Aku ambil baju renang yang sengaja aku beli kemarin untuk mereka.
"Ini buat kalian" kataku.
"Waah makasih ya raa..." jawab putri dan nabila bersamaan.
Dan akhirnya mereka sibuk mencoba baju renang yang aku berikan tadi. Yes !! Aku berhasil mengalihkan pembicaraan. Mereka cukup membuat kamarku berantakan.
"Gimana hubunganmu sama ridho put ?" Tanyaku saat putri sedang berkaca.
"Dia uda putus ra, 2 hari yang lalu" jawab nabila.
"Hah ? Serius ?" Tanyaku kaget.
"Iya, dan aku bahagia sekali rara..." jawab putri sambil menari-nari di depan kaca.
"Kenapa ?" Tanyaku heran.
"Nanti kamu akan tau" jawab putri.
Aku melihat nabila yang sedang melihat jam tangannya. Dia terlihat memikirkan sesuatu. Ya.. dia memang orang yang pemikir. Selalu memikirkan hal yang tidak perlu untuk di pikirkan. Sekilas dia melihatku yang tahu kalau aku sedang melihatnya. Dia tersenyum malu-malu.
"Aku sepertinya harus menyiapkan perlengkapan buat study tour nanti" kata nabila.
"Astaga bil, kan study tour masih lama" jawab putri.
"Tapi aku khawatir lupa" jawab nabila.
Aku dan putri saling menatap. Oh tuhan, klasik sekali temanku ini.
"Yaudah kalian pulang sana" kataku sambil berdiri.
Putri melihat ke sekeliling ruangan dengan sedih, sementara nabila langsung mengambil jaket dan memelukku. Jujur, aku tidak mau mereka cepat pulang. Aku menahan sedih karena tidak bisa ikut study tour bersama mereka. Aku melepas pelukan nabila dan tersenyum ke arah mereka.
"Kita akan kirim foto yang baaaanyaaak, ok ?" Kata putri sambil memelukku.
"Nanti, kasih gambarku juga ya. Edit !! Biar aku kelihatan ikut" Jawabku sambil tertawa. "Uda sana pulang !! Semoga study tour kalian nanti menyenangkan"
"Aku sayang kamu rara" kata mereka bergantian.
Aku mengantar mereka sampai di depan kamar. Aku pandangi punggung mereka sampai tidak terlihat lagi. Senyumku memudar, saat aku menutup pintu kamarku dan aku melihat foto yang diambil beberapa bulan lalu. Saat itu, aku, kak lesti, ayah dan ibu makan bersama di taman depan rumah. Tersenyum bahagia. Aku rindu suasana seperti itu.
Ku hembuskan napasku dan aku pandangi obat di samping tempat tidurku. Sejujurnya aku suka disini, dan juga aku tidak keberatan datang setiap waktu. Suster rani dan suster aulia merawatku dengan sangat baik.
Tapi kali ini aku merasa cemas bahkan gelisah. Aku cuma ingin sehat demi orangtuaku. Kalau aku bisa sehat lagi, mungkin... mereka bisa kembali bersama. Ya.. mereka telah berpisah sebulan setelah aku divonis sakit.
Ditengah lamunanku, suster rani masuk kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Selalu seperti itu, kesal.
"Rara.. ini waktunya kamu memakai oksigen" kata suster rani.
"Iya sus" jawabku.
Dia mengatur flowmeter dengan benar, mendengar desis oksigen yang keluar. Dan memberikan kanula, lalu aku pasang dihidungku. Aku mendesah, dan menenggelamkan tubuhku di atas tempat tidur. Lalu dia tersenyum dan keluar.
5 menit berlalu, aku merasa tidak nyaman dikasur ini. Aku menarik napas panjang. Ku ambil buku sakuku dan aku baca apa yang harus aku lakukan selanjutnya. "#18 : menulis di webblog" . Sambil menghembuskan napas aku ambil laptop disamping tempat tidurku. Ku tutup mataku dan aku berusaha merangkai kalimat di otakku sampai aku tersenyum dan mulai mengetik.
YOU ARE READING
JARAK
Teen FictionApa jadinya kalau kalian bersahabat dengan orang yang tidak bisa kalian sentuh ? Jangankan menyentuh berdekatan saja tidak boleh. Story based "FIVE FEET APART"