung darah keempat sudah habis. Hangyul belum menunjukkan perubahan. Ia kemudian memasang kantung darah kelima, darah segar Xiyeon yang baru diambilnya.

Apa ini benar berhasil? 

Darah dari kantung darah perlahan mengalir ke tubuh Hangyul lewat tangannya. Dalam beberapa detik saja garis-garis keunguan yang menghiasi wajah tampan itu menghilang. Kulitnya memang masih pucat tapi kini terlihat berkilau dan sedikit merah muda. Tanda kehidupan telah datang. Jooyeon sedikit terkejut.

Ini benar-berhasil. Darah manusia setengah iblis memang bisa menyembuhkannya.

Hangyul membuka mata. Jooyeon semakin terkejut. Mata itu terlihat jernih dan kuat. Tatapannya tajam dan terlihat bertenaga. Ia melirik ke kantung darah. Darahnya tersisa setengah kantung lagi.

Saat kantung darah sudah kosong. Hangyul melepas sendiri selang dari tangannya dan mencoba duduk. Ia telah kembal. Jantungnya tak lagi terasa sakit dan panas. Ia kembali sehat dan tak terlihat tanda-tanda ia tumbang.

“Kurasa ini karena anggur yang kau minum. Sekarang kau harus lebih berhati-hati kalau minum. Aku akan memeriksa minuman dan makanan pantanganmu”

“Dimana dia? Gadis itu?”

“Dia sudah pergi” Jooyeon berbohong. “Aku hanya mengambil darahnya. Kau istirahat saja. Tadi kau tampak seperti akan mati”

“Aku perlu memeriksa sesuatu”

“Memeriksa apa? Sudahlah jangan membantahku! Kenapa kau tau darahnya bisa menyembuhkanmu? Kau pernah minum darah gadis itu sebelumnya?”

“Ya, aku pernah. Mungkin dia yang dimaksud Shannon”

“Bodoh! Seharusnya kau tidak sembarangan minum darah. Karena darah iblis itu, kau jadi tak bisa minum anggur dan ketergantungan dengan darah itu!”

“Bukannya itu bagus? Aku jadi tau dan menemukan obat untuk penyakit sial ini?!”

“Tapi tidak mudah mendapatkannya. Darah itu langka. Aku baru menemukan satu yang seperti itu”

“Kenapa dibuat susah? Aku hanya perlu membuatnya memberi darahnya padaku. Kalau dia tidak mau, dia akan menyesalinya” kilat matanya tampak kuat.

Hangyul kini memiliki tekad yang kuat untuk mendapatkan darah yang ia butuhkan.

The Fiery Rose || Hangyul ❣ Xiyeon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang