prolog

38 3 0
                                    


18.26 wib

"kamu udah makan?"

"Udah. Kamu?"

"udah juga. Makan yang banyak Ris, biar sehat, kuat"

"Iya, laper banget baru makan tadi pagi doang"

"Hmmm... Minimal sehari tiga kali tuh"

"Haha ngga mungkin lah tiga kali, Sehari dua kali aja udah syukur banget, itupun kalo ingat"

Avin tahu betul jika dari dulu aku menginginkan tubuh yang berisi...
Yah walau pada faktanya aku justru paling susah untuk makan.
Aneh memang... Usaha yang tidak sesuai dengan keinginan

"Makanya jangan sendirian terus... Jadi ada yang ngingetin"

"Keasyikan main Vin..."

"Coba kalo ada pendamping, pasti diarahkan ke yang lebih baik"

"Huh... Dasar, ada saja"

"Mencoba mengarahkan aja Ris, kalo ngerasa risih ya gapapa"

"iya iya aku paham kok"

"Makasih udah memahami ku"

"lebih dari yang kau tau..."

"Hehehe..."

Pernyataan sederhana yang bisa dibilang tidak sederhana.
Yah... tidak sederhana karena setiap pertanyaan dan pernyataan ini dilontarkan oleh dua orang sosok pria.
Dua sosok pria setengah dewasa yang belum tuntas menentukan masing-masing jati dirinya.

Obrolan yang ringan namun sangat berarti...
Seringkali ku menanti tiap-tiap momen ini...
Layaknya kebutuhan primer seperti nasi, tiap percakapan semacam itu hampir menjadi kebiasaan sehari-hari...

duduk berdua diruang tamu setelah sekian lama tak bertemu...
Ya, ini pertama kalinya di tahun 2018 setelah berbulan-bulan aku baru kembali dari luar kota.
Walau seringkali lama terpisah jarak, tak ada rasa canggung untuk kita sekedar saling bertukar kabar...
Jarak yang membuat terasa dekat, dekat karena selalu ada...
Bahkan hampir beberapa tahun terakhir ini jarang sekali untuk kita melewatkan komunikasi melalui ponsel pribadi.

Kutarik nafas pelan...
Begitu syahdu...
Suasana malam yang sepi...
Hanya ada kita, duduk berdua dengan obrolan lepas tanpa beban yang berarti.

Kembali Avin menyeruput hangatnya secangkir kopi...
"Slurppp" setiap seruputan lirih terdengar... Avin begitu menikmati...
Ya... Avin memang seorang pecinta kopi

"Kalau boleh jujur kamu itu spesial"

Deg!
Kembali Avin membuka percakapan...
Tatapannya sayu...
senyumnya yang khas dengan kumis tipis harus kuakui tampak begitu "manis" dibawah binar cahaya lampu

"Spesial...? Spesial gimana?"

Reflek kuluruskan kedua kaki
Pernyataan ini terdengar lain...
Bahkan ucapannya itu bukan seperti ucapan Avin yang biasanya selalu terlihat cuek dan terkesan dingin.

Aku dibuatnya penasaran...

"Serasa aku ketika dekat sama Abah... Hawanya tenang, sejuk seolah-olah sedang berada di kebun yang damai"

"Hmmm... Abah, guru ngaji?"

"Iya"

Speechless...
Cairan hangat terasa mengalir di setiap pembuluh darahku...

Hening seketika...

"Masa sih?"

Jujur aku tak tahu harus berbicara apa...
Aku nyaris kehabisan kata-kata...

"Iya Ris..."

Entahlah...
Tiba-tiba saja aku merasa haru... bahagia...
Ucapan itu terdengar sangat tulus dari orang yang memang sudah lama kukenal tulus.

Selama ini aku tak pernah menyangka bahwa begitu besar pengaruh aku didalam hidupnya...
Dan aku paham betul bahwa Abah adalah orang yang sangat Avin hormati selayaknya guru dan ayah kandungnya sendiri.

Disisi lain Avin adalah sosok yang cerdas dan pintar, pastilah pernyataan itu tidak mungkin secara main-main ia ucapkan

"Iya Ris... Abah di pondok... Sekarang kalau mau main ke pondok malah malu"

Kutatap lekat wajahnya...
Aku terharu... Sungguh
bahkan saat ini isi hatiku tidak dapat aku gambarkan...

Kucoba mencairkan suasana

"Kenapa malu? Kan secara "konteks" mereka keluargamu Vin?"

"Iya, semenjak aku kerja di pabrik, hampir ga ada waktu dan lebih sering menghabiskan kesibukan ditempat lain... Bahkan udah lama sekali belum pernah main ke tempat Abah lagi"

Benar juga... Selain jam kerja yang tinggi ditambah lembur yang hampir didapati setiap hari, bahkan dihari libur pun Avin selalu mengisi kegiatan dengan membantu ayahnya di ladang...
Fakta bahwa Avin adalah pemuda yang sangat aktif dan produktif...
Aku bisa memaklumi.

Kuraih secangkir kopi yang sudah sedari tadi belum aku cicipi sama sekali
"Slurppp"
Aroma kopi hangat ini sangat terasa menggugah selera

"Di mataku, kamu juga spesial kok"

Walau ini bukan pernyataan pertama yang ku ucapkan baginya, tetap saja ku buat "penyeimbang" gendu-gendu rasa untuknya

(Gendu-gendu rasa dalam istilah bahasa Jawa berarti mengungkapkan rasa atau curhat)

"Spesial gimana Ris?"

Perlahan kutaruh cangkir kembali
Akh kopi produksi dari kebun sendiri memang benar-benar terasa beda dan nikmat luar biasa...
Bubuk kopi murni dengan hanya sedikit campuran gula.
Akh, andai saja aku tak mengenal Avin, mungkin sampai saat ini aku masih enggan untuk mengkonsumsi kopi meski orangtuaku sudah terbiasa memproduksi bubuk kopi hasil kebun sendiri.

"Ya spesial... Bagiku kamu itu sangat luar biasa Vin"

Dan itu memang pernyataan yang sudah sangat sering aku ucapkan karena pada dasarnya dia memang sangat luar biasa...
Bagiku Avin adalah sosok sahabat yang sangat berharga...
dan tak akan ternilai harganya seperti aku menganggapnya sebagai saudara.

"Hehe makasih Ris..."

"Sama-sama Vin..."

"Aku harap kamu selalu ada di "dekatku" Ris... jangan pernah hilang"

"Iya Vin, aku... Aku akan berusaha"

"Janji?"

"Janji."

______

______

Hai kawan semua...
Apa kabar? Semoga kalian baik-baik saja dan senantiasa dalam kebahagiaan selalu ya. Aamiin

Kawan...
Ini adalah salah satu cerita yang diangkat berdasarkan dari kehidupan dunia nyata.

Berdasarkan sebuah pengalaman seseorang ketika mendapatkan pekerjaan baru
dan sebuah "keberuntungan" ketika ia juga ternyata dianugerahi seorang "sahabat" dilingkungan barunya.

Mungkin akan sedikit terdengar aneh dan "garing" karena cerita ini sangat berbanding terbalik dengan cerita-cerita yang pernah aku tulis sebelum-sebelumnya.

Terimakasih untuk seseorang yang telah berbagi pengalaman, cerita dan kebahagiaannya.
Terimakasih telah mengizinkan ku untuk merangkai kisah cerita indahnya.

Semoga dapat menghibur kawan-kawan pembaca semua...
Terimakasih...

SALAM PERSAHABATAN, DAN CINTA

He..he..he..

*****

AVIN & HARIS   ( BROMANCE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang