Bagian 3 - Rumah Sakit Jiwa

10.5K 69 4
                                    


‘klak klak klak’, bunyi sepatu berhak Julia mengisi keheningan lorong rumah sakit ini. Julia hendak menemui sosok yang sangat penting dan disayangi oleh Julia, yang lain tidak bukan adalah ibunya. Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang ia punya sekarang.

Julia memandang ke arah kursi taman, tempat yang biasa ibunya berada. Julia melihat ke arah jam di tangan kirinya.

“5 menit lagi.” batin Julia

Julia duduk di kursi itu. Dress bunga yang ia kenakan menyapu embun pagi yang tersisa di kursi itu. Sinar matahari pagi juga mengenai sisi sebelah kiri tubuh Julia. Tempat itu adalah tempat terbaik dari semua tempat di area taman itu menurutnya. Karena saat pagi akan mendapatkan sinar matahari yang bagus untuk tubuh, dan saat siang akan terlindung dari sinar matahari oleh pohon ceri di atasnya.

Julia mengeluarkan handphone dari tas bahunya. Julia mengecek jika mungkin ada pesan baru lagi dari Toni. Sebelumnya Toni bahkan menyuruhnya untuk menghapus sementara akun-akun sosial media miliknya. Toni tidak ingin majikannya nanti tahu kalau Julia dulunya adalah stripper, walaupun Julia tidak pernah mengupload foto saat dirinya menjadi Ashley (nama panggungnya). Tetapi kata Toni hanya untuk berjaga-jaga saja.

Julia juga sudah sempat men-stalking siapa calon majikannya itu lewat internet, dan ya mereka sangat kaya raya. Julia sudah tidak sabar untuk tinggal di rumah sebesar itu.

Terlihat sesosok wanita di sekitar umur 50-an berjalan ke arah tempat duduk Julia. Wanita itu mengenakan baju seperti pasien lainnya, mungkin yang membedakan baju itu masih terlihat bagus dan bersih tidak seperti yang dipakai pasien lain. Bahkan jika orang lain melihat wanita itu, wanita itu tidak terlihat seperti pasien di rumah sakit jiwa itu.

Wanita itu duduk di sebelah Julia dan seperti tidak menyadari keberadaan Julia. Julia bersandar di bahu wanita itu sambil memeluk lengannya.

“Ibu.. aku sudah punya pekerjaan baru. Segera kita akan punya rumah sendiri dan kita akan tinggal bersama.” kata Julia dengan sedikit tersenyum.

Tetapi ibu Julia hanya diam dan menatap kosong ke arah depannya.

Julia dan ibunya cukup lama berdiam di posisi tersebut tanpa ada yang melanjutkan pembicaraan.

“Lebih baik sekarang aku pulang dan mempersiapkan keberangkatanku besok. Mungkin aku jadi tidak bisa sering menemui ibu.” kata Julia sambil melepaskan pelukan di lengan ibu Julia.

Julia memeluk ibunya dan berkata “Ibu jaga diri baik-baik. Aku menyayangimu.”

Julia berdiri dan meninggalkan ibunya yang masih diam di sana.

Saat Julia berjalan hendak keluar, Julia hampir menabrak seseorang saat di belokan.

“Maaf.” kata orang itu.

Saat Julia mendongakkan wajahnya dia melihat mantan kekasihnya yaitu Angga, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa yang pernah bekerja di sana.

“Angga? Kamu ngapain di sini? Bukannya kamu sekarang di Bandung ya.”

“Julia, hei aku kangen kamu.” kata Angga sambil mencoba memegang tangan Julia dan memeluknya.

“Banyak orang lewat. Ga enak diliatnya.” kata Julia sambil mencoba keluar dari pelukan Angga.

Angga menarik tangan Julia dan masuk ke sebuah ruangan yang cukup gelap. Tak lupa juga Angga mengunci pintu dan menutup gorden di ruangan itu.

“Kenapa kita di sini? dan ini ruangan apa?” tanya Julia.

“Tenang, ini ruang sementaraku. Seminggu aku ada tugas di sini, mengurus pemindahan beberapa pasien pribadiku. Dan ya aku mengajakmu kesini agar lebih leluasa, ga ada yang ngeliatin.” kata Angga sambil melingkarkan tangan kanannya di pinggang Julia dan tangan kirinya di pipi Julia.

“Angga.. kita kan udah putus.”

“Iya aku tau. Tapi kita sama-sama belum memiliki kekasih bukan? Aku tau, karena aku stalking sosmed mu. Eh tapi kemarin sosmedmu hilang.” kata Angga sambil membuang pandangan dengan sedikit cemberut.

Walaupun Angga sudah bukan kekasih Julia lagi, tetapi Angga masih menaruh hati kepada Julia. Angga masih tidak bisa tertarik dengan wanita lain, bahkan wanita-wanita Bandung yang terkenal cantik. Angga dan Julia pun putus bukan karena sudah tidak ada lagi perasaan di antara mereka, melainkan karena Angga dipindahkan di Bandung dan Angga cukup posesif dengan Julia.

Angga melihat Julia pertama kali saat Julia mengunjungi ibunya. Lama-kelamaan Angga menaruh hati kepada Julia, walaupun hanya memperhatikan Julia dari jauh. Hampir setiap hari dia menunggu Julia datang. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menyapa Julia terlebih dahulu.

Sebenarnya Angga pernah menawarkan Julia untuk tidak bekerja lagi di bar dan memberinya modal usaha. Tetapi Julia menolak karena tidak ingin membebani hidupnya kepada Angga. Angga pun menawarkan hal itu karena cemburu dan marah saat pertama kali mengetahui jika Julia adalah seorang stripper.

“Kok cemberut?” kata Julia sembil memegang kepala Angga dengan kedua telapak tangannya. Sebenarnya sifat posesif Angga pada Julia tidak begitu buruk menurutnya, bahkan terkadang terlihat sangat imut ketika ia cemburu.

Julia mencium bibir Angga dengan sekali kilatan dan melihat Angga terkejut dengan tindakan Julia. Angga mendudukkan Julia di meja dan melumat bibir Julia. Tangan kanan Angga bergerak dari lutut ke atas, sehingga menyingkap dress Julia. Angga bergerak menciumi daerah leher Julia dan menurunkan salah satu tali dressnya agar lebih leluasa menciumi Julia hingga di tengkuknya.

“Aku kangen kamu.” kata Angga di sela-sela ciumannya.

‘Tok tok tok’

“Dokter Angga” tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan bapak-bapak di luar.

Angga dan Julia diam mematung sesaat sebelum Angga menjawab “Iya Pak sebentar”.

Akhirnya kegiatan yang dilakukan Angga dan Julia untuk melepas rindu tidak seperti yang Angga harapkan.

Sang PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang