Hal terhebat yang pernah aku lakukan di dalam hidupku adalah menerima bahwa diriku memiliki kekurangan.
~oOo~
Semilir angin sore menyejukkan suasana, daun-daun pepohonan menari diterpa angin. Para burung berkicau seakan menjadi musik pengiring para daun.
Secangkir teh hangat dan beberapa kukis yang terlihat nikmat bertengger manis diatas meja yang ada di balkon. Namun semua hidangan itu nampaknya tak menggugah selera gadis ini.
Gadis berambut bob ini lebih memilih untuk mendongakkan kepala dan memejamkan mata. Menikmati matahari sore ditemani semilir angin dan kicauan burung sudah menjadi aktivitas rutin nya sejak dulu.
"Dicariin ternyata lagi asik nyantai disini ya anak Bunda?"
Seorang wanita berusia hampir setengah abad menghampiri putrinya yang sedang duduk manis. Wanita yang menyebut dirinya sebagai 'Bunda' itu mengusap lembut pundak Sang Anak.
Merasakan sesuatu di pundaknya, gadis ini menoleh kebelakang dan terlihat sesosok orang yang sangat ia sayangi. Tak lain dan tak bukan ialah Dinda, Sang Ibunda.
"Bunda mau ngomong sama Windy sebentar, boleh 'kan?" tanya Dinda seolah meminta izin dengan bahasa isyarat.
Dia yang di panggil Windy tersenyum lalu mengangguk. Tangannya bergerak berkomunikasi.
"Bunda mau bicara apa sama Windy?"
Kira-kira kalimat itulah yang bisa Dinda tangkap dari gerakan tangan anak bungsunya. Dinda mengelus tangan Windy dengan sangat lembut, "Besok Windy udah mulai libur sekolah 'kan? Bunda, Ayah, dan Kak Vindi ada rencana buat ajak Windy ke rumah Nenek yang ada di desa. Windy mau 'kan?"
Lagi-lagi, Windy menggerakkan tangannya. "Windy mau. Tapi ... Windy nggak mau sendiri."
"Windy gak sendirian kok, ada Ayah, Bunda sama Kak Vindi yang temenin Windy," sahut Hendri sang Ayah dari pintu balkon.
"Maksud Windy bukan itu. Windy mau ajak Rania juga, boleh gak?"
Dinda dan Hendri saling tatap-tatapan mata, dengan senyum lebar Dinda menyetujui permintaan Windy.
Senyum lebar tercetak jelas di wajah Windy, matanya mengeluarkan binar indah yang bisa menghipnotis siapapun yang menatapnya.
"Benarkah? Kalau begitu Windy mau kasih kabar Rania dulu."
"Yasudah, kamu masuk ke dalem gih, hari udah mau gelap," perintah Dinda.
Windy menuruti apa kata Dinda, ia melangkah ke dalam kamarnya lalu mendudukkan diri di ranjang yang setia menemaninya saat liburan. Tangannya meraih gawai di atas nakas.
Satu notifikasi muncul di atas layar gawai, senyum Windy mengembang saat itu juga. Pesan yang ia tunggu-tunggu sedari tadi dari orang yang amat ia sayangi setelah keluarganya. Bukan, bukan kekasih. Melainkan Rania, sahabat Windy sedari kecil, menemani Windy saat duka dan suka, begitupun sebaliknya.
Dengan cepat Windy menekan notifikasi tadi. Layar gawai yang semula hanya menunjukkan foto Windy dan Rania berubah menjadi roomchat Windy dan Rania.
WhatsApp.
Rania🌧
|Hey lagi apa?
|Aku tebak kamu lagi rebahan 'kan?
|Ngaku kamu.
17:49 PM.Tidak.|
Jangan sok tahu kamu.|Rania🌧
|Kamu bohong!
|Aku tau kamu lagi rebahan.
|Kamu 'kan hobinya cuma rebahan. Hahaha.
17:50 PM.Asal kamu tahu ya, aku ini hobinya menulis. Bukan seperti kamu yang hobinya tiduran di atas kasur.|
Rania🌧
|Iya deh, iya🙄
|Omong-omong besok udah liburan nih, kamu mau kemana?
|Kalo aku #StayAtHome.
17:51 PM.Ih! Jangan ingatkan aku pada Corona lagi!|
Besok aku akan kerumah Nenek yang ada di desa.|Rania🌧
|Iya iya.
|Enak banget ya ... jadi pingin ikut.
17:52 PM.Kamu mau ikut?|
Rania🌧
|Memangnya boleh?
|Gak apa-apa?
17:54 PM.Tentu saja boleh!|
Aku sudah minta izin ke Ayah dan Bunda tadi.|Rania🌧
|Wah! Kamu baik banget!
|Tapi kamu ... beneran 'kan?
17:55 PM.Iya, aku gak akan mungkin membohongi sahabat baik ku.|
Besok datang kerumah pukul 9 pagi, jangan terlambat.|Rania🌧
|Baiklah!
|Tunggu aku ya??
17:54 PM.Ingat jangan terlambat! Jika lambat kamu akan kami tinggalkan.|
Rania🌧
|Gak bakal, tenang aja👌
17:55 PM.
Read.Windy mematikan gawai miliknya. Ia berguling kesana kemari, menggeliat seperti ulat bulu. Ia bosan, akhirnya ia membuka aplikasi gim yang tengah ramai diperbincangkan orang.
Terlalu asyik bermain, tanpa sadar waktu sudah menunjukkan jam makan malam. Windy menutup aplikasi itu dan segera turun untuk makan malam bersama keluarganya.
Ah, tentang keluarga Windy, sudah jelas jika Windy memiliki satu orang Kakak perempuan yang bernama Vindi. Ibunya punya kios bunga sedangkan Ayahnya memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan. Bisa terbilang kebutuhan keluarga mereka tercukupi.
"Menu malam ini spesial!" seru Dinda Semangat.
"Apa ituu?" tanya Vindi tak kalah semangat.
Windy yang tak bisa menyuarakan semangatnya hanya tersenyum simpul.
"Menu hari ini adalah ... jamur enoki saus mala!" seru Dinda.
"Ayo ayo kita makan," suruh Hendri kepada keluarganya.
"Makan dengan lahap, abis itu bersiap buat besok dan langsung tidur, Oke?" ucap Hendri yang dijawab oleh gestur oke dari ketiga wanita kesayangannya.
~oOo~
A/n: sepertinya cerita ini gak akan diberi bumbu romance. Tapi mungkin di pertengahan jalan, aku berubah pikiran. So tungguin aja ya cerita Windy dan Rania♥

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks, My Bestfriend.
Novela Juvenil"Sahabat bukanlah orang yang selalu ada jika diperlukan, sahabat bukan tempat sampah segala keluh kesah, sahabat bukan pemuas ego semata. Sahabat adalah berbagi, saling mengerti, saling memanusiakan dan saling berbahagia sekalipun hanya hadir, senyu...