hari pertama

22 3 0
                                    

10:30 wib.

Segerombolan pemuda...
Laki-laki semua, ku hitung ada sekitar 9 orang yang sepertinya juga baru lolos seleksi, aku sempat melihat mereka sesaat sebelum keluar bersama "rekan kerja baru" dari ruang HRD.
Hmmm ternyata lumayan banyak juga perekrutan di bagian yang sama denganku hari ini.

Seperti pertamaku.
Mereka juga terlihat layaknya orang yang baru menghadapi situasi seperti ini, tengok kanan kiri dan mencoba memahami situasi.

Pagi menjelang siang...
waktunya dhuhur...
berfikir ekstra keras dan bertahan dalam "ricuhnya suasana" tentu membuat tertekan kurasa.
Sesegera aku keluar berniat mencari makanan,
.
Setelah turun tangga dan sampai didepan gerbang, seperti dugaan ku sebelumnya...
Aku sendirian, seperti orang hilang...

Disebelah kanan aku melihat sosok yang sudah tidak begitu asing, dia adalah seorang pemuda yang masuk angkatan bersamaku hari ini.
Seorang pemuda yang kulitnya agak gelap, rambut ikal dengan sejuta kepolosan yang terpancar begitu kuat dari paras wajahnya. Walaupun sebelumnya dia agak "aneh" dan terkesan "cerewet" diawal training, namun Aku yakin, dan naluriku mengatakan bahwa dia adalah anak yang baik.

Tanpa buang waktu aku menghampiri dan mengajaknya berkenalan dan akhirnya sedikit chemistry antara kita muncul untuk menjalin sebuah pertemanan.
Chandra, ialah namanya...
Seorang pemuda berusia 21tahun yang berasal dari daerah Madas.
Nama lengkapnya Chandra Aditama, secara notabene dia adalah orang pertama yang kukenal ditempat ini selain Guntur.

Setelah dibuat bingung karena ini baru pertama kali dan terasa sangat asing,
kita juga dibuat ragu untuk sekedar membeli camilan ringan.
Setelah sekian menit berputar-putar diantara gerobak pedagang, akhirnya kita memutuskan untuk membeli sebungkus cilok kuah. Berwadah plastik bening, dan langsung saja kita memakannya sambil duduk diatas tugu panjang yang kebetulan menjadi pembatas antara pabrik dan areal persawahan.

Pukul 14:00wib.
Kembali dalam suasana yang tidak "nyaman" ini, aku berusaha mengumpulkan mental kembali.
Bergelut dengan asamnya waktu, pahitnya keadaan dan mirisnya yang terasa begitu menyayat hati.
Aku menyerah...
aku sudah menyerah...
jika esok aku masih dapat bernafas lagi, aku tak akan menginjakkan kaki ditempat ini kembali.

*****

Sore yang cerah...
aku bergegas menghampiri motorku yang terletak diparkiran...
setelah mengantri dan berusaha keras untuk mengeluarkan kuda besi ini dari himpitan ratusan kendaraan lain... akh, sungguh semrawut dan tidak tertata rapi sama sekali.

Kucoba konsentrasi dan menikmati perjalanan ini, bergelut mengarungi jalanan raya yang sangat padat...
sesekali tak kulihat lubang-lubang ditengah jalan yang terinjak dan cukup membuat tubuhku berguncang.
Ah, parah...
Pikiranku masih terjebak pada situasi diruang kerja tadi...
bayanganku masih belum dapat menerima...
suatu kenyataan bahwa apa yang awalnya bertebaran keindahan ternyata bak lumpur hisap yang siap menelan korban.

*****

"aku menyerah Ma. Besok aku nggak akan berangkat lagi, cukup menjadi sebuah pengalaman saja, biarlah menjadi sebuah cerita"

Dan dirumah bersama orang tua, ku ceritakan semua yang ku alami disepanjang hari ini.

"kamu belum mencoba dengan sepenuh hati, cobalah lebih semangat dalam menghadapi tantangan ini"

Walaupun orang tua sudah menyerahkan sepenuhnya keputusan ku dalam mengambil kemauan ini, tetap saja setiap orang tua pasti akan memberikan motivasi dan penguatan yang terbaik bagi anaknya.

Malam ini aku berbaring dikamar tidurku. Setelah beberapa teman mencoba menghubungiku dengan mengajakku nongkrong bertemu, ku putuskan untuk istirahat saja menenangkan jiwa dan raga yang tak ku pungkiri dilanda begitu lelahnya.
"Ting...!"
Tanda pesan masuk baru di ponselku
"Tiga pesan belum dibaca"
Akh... sungguh aku sedang tidak mau diganggu dan malas sekali untuk bersosialisasi saat ini, bahkan dengan pesan BBM Fina pacarku pun aku tiada minat untuk segera membalasnya.

AVIN & HARIS   ( BROMANCE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang