Chapter Dua Belas

39 11 15
                                    

now playing || You and I- one direction



Percobaan yang hampir selesai. Kalau gagal, nyesek banget ya.

*******

"Lo berangkat sama Papa aja, ya. Please.." Mohon Aldino pada Anetha sambil menyatukan kedua tangannya.

"Apaan sih lo? Pagi-pagi ngajak ribut." Ketus Anetha.

Pagi ini kakak-beradik itu bertengkar hanya karena alasan sederhana, Aldino yang meminta Anetha berangkat bersama Papanya. Bukannya tidak mau, tapi jika berangkat bersama papanya sangat cepat dan disekolah pasti dia hanya sendiri. Perdebatan pun berlanjut hingga sampai diruang makan yang membuat kedua orang tuanya heran.

"Hei, hei! Ada apa sih? Pagi-pagi kok udah ribut." Lerai sang Mama.

"Tuh dia, Mah. Nyuruh aku berangkat sama Papa." Adu Raina.

"Kenapa kok tiba-tiba?"Tanya sang Papa.

"Tau. Mau jem--"

"Motornya kurang angin Pah. Jadi harus dibawa sendiri dulu." Ucap Aldino ngelantur.

"Kan bisa naik mobil."

"Macet, Pa. Bisa terlambat. Sekali aja ya, Pah. Besok-besok enggak lagi ko." Bujuk Aldino pada Bramasta.

"Ya sudah, ayo makan dulu."

Setelah sarapan pagi dengan selingan debat selesai dan Anetha pun akhirnya mengalah dengan berangkat pagi bersama Papanya. Orang yang ditunggu Aldino pun keluar dari rumahnya, Aldino segera masuk kedalam untuk pamit pada mamanya. Setelah itu dia mengeluarkan motornya dan memarkirkan didepan pagar rumah Raina.

"Pagi." Sapa Aldino dengan senyuman manisnya. sok manis:)

Raina hanya mengabaikannya sambil sibuk mengikatkan tali pada sepatunya.

"Ayo kita berangkat."

"Ini gue mau berangkat."

"Bareng gue kan?"

"Dih. Apa-apaan lo?!" Jawab Raina sewot.

Dan tiba-tiba Ibunya Raina pun keluar melihat apa yang terjadi.

"Kenapa Rain?"

"Itu, Mah ng--"

"Kata Raina bensin motor dia habis tante. Jadi dia minta mau berangkat bareng saya." Ucapan Raina terpotong oleh Aldino.

"Oh, yaudah. Kemarin kenapa gak diisi Rain? Oh iya, kamu anaknya Pak Bramasta kan, ya?"

"Iya tante."

"Yaudah sana, nanti kalian telat."

"Tap--"

"Gak apa-apa Rain. Jangan sungkan-sungkan."

Dukungan dan alasan yang dibuat Aldino membuat Raina terpaksa berangkat bareng Aldino. Karena sedari tadi Aldino selalu memotong perkataannya. Diperjalanan mereka hanya diam. Raina yang diam karena kesal, sementara Aldino yang diam karena senang melihat aksi kurag kerjaannya berhasil.

Sesampainya disekolah bertepatan dengan bunyi bel masuk, ternyata Malven juga baru datang dan Malven melihat Aldino dan Raina datang berdua.

"Kok bisa berangkat berdua?"Sapa Malven sambil berjalan kearah mereka, tepatnya Raina.

""Bensin Raina abis, Ven." Sela Aldino. Raina hanya memasang senyum datar.

Daripada stress melihat tingkah dua lelaki tersebut, Raina memutuskan untuk segera berlari menuju kelasnya. Dengan tampang yang sangat sangat kesal. Malven pun langsung mengejarnya setelah pamitan pada Aldino.

"Raina! Tungguin gue." Teriak Malven, sedangkan Aldino yang melihat hanya tersenyum sekilas.

************

Bel istirahat pun berbunyi.

"Raina, lo tuh dari tadi ngedumel mulu. Berisik tau gak?!" Omel Putri.

"Salah lo nih, Neth. Abang lo itu gak jelas banget sih, maksa-maksa gue buat berangkat bareng dia. Alesannya jago banget lagi pas mama gua nanya." Omel Raina.

"Wow! Enak dong dibonceng cogan." Seru Putri.

"Enak. Gak enaknya dia maksa." Raina tidak berbohong. Dia juga remaja perempuan yang suka menghalu akan cogan-cogan yang mau jad pacarnya.

"PANTESS!! Dia tuh tadi pagi maksa-maksa gue berangkat bareng Papa. Gue jadi berangkat pagi-pagi." Jawab Anetha berapi-api.

************

Sementara, Aldino beserta teman-temannya sudah dikantin lebih dulu. Tidak membolos, hanya keluar paling pertama.

"Nitha mana Din? Biasanya paling semangat nih udah disini." Tanya Jonathan.

"Putuslah." Jawab Aldino santai yang membuat temannya melongo.

"Gila lo!"

"Bibit fakboi."

Tiba-tiba...

"Jajan gue mana?!" Tagih Anetha dengan ganas. Disebelahnya ada Putri yang senyum-senyum.

Anetha terlalu malas memperdebatkan abangnya yang sangat menyebalkan itu. Aldino pun hanya memasang tampang seolah tak terjadi apa-apa. ia hanya memberi uangnya dan menyuruhnya untuk pergi.

"Raina mana? Tumbenan." Tanya Daniel.

"Katanya nanti nyusul kak. Kita disuruh duluan." Jawab Putri sopan.

Tak lama kemudian, Raina datang dengan wajah sangat tertekuk dan Malven yang berusaha terus mendektainya.


**************

Hai! Udah lama ya gak update:)

Maaf guys:)

Jangan lupa VOTE + COMMENT nyaaa!!!!

follow juga NovitaDebby_

Tambahin cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, ya. Have fun:3

See u next part:3

TakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang